Pemes dan Sayatan di Lengan Na

oleh -1060 Dilihat

Foto: kilasjatim/tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Na datang ke rumah. Menyodorkan uang lima ribu, membeli diamond paint, stiker dan sebuah pemes.

Ia biasa mainan semacam itu. Saya anggap biasa, pada umumnya anak-anak bermain. Juga pemes itu.

“Buat apa bolak-balik beli pemes. Sepertinya kemarin baru beli,” tanya saya.

Na, bocah yang baru naik kelas lima esde itu mesem. Sambil menunggu saya mengambilkan barang yang ia mau. Meski, ia bisa mengambil sendiri barang yang dibeli.

Sebab, di toko kecil rumah saya. Para bocah sudah biasa mengambil dan menghitung sendiri barang yang dibeli. Saya tinggal mengambilkan kresek atau yang kembalian.

Saya percaya para bocah lebih jujur dari orang dewasa. Maka, Saya bebaskan mereka eksplorasi mainan atau ATK yang hendak dibeli.

Sambil memilih ini-itu, saya sempatkan ngobrol. Tentang apa saja, dari sarapan, tugas sekolah, artis tiktok apa yang lagi nge hits.

Kembali pada Na, bocah piatu yang tinggal bersama ayah dan neneknya. Mengaku sering dikatai gendut dan cupu di sekolah. Ia pun tidak punya banyak teman sebaya di kelas atau di kampung.

“Ini buat itu mbak,” katanya sambil mengulurkan tangan.

“Buat apa seh?” saya penasaran.

“Jangan dijuali. Takutnya buat itu,” Jingga yang duduk menikmati sarapan, bergegas menaruh piring. Berdiri, menghalangi saya menyerahkan pemes.

“Kamu, nyayat lengan ya? Gak boleh. Jangan. Bahaya, nanti sakit infeksi. Kalau ada masalah, dikatai teman jangan didengar. Jadi budeg aja. Kamu nggambar o, sesukamu. Biar plong,” Jingga bicara panjang pada bocah di hadapannya.

Na mengganguk. Rautnya sedih, air mata hampir tumpah pagi ini. Saya peluk bocah tanpa ibu, tak beradik-kakak. Ia benamkan wajahnya pada dada saya. Saya ingin menangis. Saya buka lengan kanannya. Astaga. Sejumlah bekas sayatan di sana, ditutup baju lengan panjang yang biasa dikenakan.

Baca Juga :  Kampung Wirausaha Nusantara Digadang Dongkrak Ekonomi Kerakyatan

“Kok begini seh nak. Kamu cantik, pintar. Jangan dengarkan kawanmu, kalau menyakitkan,” kata saya.

Na, menggangguk dan pamit pulang. Berjanji tidak melakukan hal mengerikan itu lagi. Pemes kembali ke tempat semula.

Begitulah, sarapan Minggu (23/7/23) pagi saya. Bersama bocah-bocah dan segala ceritanya. Selamat Memperingati Hari Anak Nasional. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.