Anak Sekarang Tidak Suka Makan Apem karena Apa?

oleh -1005 Dilihat

Foto: Kilas Jatim/Tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Sejak kemarin, hari ini dan esok di rumah selalu ada kue apem. Bukan buatan saya, tapi pemberian tetangga untuk merayakan megengan. Menyambut datangnya bulan Ramadhan yang tinggal hitungan jari.

“Kenapa sih, selalu ada kue apem? Buat sampean saja aku tidak suka,” kata Jingga sambil menyodorkan kardus cokelat berisi beberapa kue, termasuk apem, Jumat (8/3/2024).

“Enak kok apem ini. Kamu harus belajar suka. Ini jajanan khas yang ada di hari spesial,” saya menjelaskan sambil mencomot apem dan mengunyah perlahan.

Ia menyampaikan, tidak menyukai apem, bukan karena tidak suka kue tradisional. Tapi rasanya yang aneh, tidak familiar di lidahnya. Menurutnya, kue berwana putih itu lebih cocok untuk orang tua, ibu-ibu dan nenek-kakek.

Ia juga heran, mengapa semua tetangganya menyertakan apem dalam setiap selamatan, juga megengan ini. Kenapa tidak diganti kue lain seperti cromboloni, bomboloni, croissant atau picnic roll.

“Semua kue boleh, tidak ada larangan. Apem lebih spesial, sebab sudah menjadi tradisi sejak dulu,” saya menjelaskan.

Kue tradisional ini menjadi hidangan wajib saat megengan. Apem diambil dari kata affan atau afwan (Bahasa Arab) yang berarti maaf atau pengampunan. Karena lidah orang Jawa dulu tidak fasih jadilah apem. Masyarakat menganggap apem, simbol atau wujud meminta ampun kepada Allah SWT sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

Sedang megengan diambil dari kata megeng yang artinya menahan. Bermakna, menahan segala hal yang dapat membatalkan puasa seperti makan dan minum. Megengan artinya juga keselamatan agar tetap terjaga selama menghadapi bulan Ramadan.

Dalam tradisi ini, setiap orang berharap mendapat berkah selama menjalankan ibadah puasa. Selain mempererat tali silaturahmi dengan berbagi makanan kepada tetangga dan saudara. Megengan, memadukan budaya Jawa dan nilai-nilai Islam.

Baca Juga :  Sisa Kejayaan Masa Kolonial di Kayutangan Malang

“Sudah paham, soal apem?”

“Panjang ya ceritanya. Dari apem, affan dan kebiasaan berbagi. Kalau suka apem nanti dululah, apa nunggu tua ya? Koyok sampean (seperti kamu)?” katanya sambil mengamati kotak kue yang berjajar di meja. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.