Waspada! Kasus Penyakit Ternak di Jatim Naik 2 kali Lipat, Vaksinasi Jadi Solusi Utama

oleh -460 Dilihat

KILASJATIM.COM, Surabaya – Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Indyah Aryani, melaporkan adanya peningkatan signifikan kasus penyakit ternak di wilayahnya pada akhir Desember 2024. Jika dalam setahun rata-rata kasus berkisar 5 hingga 10 kasus, pada akhir tahun jumlah ini meningkat dua kali lipat, yang dianggap sebagai peringatan serius (warning sign) bagi kondisi kesehatan ternak di Jawa Timur.

Indyah menjelaskan bahwa lonjakan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah perubahan cuaca saat pancaroba, yang berdampak pada daya tahan tubuh ternak, sama seperti manusia yang rentan sakit saat pergantian musim. Selain itu, tingginya mobilitas ternak dari berbagai daerah, seperti Jawa Barat, yang bercampur di pasar sebelum didistribusikan ke daerah lain, turut meningkatkan risiko penularan penyakit. Kondisi ini semakin diperparah oleh tingginya lalu lintas ternak menjelang Idul Adha, ketika banyak peternak mulai menggemukkan sapi dalam jangka waktu empat hingga enam bulan sebelum dijual untuk kurban.

Faktor lain yang berkontribusi adalah penurunan daya tahan tubuh ternak pasca vaksinasi. Kekebalan ternak mulai melemah setelah enam bulan, sehingga vaksinasi harus diulang secara berkala untuk menjaga daya tahan tubuhnya. Namun, masih ada ternak yang belum menerima vaksinasi secara lengkap, yang membuat mereka lebih berisiko tertular dari ternak lain yang sudah divaksin tetapi masih bisa membawa virus.

Indyah menegaskan bahwa vaksinasi merupakan langkah utama dalam pengendalian penyakit ternak. Sejak tahun 2022, total vaksinasi yang telah diberikan mencapai 15 juta dosis, termasuk vaksinasi pertama, kedua, dan booster. Namun, cakupan vaksinasi di Jawa Timur masih baru mencapai 50% dari total populasi ternak, sehingga upaya terus dilakukan untuk meningkatkan angka ini.

Baca Juga :  Hadiri Haul Pahlawan Nasional RMT Soerjo, Emil Dardak Harapkan Jadi Agenda Tahunan di Magetan

Selain vaksinasi, pemerintah juga menerapkan pengawasan ketat terhadap lalu lintas ternak antarprovinsi dengan sistem informasi yang terhubung dengan pemerintah pusat. Sistem ini memastikan bahwa setiap ternak yang dikirim ke luar daerah harus memenuhi persyaratan kesehatan, seperti pemeriksaan laboratorium menggunakan metode PCR dan Elisa, vaksinasi minimal satu kali untuk Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD), serta penerbitan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan Sertifikat Veteriner (SV) sebelum ternak dapat dikirim ke daerah lain.

Meski kasus meningkat pada akhir tahun, tren mulai menunjukkan penurunan pada awal 2025. Jika pada pertengahan Januari kasus harian sempat mencapai 1.000 kasus, kini jumlahnya menurun menjadi 125 kasus per hari. Indyah optimistis bahwa dengan vaksinasi rutin selama lima tahun ke depan, penyebaran penyakit dapat ditekan secara efektif.

Dengan berbagai langkah pencegahan yang terus diperkuat, Dinas Peternakan Jawa Timur berharap kasus penyakit ternak dapat terus menurun, sehingga sektor peternakan tetap aman dan stabil, terutama menjelang Idul Adha yang akan datang. (FRI)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.