Perwakilan Mitra Go-Car Mojokerto Minta Gojek Tak Tutup Operasional

oleh -1003 Dilihat

KILASJATIM.COM, Surabaya –
Aksi unjuk rasa ratusan pengemudi GoCar di Mojokerto di depan kantor cabang Gojek di Mojokerto, Jawa Timur belum lama ini mendapat reaksi keras dari sesama driver lainnya yang menyesalkan tuntutan rekannya untuk menutup operasional Gojek.

Sebagaimana diungkapkan Budi salah satu mitra driver Gojek.
Menurutnya, tuntutan yang dilakukan driver GoCar tersebut sah-sah saja dan dapat dimaklumi. Namun jangan sampai menutup operasional Gojek.

“Saya pribadi, daftar menjadi mitra Gojek karena ingin mencari pekerjaan yang lain daripada yang lain. Kalau menuntut ditutup karena penurunan insentif, ini kurang tepat. Insentif itu kan hak dan wewenang pihak perusahaan Gojek. Bonus diharapkan memicu driver melayani lebih banyak konsumen,” kata driver yang beroperasi di Mojokerto itu.

Alasan Budi cukup masuk akal karena kalau sampai meminta ditutup, dampaknya tidak hanya ke driver GoCar yang tidak setuju, nanti GoRide dan layanan lain juga terancam tidak beroperasi dan banyak yang kehilangan pekerjaan.

Sebagaimana diketahui para mitra ini aksi unjuk rasa memprotes pemangkasan insentif harian yang dinilai membuat mereka merugi.
Driver menuntut Gojek mengembalikan skema insentif yang lama dan meminta perusahaan mengembalikan akun driver yang telah diputus mitra (PM). Jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, para pengemudi GoCar mengancam menutup paksa kantor cabang Gojek di Mojokerto.

Tuntutan dari mitra driver Gojek ini
mendapat tanggapan dari Pengamat Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Prof. Daniel M Rosyid yang mengatakan, kerjasama yang terjalin antara perusahaan penyedia jasa berbasis teknologi dengan mitranya dapat berjalan jika mitra menyetujui persyaratan dan besaran pembayaran yang ditentukan oleh perusahaan.

Baca Juga :  Arya Putra Pratama dari Surabaya Raih Beasiswa GoJek Berkat Doa dan Dukungan Orang Tua

Seperti halnya kemitraan antara driver GoCar dengan Perusahaan Gojek, jika driver menolak atau tidak sepakat dengan apa yang ditetapkan perusahaan, driver dapat menghentikan kerja sama.

“Memang model bisnis perusahaan IT begitu. Driver boleh menuntut, dan kalau tidak diindahkan, boleh berhenti bekerja sebagai driver,” ujar Daniel saat dihubungi, Rabu (27/11/2019).

Menurutnya, kemitraan tersebut hanya bisa berlanjut jika terdapat pembagian keuntungan dan biaya yang adil bagi kedua belah pihak. Jika tidak, perusahaan akan mati yang mengakibatkan kerugian bagi semua pihak, termasuk konsumen.

“Harus ada sharing of profit and cost yang adil. Kalau tidak, ya bisnis tadi akan mati cepat atau lambat,” ujar Daniel Rosyid. (kj2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.