Catatan Kecil, Agustusan Momen Mengenal Sekitar

oleh -796 Dilihat

Foto: kilasjatim/tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Beberapa hari ini waktu saya terserap untuk hal yang kata orang tidak penting. Tak menghasilkan cuan, menghabiskan waktu, menyerap energi, pulang larut pula.

Dulu, sejak kecil sampai remaja ibu yang lulusan pondok pesantren tak pernah mengizinkan kami, kakak dan adik untuk berkegiatan di kampung. Khawatir kena pengaruh buruk, jadi urakan dan pacaran.

Kakak dan adik saya menurut. Saya penasaran, kenapa? Sekali pun tak terlibat kegiatan karang taruna. Saya ikut diba an keliling dari rumah ke rumah setiap Sabtu malam. Sampai di ujung kampung batas malam Sama an.

Saya mengenal lorong gang kelinci yang padat. Becek ketika hujan tiba. Dan kisah-kisah horor di sekitarnya. Dari pemabuk sampai setan sebenarnya.

Pertemanan saya dengan kawan lama putus ketika harus bekerja di ibu kota provinsi. Setelah kembali, saat Bulan-Jingga kecil saya tak begitu banyak terlibat kegiatan. Sekadar bayar iuran bulan saja. Sekarang, setelah mereka remaja, waktu luang lebih tersedia. Kawan sepermainan saya menarik kembali pada masa itu. Meramaikan kegiatan untuk regenerasi, sebab anak-anak kami lebih dekat dengan gawai.

Menjadi asing dengan sekitar. Mengenal yang jauh, tak kenal yang dekat. Butuh wadah untuk bertemu. Jadilah kami riuh mengadakan kegiatan Agustusan.

Sekali pun itu tugas muda-mudi. Kami orang tua turut mendukung agar anak-anak kami tergerak. Meski awalnya canggung, akhirnya mencair.

Kita seperti kembali dalam keluarga besar. Saling sapa, saling bantu. Ini sungguh menyenangkan buat saya. Tetangga adalah orang terdekat yang membantu jika terjadi sesuatu pada kita.

Dari rangkaian kegiatan Agustusan kemarin. Ada perubahan dalam putri saya. Lebih mengenal lingkungan, sosial, budaya dan adab dalam bersikap. Menilai setiap momen tanpa gegabah dan tenggang rasa.

Baca Juga :  Pantas Harga Kenari Sampai Ratusan Ribu

Mungkin inilah perjuangan kita sekarang. Bukan mengangkat senjata, tapi berjuang melawan ego, menerima pendapat orang lain. Menerima keputusan sekali pun bertentangan, demi keadilan.

“Mama harusnya, cari rumah di sini. Biar aku bisa gabung sama muda-mudi Kaliurang,” kata Rafa ponakan saya pada ibunya. Setelah melihat kekompakan kawan-kawan muda saya dalam bekerja menyiapkan acara puncak Agustusan.

Mendengarnya kami tertawa, mengajak segera pindah, bergabung. Belajar toleransi dan menghargai. Seperti sila ketiga Pancasila. Persatuan Indonesia. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.