Kisah Uyut, TKW Generasi Pertama yang Tak Bisa Diam

oleh -877 Dilihat

Foto: kilasjatim/tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Ini adalah uyut, mbah yutnya Bulan-Jingga. usianya hampir 90 tahun. Masih bisa ke sana-ke mari. Dan tak bisa diam, sejak pagi hingga malam menjelang.

Jika datang ke rumah selalu ada yang dikerjakan. Dari mengupas bawang-brambang, membersihkan rumah, sekalipun telah disapu-pel. Menata barang yang tidak pada tempatnya, mencuci bak sampah, menggosok pantat panci, meski hari itu tak ada kegiatan memasak.

Pendek kata, rumah bisa kinclong jika uyut datang. Dulu ketika masih bisa naik tangga ke lantai dua, ia akan mengambil alih pekerjaan saya. Menyetrika semua pakaian di keranjang. Tidak peduli milik siapa. Kini, ia sudah tidak berani naik tangga, takut jatuh, sayang kaki katanya.

Sambil bekerja ia juga suka bercerita. Cerita apa saja, dari perkenalan dengan Jayadi suaminya. Pengalaman merantau di Surabaya, hingga memiliki 9 anak, ibu saya anak pertamanya.

Yang menarik ia adalah buta huruf, hanya bisa mengaji. Namun, bisa sampai ke negeri Bani Saud. Ya, uyut saya, Armini adalah generasi pertama TKW ke Arab Saudi yang berangkat pada 1984, ketika saya masih lima tahun. Waktu itu belum ada istilah TKW atau TKI, hanya babu nang (pembantu di) Arab.

Majikanya bernama Husain, ia memanggilnya Wak Osen. Katanya orang itu keras kepala, tetapi baik. Yang membuatnya enek adalah, disuruh membuat kue pastel se nampan besar, setinggi gunung.

“Jari tanganku sampai njarem. Itu gara-gara aku dan mbahmu makan pastel dan ngopi, di selasar teras. Ketemu Wak Osen, ikut makan pastel. Besoknya satu keluarga minta sarapan, makan siang, malam pastel. Sampai berhari-hari, aku nyerah, jariku gak bisa bergerak, ” kenangnya.

Baca Juga :  Kembangkan Potensi Ekraf Fesyen Lewat MFW 2023

Begitulah uyut, bercerita apa saja. Tentang masa lalunya sambil bekerja. Seringkali aku angkat topi pada perempuan ini. Pada usianya yang muda, ia berani meninggalkan desa. Mewujudkan mimpi, naik haji, membangun rumah dan membeli sepetak sawah. Sekali pun sawah warisan keluarga seluas samudera. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.