DPRD Pertanyakan Surabaya Tidak Masuk Penilaian SCI

oleh -1063 Dilihat
Solar cell menjadi pembangkit listrik traffic light di Surabaya telah menjamur.

KILASJATIM.COM, Surabaya: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya mempertanyakan kenapa kota Surabaya tidak masuk bagian dari penilaian data smart city index (SCI) atau index kota pintar dunia tahun 2023.

Berdasarkan  data yang dirilis oleh The Smart City Observatory oleh Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Center yang bermarkas di Swiss, dari 141 kota yang dianalisis, hanya ada tiga kota di Indonesia yang masuk penilaian, yaitu DKI Jakarta, Medan, dan Makassar.

Padahal menurut Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya AH Thony, sejauh ini Surabaya telah menerapkan parameter kota yang cerdas, mulai dari smart economy, smart people, smart governance, smart government, smart mobility, smart environment, smart branding dan smart living.

“Jadi mulai orang lahir sampai mati di Surabaya itu, sudah menerapkan pelayanan berbasis aplikasi. Kalau kemudian dinilai tidak masuk kategori, kan aneh itu,” katanya.

Oleh karena itu, dirinya mempertanyakan parameter dari penilaian tersebut. Jika variabelnya meliputi smart environment, maka apa yang ada di Surabaya saat ini sebagian besar sudah berbasis informasi dan komunikasi. Begitu juga dengan smart branding, smart economy, smart living, smart society, dan smart government.

AH Thony menegaskan, sejak era kepemimpinan Tri Rismaharini hingga era kepemimpinan Eri Cahyadi, grafik tingkat demokratisasi dalam pembangunan terus mengalami peningkatan. Begitu juga dengan tingkat partisipasi masyarakat dan partisipasi swasta, juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Terbukti setalah pandemi Covid-19, ekonomi di Surabaya mengalami peningkatan.

“Dari sisi komitmen partisipasi masyarakat. Kita lihat ada Kader Surabaya Hebat (KSH), terus dibentuknya kampung madani. Belum lagi peran kampus, baik bidang teknologi, ekonomi sosial maupun hukum. Jadi semua berkontribusi untuk kota Surabaya,” jelasnya.

Baca Juga :  Gunakan Balai RW Untuk Layanan Warga, Dewan Pertanyakan Anggarkan Biaya Listrik

Kemudian dalam penyediaan transportasi umum, juga berkembang pesat. Hadirnya Suroboyo Bus, Trans Semanggi Suroboyo, dan yang terbaru feeder atau angkutan penghubung dari perkampungan ke jalan besar yang terkoneksi dengan transportasi lainnya sudah tersedia menggunakan aplikasi mulaipembayaran rute dan sebagainya. Hal ini menjadi bukti bahwa Surabaya telah bertransformasi menjadi kota pintar.

Begitu juga dengan pengelolaan air di Surabaya sudah lebih baik. Ketersediaan air meningkat. Pemkot Surabaya sudah memiliki target warga di pemukiman Surabaya harus teraliri air. Rehabilitasi pipa sepanjang 115,4 kilometer akan dikerjakan tahun ini. Kemudian ketersediaan air tanah, jutaan biopori sudah tertanam dan sudah tersebar di seluruh kota.

Kaitan dengan energi matahari pakai solar cell di penerangan jalan umum (PJU) hingga traffic light sudah ada. Bahkan sekarang penggunaan solar cell di rumah tangga untuk penerangan sudah banyak yang menerapkan. “Lingkungan hidup kemarin dapat penghargaan Adipura Kencana. Terus dimana letak kurangnya parameter smart city di Surabaya?. Jadi Surabaya itu sudah mendahului daripada kota-kota besar lainnya di Indonesia,” ujarnya.

Meski demikian ia tak mau terprovokasi atas kabar yang menempatkan Surabaya sebagai kota yang tidak pintar. “Kami menanggapi dingin saja tidak terlalu terprovokasi dengan kabar yang seolah-olah Surabaya menempatkan dibawah dengan kota-kota lain,” kata AH Thony.

Menurutnya Kota Pahlawan sudah terlebih dahulu dalam menerapkan smart city. Bahkan untuk membangun Surabaya melalui smart city penuh dengan semangat, kesadaran dan jiwa kedewasaan sehingga semakin hari effect-nya terasa.

Bahkan menurut pengakuannya, setiap hari banyak tamu dari belahan Indonesia belajar smart city di Surabaya. Tidak itu saja, tahun lalu Menpan RB, Azwar Anas aat mengunjungi Surabaya, mengapresiasi Mall Pelayanan Publik yang mewah dan cepatnya pelayanan sehingga dirasakan betul manfaatnya oleh warga. Jadi, dengan tidak masuknya Surabaya di SCI, justru akan mempertanyakan obyektivitas dari tim yang menilai.

Baca Juga :  Profil Aksi Mitigasi Karbon Biru Lamun Solusi Atasi Perubahan Iklim

“Saya pikir semua kota atau masyarakat akan mempertanyakan obyektivitas penilaian maupun legitimasi data tersebut. Kalau kita setiap hari menjadi rujukan lalu dinilai menjadi underdog tentu mendapatkan “peradilan” dari mereka (masyarakat),”ujarnya. (ADV/nia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.