11 Ribu Langkah Kenali Kota

oleh -929 Dilihat

Foto: kilasjatim/tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Jam menunjukkan angka 09.31 WIB, warung kopi Tenang tepi sungai Brantas penuh muda-mudi. Bangku kecil bertebaran di bantaran sungai, Bulan-Jingga ingin berhenti setelah langkah menunjuk 4,7 KM perjalanan Minggu (10/9/2023) pagi, sekadar meneguk segelas es sogem.

Setiap akhir pekan saya luangkan waktu untuk jalan bersama. Dari warung kopi atau sekadar membeli jajanan ala-ala anak kekinian. Untuk bertukar cerita tentang apa pun selama sepekan yang mungkin terlewatkan.

Juga pagi tadi, setelah selesai urusan rumah, dari sarapan sampai membersihkan kandang Gede-Kiki kura-kura Brazil yang menempati teras atas, depan kamar. Bertiga saya mulai perjalanan, targetnya 8 ribu langkah atau setidaknya 5 Km.

Soal tujuan tak pernah ditentukan di rumah. Asal jalan saja, melintasi perkampungan atau jalan perumahan yang tidak padat kendaraan. Maklum, hari pertama mulai perjalanan, kaca spion mobil menyapa lengan saya, meski kami sudah menepi.

“Agak seram jalan di daerah Oro-oro Dowo, sopirnya bar-bar,” kata Bulan.

Sebab itu ia lebih suka keluar masuk gang kelinci. Sekali pun sempit, orangnya baik, suka menyapa menunjukkan arah. Sebab baru pertama lewat di sana.

Namun tak semua gang terhubung ke tempat yang kita inginkan. Seperti perjalanan pagi tadi. Pada jalan tertentu kita harus melalui jalanan ramai, searah di Jl. Bromo. Saya merasa sulitnya nyeberang di sana. Bagaimana dengan warga sekitar yang setiap beraktivitas mengantar sekolah atau belanja.

“Begini ya rasanya, pengendara gak ada yang mau ngalah. Kencang semua lajunya. Untung rumah kita tidak di sini,” Jingga menimpali.

Meski sulit membuat pengendara mengurai kecepatan agar kami bisa melintas. Saya menyarankan mencari rute yang tidak perlu menyeberang, tapi dua tema itu yakin bisa melintas. Dengan sedikit berlari, jalan cepat atau berdiri ditengah, mengalah pada pengendara mobil-motor. Bagian itu yang menyeramkan bagi saya.

Baca Juga :  Jalin Silaturahmi dan Berbagi Bersama Grafika 97

Begitulah saya nikmati saja kemana kaki mereka. Panas di pundak membuat kaos saya basah. Nafas yang naik turun kalah menaiki anak tangga dan mereka bahagia menertawakan diri masing-masing yang tak kalah terengah-engah.

Sampai di depan Gramedia dekat Alun-alun kota. Kami istirahat melihat orang bersepeda, sopir aplikasi on-line menunggu pesanan, biduan yang nyanyi di trotoar. Orang nyawer dan sopir angkot bermata lesu. Menanti penumpang tak kunjung datang.

Saya masih di halte, beberapa kali ia menawari saya naik angkotnya. Sayangnya sejak awal tujuan kami jalan kaki. Meski terik mulai menyengat. Sebab target hari ini belum terpenuhi.

Pukul 09.15, Bulan memutuskan melanjutkan perjalanan. Melintasi Jl. Majapahit menuju Splendid, pusat Pasar Burung dan Pasar Bunga di bantaran Brantas. Sampai di warung Tenang. Ber selonjor kaki, menikmati es sogem sebelum menuju Kampung Putih. Melalui jalan setapak di bawah Jembatan Van Riebeeck Kahuripan.

Di sepanjang rute disuguhi pemandang khas tepi sungai. Rumah petak, padat penduduk, lagu dangdut dan bocah-bocah yang berlarian.

“Kampungnya lebih bersih dari yang kukira. Orangnya juga ramah,” kata Jingga.

Jalan setapak ini berujung di Jl. Jaksa Agung Suprapto tepat sebelah RSU Saiful Anwar Malang. Langkah saya sudah memenuhi target. Jalan pulang masih lumayan kurang 1,3 Km dilihat dari Google Map.

Menjelang adzan bedug kami tiba di rumah. Pada layar hape menunjukkan 11 ribu langkah dengan jarak tempuh 6 Km. Selonjoran, makan siang, berikutnya kami lelap sampai ashar berkumandang.

“Tidur yang nyenyak,” kata Bulan-Jingga serempak. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.