Sepotong Kisah Tukang Perahu di Pulau Penyu

oleh -816 Dilihat

Foto: Kilas Jatim/Tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Sekilas kisah tukang perahu di Pulau Penyu, Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali yang baru dibahas pagi tadi usai sarapan bersama.

Ketika kami tiba cuaca cukup bersahabat. Tak seterik biasanya. Langit sedikit mendung pada Minggu (10/12/2023) lalu.

Tidak ada antrian, sebab kami pengunjung pertama. Setelah menyerahkan selembar seratus ribuan untuk biaya menyeberang ke pulau penangkaran penyu, kapal pun berangkat.

Ada sedikit perdebatan sebelum kapal bermuatan 10 penumpang diberangkatkan. Sebab jumlah penumpang yang diajukan petugas ada 11 orang termasuk Jingga di dalamnya. Penarik perahu motor hanya bersedia menerima 10 penumpang sesuai ketentuan dan jumlah pelampung yang tersedia.

Tapi perempuan yang mendaftar penumpang memaksa membawa seluruhnya. Sedikit ada perdebatan, dengan bahasa setempat yang kira-kira begini.

“Kami tidak bisa membawa semua penumpang,” kata penarik kapal motor glass bottom boat.

“Tidak bisa, semua harus ikut, mereka satu rombongan. Cuma nambah satu saja tidak apa-apa,” kata perempuan itu memaksa.

Wajah nahkoda kapal nampak kesal. Tapi, mesin tetap dinyalakan membawa rombongan. Jika memaksa menolak ia khawatir mendapat sanksi tak tertulis “tidak diberi muatan penumpang”.

Itu dibenarkan pria yang mengaku memiliki empat kapal boat. Lelaki tua yang tidak menyebutkan namanya bercerita, suka duka sebagai operator kapal di sana. Kelompok orang yang disebutnya syahbandar memaksa operator kapal untuk memberangkatkan jumlah penumpang diatas kapasitas.

Sebagai pemilik kapal ia khawatir akan keselamatan penumpang. Jika terjadi hujan atau ada ombak besar, laju kapal tak seimbang, kapal bisa terbalik, sedang jumlah pelampung hanya untuk 10 orang. Jika penumpang bisa berenang bukan masalah, jika tidak bisa menimbulkan korban jiwa. Seperti kejadian beberapa tahun lalu.

Baca Juga :  Ia yang Hendak Gantung Diri

Selain faktor keselamatan, di tengah jalan sering ada pemeriksaan jumlah penumpang. Bila terjadi over capacity, pemilik kapal kena teguran dan dimarahi. Sedang petugas pendataan penumpang seperti perempuan tadi, lempar tanggung jawab.

“Kita ini serba sulit, maunya jaga keamanan penumpang agar nyaman dan aman. Pihak lain kurang mendukung. Kalau ada apa-apa, kapal terbalik misalnya orang jadi takut datang kemari. Kita juga yang dirugi. Pariwisata Bali ini baru bangkit, ayo kita jaga bareng-bareng, janganlah seperti ini,” ungkapnya pasrah, antara marah dan sedih.

Kekhawatiran, tekanan dan kebutuhan ekonomi terekam jelas di wajahnya. Tapi ia tak bisa berbuat banyak. Semoga ada jalan terbaik untuk pelaku wisata di Pulau Dewata. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.