SMKN Jateng, Ganjar, dan Tantangan Bung Karno

oleh -1229 Dilihat

Oleh M. Eri Irawan
Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi, DPC Banteng Muda Indonesia (BMI) Surabaya

Dalam sebuah perjalanan di atas jalan raya, kematian merampas mimpi Adelia, memberangus harapan. Ayah, ibu, adik, dan pamannya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan. Takdir Tuhan hanya memutuskan Adelia yang selamat melanjutkan hidup tanpa tahu harus berbuat apa pada hari-hari berikutnya.

Sekolah adalah satu dari sekian hal penting yang dirisaukan Adelia. Pertanyaan berkecamuk di kepalanya: bagaimana melanjutkan sekolah hingga lulus. Ia merasa seperti berjalan dalam terowongan gelap. Gelap. Sampai kemudian dia melihat cahaya putih di ujung sana: program pendidikan gratis Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Jawa Tengah (SMKN Jateng).

Program ini diprakarsasi Ganjar Pranowo, seorang gubernur Jawa Tengah dengan rambut putihnya yang khas. Juga senyumnya yang selalu tulus dan akrab. SMKN Jateng dibangun di beberapa kabupaten/kota di provinsi tersebut.

“Saya percaya akses atas pendidikan bagi semua kalangan adalah langkah yang paling penting untuk mengangkat harkat hidup manusia, membuka akses pada pekerjaan, penghidupan yang lebih layak dan pada akhirnya mendorong simpul-simpul akselerasi perekonomian Indonesia,” kata Ganjar.

Ganjar memahami pendidikan adalah bagian dari ajaran Bung Karno, tokoh yang sangat dikaguminya. Bung Karno berpesan: “Pengalaman adalah guru, adalah pedoman, adalah kemudi yang sangat berharga. Pengalaman yang tidak diperhatikan akan menghantam roboh kita sendiri.”

Sekolah menengah kejuruan adalah sekolah yang tak hanya mengajarkan teori, tapi juga pengalaman berpraktik di lapangan. Para pelajar tak hanya dididik sebagai pemikir, tapi juga pekerja. Pemikir-pekerja. Pekerja-pemikir. Tipologi kelas pekerja masa depan yang tak hanya bekerja dan bergantung pada mekanisme pasar, tapi juga mampu berpikir untuk mengatasi problem-problem hidup sekaligus menciptakan peluang.

Baca Juga :  Gudang dan Toko Karpet di Jalan Gemblongan Surabaya Ludes Terbakar

Tentu saja, tanpa akses pendidikan yang berkeadilan, cita-cita untuk memajukan bangsa ini yang berangkat dari ruang-ruang kelas hanya akan menjadi kata-kata kosong. Hanya menjadi slogan dalam pidato-pidato pejabat yang berulang dari tahun ke tahun.

Ganjar tak ingin cita-cita itu menjadi kata-kata kosong. Kekosongan itu harus diisi dengan kebijakan untuk mewujudkan pendidikan yang setara bagi semua orang. Education for all. Maka SMKN Jateng adalah jawaban atas pertanyaan dan tuntutan banyak orang tentang pendidikan berkeadilan itu.

Ganjar pun mengubah gedung Balai Latihan Kerja (BLK) menjadi sekolah bagi orang miskin. Konsepnya: boarding school. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menanggung seluruh komponen biaya operasional pendidikan mulai dari seragam, sepatu, hingga makan.

Pendidikan gratis bukan berarti pendidikan asal-asalan. Pendidikan semaunya yang syukur ada. Ganjar melengkapi sekolah dengan beragam fasilitas. Presiden Joko Widodo memuji infrastruktur pendidikan di SMKN Jateng, ketika mengunjungi tempat tersebut belum lama ini. “Saya lihat juga sarana prasarana, kalau saya lihat SMK di provinsi yang lain juga jauh lebih bagus mesin-mesinnya sampai ke CNC. Mesin dasar sampai CNC semuanya ada,” katanya saat meninjau sekolah itu.

SMKN Jateng menyediakan bengkel mesin bubut dan proyek inovasi motor tossa penambal jalan portabel, hingga Computer Numerical Control (CNC) sebagai mesin perkakas yang dikendalikan dengan bantuan komputer.

Bung Karno pernah berkata, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Ganjar, sengaja atau tidak, tengah menjawab tantangan Bung Karno ini. Akankah sepuluh pemuda itu di antaranya berasal dari SMKN Jateng—yang semuanya berasal dari warga miskin? Biarkan sejarah mencatatnya. Bukankah Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.