KILASJATIM.COM, Malang – 110 Tahun Kota Malang dan segala cerita. Apa yang terlihat sekarang adalah Kayutangan dengan gaya mirip ke Jogja-an. Tempat jajan dan nongkrong semalaman.
Kayutangan belum lama mengisi kisah kota ini tapi keberadaanya telah menjadi ikon kota selain alun-alun, balaikota, kampung warna-warni yang menjadi tujuan wisata kekinian.
Wajah kota yang gemerlap dan Instagramable, tak mampu menutupi kekhawatiran warga bantaran sungai. Ya, setiap kali hujan tiba air selalu meluber, menutup jalanan seolah kubangan raksasa tak bertepi. Seperti yang terjadi di sekitaran kawasan Sawojajar, Bantaran, Kasin dan masih banyak lagi. Awalnya banjir begitu menakutkan, setelah berulang terjadi menjadi biasa meski tetap meresahkan.
Bila merunut ke belakang, kota ini tudak ada begitu saja. Tapi di desain sebagai hunian yang nyaman oleh Herman Thomas Karsten, seorang arsitek kelahiran Amsterdam, Belanda 22 April 1884.
Dalam penempatan setiap ruang selalu memperhitungkan fungsi dan dampaknya. Dimana perumahan boleh dibangun di kawasan tertentu, begitu pula tempat berniaga, dengan saluran air yang demikian rupa untuk mencegah banjir.
Pada masa itu, Malang terkenal sebagai kota hunian yang nyaman. Bukan hanya di Indonesia juga Belanda. Maka tak heran banyak ditemukan jejak peninggalan kolonial di sini.
Kini kota ini, tumbuh sebagai kota metropolitan dan pendidikan yang padat didatangi orang dari berbagai penjuru Indonesia. Dari yang awalnya hanya ingin belajar, sampai membuka usaha kuliner, biro jasa berakhir menetap di kota dingin yang kini tidak sedingin dulu.
Gedung tinggi bertebaran di mana saja. Saluran air terbuka telah ditutup untuk kepentingan parkir atau jalan yang berujung banjir bila hujan tiba.
Saya tidak bisa membayangkan, jika Thomas masih ada, dan melihat kota yang ditata sedemikian rupa cantiknya telah riuh oleh bangunan tanpa rencana tata ruang kota, serta keluhan banjir dari warganya.
Ya, Thomas meninggal ketika Jepang masuk ke Indonesia, ia menjadi tawanan perang tentara Jepang pada 1942. Ia pun mengembuskan nafas terakhir pada April 1945, di kamp tawanan Cimahi, Jawa Barat.
Selamat ulang tahun Kota Malang ke 110, sesuai tema yang diangkat ‘Berselaras untuk Kota Malang yang Berkelas’. Mengandung makna ajakan kebersamaan oleh Pemerintah Kota Malang kepada semua komponen yang ada, mulai dari DPRD, komunitas, akademisi, media, serta tokoh agama dan masyarakat. Untuk selaras, menjadikan Kota Malang berkelas, lebih baik dan lebih maju. Seperti pesan Pj Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, MM. (tqi)