KILASJATIM.COM, Bojonegoro – Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Bojonegoro mencatat bahwa per 27 Januari 2025, jumlah sapi yang terjangkit penyakit kuku dan mulut (PMK) mencapai 592 ekor. Dari jumlah tersebut, sebanyak 19 ekor dinyatakan mati.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Pengolahan, dan Pemasaran Hasil Peternakan Disnakan Bojonegoro, Lutfi Nurrohman, menyampaikan bahwa data ini dihimpun dari laporan dokter hewan di setiap kecamatan.
“Sampai dengan 27 Januari 2025, sudah ada 111 ekor sapi yang sembuh,” ujar Lutfi saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Rabu (29/1).
Guna mencegah penyebaran lebih luas, tim medis hewan bersama Disnakan Bojonegoro terus melakukan vaksinasi hewan di 28 kecamatan. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro juga telah menutup beberapa pasar sapi sebagai langkah antisipatif untuk menekan penyebaran PMK di wilayah tersebut.
“Kami juga bekerja sama dengan petugas dari Kodim 0813, Polres Bojonegoro, serta BPBD untuk melakukan penyekatan di perbatasan wilayah agar mencegah masuknya hewan ternak dari luar daerah,” jelas Lutfi.
Menurut Lutfi, cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Bojonegoro turut memperparah kondisi kesehatan sapi. “Para peternak diharapkan tetap waspada karena Bojonegoro mengalami hujan setiap hari selama empat hari terakhir. Ketelatenan dan perhatian peternak dalam merawat sapi yang sakit sangat penting,” tambahnya.
Sejumlah peternak di Kabupaten Bojonegoro mengeluhkan mewabahnya PMK yang menyerang ternak mereka. Beberapa di antaranya bahkan secara mandiri menguburkan sapi yang mati akibat penyakit ini.
Di Desa Papringan, Kecamatan Temayang, Kepala Desa Hadi Suyatno mengungkapkan bahwa sejak awal tahun 2025, pihaknya telah menerima banyak laporan terkait kematian sapi akibat PMK.
“Sampai saat ini, sudah lebih dari 13 ekor sapi warga yang mati akibat PMK,” ujarnya.
Dengan kondisi ini, para peternak diimbau untuk terus berkoordinasi dengan pihak terkait guna mendapatkan bantuan dan penanganan yang tepat dalam menghadapi wabah PMK di Bojonegoro. (had)