Elisa Naomi, Menjadikan Kesenangan sebagai Pekerjaan yang Menghasilkan Uang

oleh -535 Dilihat

Foto: Kilas Jatim/Rie

KILASJATIM.COM, Ubud, Bali – Menjadi seniman di era serba digital saat ini tidaklah mudah. Di satu sisi menjalani passion sekaligus harus menghasilkan uang, di sisi lain juga harus beradaptasi dengan era yang serba canggih.

Seniman asal Jakarta yang saat ini memilih menetap di Pulau Bali, Elisa Naomi Talakua mengatakan bahwa di era saat ini, menjadi seniman itu bukan sekadar hobi atau sebuah kesenangan, melainkan bagaimana menjadikannya sebuah pekerjaan yang menghasilkan uang.

“Menjadi seniman atau pelukis itu harus fokus ya. Apalagi bagi seorang perempuan, tidak gampang, karena harus membagi waktu antara kesenangan dengan keluarga,” ujar Naomi ditemui di gallery miliknya, Soul Women Art Space kawasan AA Gede Rai Ubud, Bali pada Selasa (2/4/2024).

Fokus diperlukan, sebab melukis itu tidak langsung dapat uang. Menurut Naomi, selain itu, konsisten juga menjadi kunci sukses bagi seorang seniman.

“Kalau sudah fokus, kita akan bisa mengembangkan seni melukis ke hal lain, misalnya ngajar atau jadi seniman tatto. Pengembangan seni lukis itu luas untuk menghasilkan uang. Jadi, kita gak bakal takut atau ketinggalan teknologi yang sekarang banyak banget, membuat semua orang bisa menggambar (lewat digital),” lanjut Naomi.

Ada beberapa fase yang dilalui oleh seniman seperti dirinya, dulu ketika usianya masih remaja mungkin melukis hanya sebuah kesenangan. Tapi ketika beranjak dewasa, jarang seniman yang bisa bertahan menjadikan kesenangan tersebut sebuah pekerjaan.

“Melukis itu adalah pekerjaan aku, bukan sebuah kesenangan. Harus berusaha menjadikan lukisan menghasilkan uang, bukan sekadar hobi. Jadi, idealis dan komersil harus sepadan,” urai Naomi.

Ia pun memilih Bali sebagai tempat usaha utamanya, selain di Jakarta yang merupakan tempat asalnya. Sesekali juga ia menggelar pameran tunggal di Jakarta dan Bandung untuk lebih memperkenalkan karya-karyanya pada publik.

Baca Juga :  Pinjol dan Kerusakan Alam Tanda Perubahan Iklim

“Bali itu dari segi biaya produksi lebih murah. Di sini juga lebih banyak mendapatkan ilmu dan teknik baru ketimbang kota lain. Banyak membuka jaringan juga, karena kembali lagi ya, berbisnis itu tentang jaringan dan harus bisa membuka wawasan. Tanpa itu, susah menjual lukisan,” ungkap Naomi yang mengaku belum berminat mengepakkan sayapnya ke Provinsi Jawa Timur karena berbagai hal.

Naomi pun membeberkan salah satu strategi bagi seniman agar bertahan di tengah gempuran era canggih, yaitu menjual dengan harga yang tidak mahal.

“Nggak bisa jual mahal sekarang, susah. Yang penting, ada orang pasang lukisanku di rumahnya saja aku sudah senang banget,” imbuh Naomi.

Bagi Naomi, menjalani profesi apapun, selain mencari uang untuk bertahan hidup, terpenting adalah kenyamanan. Tentu, lanjut Naomi, untuk mendapatkan itu butuh proses.

“Semua berproses ya, nggak bisa ujug-ujug kita dapat hasilnya. Ada yang dulu suka seni, tapi karena berhadapan dengan kebutuhan, hobinya itu ditinggalkan. Kalau aku dari dulu memang suka lukis, tinggal pengembangan saja gimana kesenanganku ini bisa jadi duit,” pungkas Naomi. (rie)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.