Coban Glotak dari Kota Malang Tak Sampai Setengah

oleh -912 Dilihat

Foto: kilasjatim/tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Namanya Coban Glotak, letaknya di sebelah barat Kota Malang, di kaki Gunung Kawi, rangkaian Gunung Putri Tidur jika dilihat dari pusat kota ini.

Sejak kemarin kami janjian ngetrip di grup Alumni Dallas ’94. Padatnya kegiatan Agustusan, ada sembilan kawan yang sepakat turut berangkat. Realitanya tadi pagi Minggu (13/8/2023) hanya kami bertiga yang hadir. Sisanya dengan bermacam alasan kawan kami berhalangan.

Bertiga kami mulai perjalanan menggunakan motor. Dari titik kumpul di Ringin, depan kantor Kelurahan Mulyorejo. Tidak sampai setengah jam perjalanan berkelok naik turun, melintasi kebun jeruk, jagung dan cengkeh tibalah kami di Desa Bedalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.

Jam belum menunjukkan angka delapan. Dari loket dan parkiran perjalanan kami lanjutkan jalan kaki. Ditengah jalan kami putuskan sarapan. Serantang nasi hangat, sate ayam, dadar jagung dan oseng pete. Tidak lupa kopi hitam dan jamu kunir madu.

“Wah sarapan tenan iki. Ayo jamune, enak lho. Jamu kuat mlaku,” kata Choiri kawan saya mempromosikan jamu buatan tetangganya.

Usai sarapan, perjalanan kami lanjutkan. Melintasi pematang, semak, hutan bambu, pakis, merangkak menuruni tebing berpegang tampar, bambu, melintasi sungai, pohon tumbang dan sungai lagi, bantuan lagi. Sampailah kami pada air terjun, Coban Glotak.

Usaha tak mengkhianati hasil. Cuaca bersahabat di musim kemarau menciptakan pelangi di permukaan air jatuh. Indah tak terkira.

Butir air terbawah angin menerpa wajah. Dingin dan segar menghapus lelah perjalanan. Sebagai hadiah di minggu kami.

Puas menikmati hempasan air yang jatuh dari ketinggian 100 meter tebing kaki Gunung Kawi, kami memilih lokasi baru ceper sebagai tempat ngopi dan minum jamu. Menepis lelah kaki, sebelum kembali pulang. Sambil menanti dua kawan perjalanan saya Choiri dan Sofyan menghisap linting tembakau.

Baca Juga :  Ibu Dia Tidak Opras Tapi Editan

Terpeleset dan terjebur di sungai menjadi bagian dari perjalanan. Bagi saya jalan pulang lebih berat, sebab lebih banyak tanjakan diantara hutan dan tebing.

“Dulu waktu masih muda, aku menertawakan orang tua yang bladasan ke alas seperti kita sekarang. Sekarang aku baru tahu rasanya menjadi tua dan ditertawakan anak muda yang papasan sama kita,” cerita Choiri.

Saya dan Sofyan tertawa mendengar ceritanya. Sesekali menimpali dan menertawakan diri sendiri yang tidak selincah dulu ketika melintas lembah dan sungai berbatu.

Sebelum sampai di parkiran. Kami berhenti untuk istirahat dan menata nafas yang ngos-ngosan di warung Mbah Kasiani yang baru buka. Segelas teh panas dan kopi susu. Yang sebenarnya tidak betul-betul kami perlukan, demi menghargai upaya usahanya.

“Bagaimana kalau acara ini kita agendakan. Berikutnya ke Coban Rais yuk,” usul Sofyan bersemangat. Yang kita amini bersama.

Begitulah ngetrip pagi ini. Penuh semangat, uji nyali kemampuan kaki, naik-turun lembah, seberangi sungai. Seperti lagunya ninja hatori. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.