KILASJATIM.COM, Surabaya – Kayu massoia (Cryptocarya massoy), tumbuhan endemik Papua, kini menjadi sorotan dunia parfum. Dengan aroma khas yang menyerupai kelapa dan susu, minyak massoia memiliki potensi besar untuk menjadi bahan baku unggulan dalam industri parfum global.
Melalui penelitian intensif dan metode distilasi yang tepat, salah satu peneliti dari Wignja, perusahaan produksi minyak atsiri, Inggit Nalendra Zainar, mengklaim telah meningkatkan kualitas minyak massoia, sehingga membuka peluang baru bagi Papua di pasar internasional dan membawa harum khas daerah ini ke seluruh dunia.
Inggit menjelaskan bahwa kayu massoia mengandung senyawa masoilakton/lactone yang sangat berharga. “Saya tertarik untuk meningkatkan kualitas kadar senyawa utama dari minyak massoia sebagai bahan baku flavour dan fragrance,” ujarnya.
Untuk mencapai tujuan ini, ia melakukan penelitian mendalam tentang pemilihan bahan baku, metode isolasi, dan proses pengolahan yang tepat.
Dalam proses ekstraksi minyak massoia, Inggit menggunakan metode distilasi kukus dan distilasi bertekanan (steam distillation). “Kami konsisten menjaga mutu dan kualitas dengan menerapkan SOP yang ketat, mulai dari penyortiran bahan baku hingga uji menggunakan instrumen gas chromatography ,” jelasnya.
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah ketersediaan bahan baku, mengingat kayu massoia merupakan tumbuhan langka dan dilindungi. Untuk mengatasi hal ini, Inggit mengedukasi masyarakat Papua untuk membudidayakan tumbuhan massoia agar tetap berkelanjutan.
Saat ini, Inggit bekerja sama dengan salah satu instansi pendidikan di Yogya dalam penelitian dan pengembangan kayu massoia. “Kami terbuka untuk berkolaborasi dengan pihak lain, termasuk perusahaan parfum dan industri kosmetik,” kata Inggit. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kadar dan mutu minyak massoia sesuai standar industri.
Salah satu kegiatan pameran produk penyulingan Wignja. Menurut Inggit, kayu massoia memiliki potensi besar dalam industri parfum dan kosmetik.
“Permintaan minyak massoia cukup tinggi, dan banyak perfumer mulai menggunakannya sebagai bahan dasar,” ujarnya.
Selain itu, kayu massoia juga memiliki manfaat ekonomi, ekologi, dan sosial yang signifikan. “Dengan permintaan pasar dunia yang tinggi, kayu massoia dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal dan keberlanjutan ekologi,” tambahnya.
Ke depan, Inggit berencana untuk membudidayakan kayu massoia di luar Papua, seperti di Solok, Padang, untuk memastikan ketersediaan bahan baku yang melimpah dan berkelanjutan.
“Kami juga sedang mengembangkan teknologi ekstraksi SCFE dan mencoba formulasi baru dari bahan baku yang berbeda,” ungkap Inggit.
Ia optimistis bahwa masa depan kayu massoia dalam industri parfum global sangat cerah, mengingat permintaan yang terus meningkat. Dengan dedikasi dan inovasi yang terus berkembang, Inggit Nalendra Zainar berharap kayu massoia dapat menjadi salah satu bahan baku parfum unggulan yang tidak hanya membawa aroma khas Papua ke seluruh dunia, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan ekologi yang berkelanjutan. (kar)