Keren! Banyuwangi Punya Pusat Pencegahan Polusi Plastik (Living Lab) Pertama di Indonesia

oleh -560 Dilihat

 

BANYUWANGI, kilasjatim.com – Berbagai pihak terus mendukung upaya penanganan dan pengelolaan sampah di Banyuwangi. Yang terbaru, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) dan Partnership for Plastics in Indonesia Society (PISCES) membuka Living Lab pertama di Banyuwangi, untuk mencegah polusi plastik.

Menko Marves, Luhut B. Pandjaitan, dan para peneliti dari program PISCES, yang diawasi oleh Profesor Susan Jobling dari Brunel University London, memulai Living Lab ini.

Lokasi PISCES Banyuwangi Living Lab di Desa Pancoran, Kabupaten Rogojampi, diresmikan oleh Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah, Kemenko Marves, Rofi Alhanif, Tim PISCES, dan Plt Kepala Dinas Lingkungan Kabupaten Banyuwangi Dwi Handayani.

Living Lab, yang diresmikan pada 24 Mei 2023, adalah tempat di mana para peneliti, organisasi pemerintah, swasta, masyarakat, dan para inovator dapat bekerja sama untuk mengembangkan berbagai proyek dan inovasi yang berkaitan dengan sampah. Bagaimana mengurangi plastik sekali pakai, mengelola plastik dalam siklus penuh, dan membuat sistem pengelolaan limbah untuk membangun kolaborasi antara pemerintah, bisnis, dan industri dalam rantai produksi.

Asdep Rofi Alhanif, mengatakan pihaknya berharap program ini bertahan atau berkelanjutan, karena ini merupakan inovasi yang relatif baru di Indonesia. Rofi menyatakan, “Kami mengundang akademisi, pelaku industri, komunitas, dan masyarakat untuk hadir kemari untuk belajar bersama dan membuat konsep aksi nyata untuk mencari solusi khususnya untuk masalah sampah plastik.”

Program PISCES adalah kerja sama yang inklusif dan kolaboratif yang mempertemukan peneliti akademis dengan bisnis, industri, pemerintah, LSM, dan masyarakat sipil untuk memahami serta mengelola risiko yang disebabkan oleh polusi plastik.

Menurut Prof. Susan Jobling, direktur kemitraan PISCES, PISCES Living Lab Banyuwangi adalah pusat inovasi berbasis lokasi di mana solusi inovatif diuji dan dipantau secara langsung sehingga ada keselarasan antara teori peneliti dan praktik lapangan.

Baca Juga :  Top, Petrokimia Gresik Masuk Dalam 17 Perusahaan Paling Berkontribusi Bagi UMKM

“Apabila ini berjalan dengan baik, akan mendorong perubahan dalam mengatasi polusi plastik di sumbernya, melindungi ekosistem laut dan air tawar, meningkatkan perikanan dan pariwisata, memperkuat ekonomi lokal, serta mengubah tata kelola hidup bersih dan sehat,” jelasnya.

Untuk saat ini, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyambut baik kehadiran Living Lab di kota tersebut. Dia mengklaim bahwa program ini akan membantu mempercepat proses pengelolaan sampah di Banyuwangi.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat yang terus membantu pengelolaan persampahan di Banyuwangi. Ipuk menyatakan bahwa kehadiran Living Lab dan kelompok peneliti akan meningkatkan metode yang sudah kita gunakan untuk menangani sampah plastik,” katanya.

Selama ini, Banyuwangi telah bekerja sama dengan berbagai organisasi untuk menerapkan berbagai program pengelolaan sampah. Salah satunya adalah program STOP (Stop Ocean Plastics), yang membantu mengelola sampah laut di perairan muncar. Sekarang, program yang bekerja sama dengan PT Systemiq Lestari Indonesia ini diperluas dengan mendirikan pusat daur ulang sampah di Kecamatan Songgon, yang melayani lima kecamatan lain di sekitarnya.

Banyuwangi juga bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah Sungai Watch untuk membersihkan sampah di sungai. Selain itu, organisasi pengelolaan sampah dari Norwegia, Clean Ocean Through Clean Communities (CLOCC), bekerja sama untuk membuat masterplan pengelolaan sampah. (sag)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.