Rencana Perkawinan dan Kopi Tanpa Gula

oleh -1584 Dilihat

Foto: Kilas Jatim/Tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Dul, duduk di bangku panjang. Teh hangat masih mengepul dalam gelas beling. Bersama sisa hujan sore ia tumpahkan isi hatinya.

Kopi dalam cangkir tak bergula menunggu di hirup. Aminah diam mendengar bujang berkisah. Tentang perempuan yang seharusnya akan dinikahi akhir pekan lalu, Sabtu (27/1/2024).

Uang belanja tiga puluh juta telah diberikan. Uang mahar tujuh juta telah di transfer ke rekening perempuan berambut merah. Tidak termasuk uang membeli peningset, pakaian, sepatu, sandal, tas, dompet, baju pengantin, beha, celana dalam, bedak, gincu dan cincin kawin berbentuk serupa.

Kurang sedikit mencapai seratus jutaan. Semua telah diberikan, juga hatinya yang kini terluka. Lunas, habis terkuras oleh perempuan kawan masa es em a.

Aminah masih diam mendengar cerita yang alurnya melompat-lompat. Karena emosi, sedih dan kehilangan. Campur aduk di wajahnya. Petugas resto kembali menanyakan hendak pesan makanan apa sore ini. Sayangnya nafsu makan telah hilang, perut menjadi kenyang, seketika.

Menjaga perasaan petugas resto Aminah, ibu muda itu memesan dia ayam goreng dibungkus untuk dua putrinya di rumah. Sampai bujang itu tuntas berkeluh kesah.

Ya, laki-laki muda itu bekerja sebagai PNS, usianya belum genap 24 tahun, dikenalnya di warung kopi. Keduanya kerap terlibat diskusi soal sastra, buku, politik atau apa saja yang sedang marak diberitakan.

Bujang yang baik, cerdas dan berwawasan. Sayangnya tidak pernah pacaran. Sekali kenal perempuan, ketemu model yang agresif, berani dan matre. Sesuatu yang tidak ada dalam hidupnya selama ini. Apa pun yang diminta perempuan itu selalu diberi, sekali pun ia harus berhemat.

Baca Juga :  Tidak Ada Sunset di Kaki Langit

Sampai ia mengabarkan siap mengakhiri masa lajang pada Nopember 2023. Perkawinannya akan berlangsung pada akhir pekan lalu. Ia mewanti-wanti kami semua agar datang di acara pestanya. Sayangnya Tuhan berkehendak lain, awal Januari lalu pacarnya meninggalkan tanpa alasan jelas. Begitu pula keluarga perempuan menyampaikan jika anak gadisnya tak begitu menyukai Bujang. Alasan pekerjaan yang mapan dan kebaikan membuat perempuan itu berkata iya dan berinisiatif mengajak berumah tangga.

“Kamu baik Le, ia bukan perempuan baik untukmu. Bersyukurlah Tuhan masih menyayangimu. Menggagalkan rencana jahatnya untuk memanfaatkan mu. Yakinlah ada yang lebih dan lebih baik dari dia,” kata Aminah, sambil menjabat tangan Bujang.

Ya, lukanya cukup dalam. Sebab ia harus menjelaskan semua masalah ini pada keluarga juga kawan dekatnya yang biasa ketemu di warung kopi. Yang membuatnya bersyukur undangan pesta belum sempat di sebar. Andai undangan itu telah beredar tentu lebih berat lagi beban yang ditanggung.

Hujan sebentar berhenti, sebentar turun dari senja menuju malam. Segelas teh hangat yang di pesannya telah tandas. Begitu pula dengan kopi tanpa gula didepan saya. Azan magrib mulai berkumandang dan kami memutuskan pulang. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.