Di Forum ISPE, Khofifah Sampaikan Visi Misinya Jadikan Jatim Leading Smart Industrial Province

oleh -801 Dilihat

Foto: Ist/Humas Pemprov Jatim

KILASJATIM.COM, Surabaya – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memaparkan visi dan misi industrialisasi Jawa Timur saat menjadi narasumber dalam forum INDEF School of Political Economy (ISPE) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Senin (16/10/2023) pagi.

Khofifah mengatakan bahwa pihaknya bertekad untuk menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi yang unggul atau leading smart industrial province. Hal itu menjadi visi yang jelas diterapkan di Jatim seiring dengan Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP).

“Smart itu meliputi peningkatan partisipasi industri, transformasi budaya masyarakat industri, serta kecerdasan dalam pengelolaan industrialisasi (smart industrial governance),” tegas Khofifah.

“Sedangkan leading (Unggul) meliputi efisien, optimalisasi pemanfaatan SDA , penguatan struktur industri, serta peningkatan pangsa pasar,” lanjutnya.

Untuk bisa mencapai visi leading smart industrial province, misi yang dilakukan di Jatim adalah menguatkan dan memantapkan struktur industri, meningkatkan daya saing industri yang berbasis pada pelestarian lingkungan hidup. Dan juga meningkatkan inklusivitas pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.

Lewat berbagai upaya yang dilakukan Pemprov Jatim, berdasarkan data yang ada hingga akhir 2022 lalu, industri manufaktur di Jatim sudah mencapai 31,4%.

Nilai ini sudah melampaui target nasional pada tahun 2045 di angka 30%. Bahkan, dngan adanya pabrik Smelter, pabrik foil tembaga Hailiang, serta 4 hilirisasi dari Smelter yang ada di PIER, maka Jatim akan bisa mencapai 34%.

Visi dan misi yang berupaya dicapai Khofifah ini bukan sembarangan. Hal ini karena secara geografis Jatim adalah center of gravity.

Guna mendukung infrastruktur pengembangan industrutrialisasi di Jatim, yang dilakukan Pemprov Jatim adalah pengembangan Pelabuhan Probolinggo, yang merupakan satu-satunya pelabuhan laut di Indonesia yang kewenangannya diserahkan ke Provinsi.

“Pengembangan ini penting, mengingat Pelabuhan Tanjung Priuk maupun Tanjung Perak sudah padat lalu lintasnya. Jadi pengembangan Pelabuhan Probolinggo ini menjadi prioritas,” terangnya.

Lebih lanjut, Khofifah menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Jatim tumbuh impresif sebesar 5,24 % (y-on-y) pada Triwulan II tahun 2023. Dan pertumbuhan ekonomi Jatim ini mampu berkontribusi sebesar 14,45 % terhadap PDB indonesia dan berkontribusi sebesar 25,23 % terhadap PDRB pulau jawa.

Baca Juga :  Musim Mangga Tiba, Gubernur Khofifah Ajak Karyawan dan Wartawan Nikmati Legitnya Mangga Asal Kediri

Kemudian, realisasi investasi Jatim, pada triwulan II Tahun 2023 juga tumbuh sebesar 4,0 persen (y-on-y) dan menduduki peringkat 3 dibanding provinsi lain di Indonesia. Jatim juga mampu meraih predikat sebagai provinsi dengan tingkat kemudahan berbisnis tertinggi, dengan tingkat daya saing kedua setelah DKI Jakarta.

“Jadi ICOR Jawa Timur lebih rendah daripada ICOR nasional. Ini menunjukkan berinvestasi di Jatim lebih efisien daripada rata-rata berinvestasi di Indonesia,” terangnya.

Khofifah menambahkan, kekuatan Jatim ini juga ditunjang dengan keberadaan Desa Devisa di Jawa Timur. Dimana, per September 2023 tercatat 149 Desa Devisa berada di Jawa Timur dari total 613 Desa Devisa di Indonesia.

Lewat Desa Devisa ini, akan dilakukan pendampingan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bagaimana mengakses pasar global.

Terkait, peningkatan kinerja perdagangan di Jatim, Khofifah menyampaikan, hal ini ditunjang lewat Misi Dagang yang digelar Pemprov Jatim baik antar provinsi maupun luar negeri. Bahkan, program Misi Dagang antar provinsi ini merupakan ciri khas Jawa Timur yang tidak dilakukan oleh provinsi lainnya.

“Saat misi dagang, kita membawa trader sekaligus buyer. Dan, ini hanya ada di Jawa Timur. Pertemuan antara keduanya ini adalah bukti pentingnya Seeing is Believing,” tegasnya.

“Melalui misi dagang ini, kami mengadakan mediasi bagi pelaku-pelaku UMKM. Ini penting, karena Indonesia marketnya sangat besar, jadi kalau bukan kita yang mengisi siapa lagi,” imbuhnya.

Keunggulan lainnya, lanjut Khofifah, yaitu posisi Jatim sebagai lumbung pangan. Dimana, berdasarkan data BPS, selama tiga tahun berturut-turut produksi padi di Jatim selalu tertinggi nasional. Begitupun untuk jumlah komoditas jagung, daging sapi, maupun telur ayam.

Pada kesempatan ini, Khofifah juga menjelaskan 4 pilar prioritas pertumbuhan ekonomi Jatim. Yaitu, penguatan daya saing manufaktur dan perdagangan, peningkatan nilai tambah agroindustri, percepatan pertumbuhan industri pariwisata dan pengembangan industri mikro, kecil dan menengah.

Baca Juga :  Kunjungi Pasar Dukuh Kupang, Mendag Sebut Harga Bahan Pokok Rata-Rata Sudah Stabil

Di akhir, Gubernur Khofifah berharap lewat forum INDEF School of Political Economy akan lahir rekomendasi-rekomendasi strategis bagi Jawa Timur. Untuk itu, peran perguruan tinggi strategis seperti FEB UNAIR, menjadi bagian yang sangat penting untuk memberikan penguatan agar masyarakat Jatim tidak hanya menjadi penonton.

“Saya berharap bahwa dari apa yang saya sampaikan akan hadir rekomendasi rekomendasi strategis bagi Pemprov Jawa Timur untuk terus berbenah dan terus tumbuh kedepan,” pungkasnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, S.E, M.S.,D.E. selaku Ekonom Senior INDEF, menjelaskan ISPE merupakan program unggulan dari INDEF yang sudah berlangsung selama lebih dari lima tahun dan dilaksanakan di kota-kota besar Indonesia, bahkan ke Washington, Moscow, Berlin, dan Tokyo.

Ia menyebutkan kontribusi Gubernur Khofifah di bidang ekonomi bukan hanya bermanfaat bagi Jatim dan Indonesia, namun juga sebagai pembelajaran bagi institusi tingkat nasional dan internasional seperti INDEF.

“Saya menyampaikan dan sudah saya tulis bahwa siapa pun akan pasti membutuhkan ibu Khofifah dengan berbagai pemikiran serta terobosan beliau di bidang ekonomi. Terimakasih atas kerjasama dengan FEB UNAIR dan atensi yang Bu Gubernur berikan, semoga kami bisa turut berkontribusi pada kemajuan Jatim,” ujarnya.

Sejalan dengan itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Dr. Dian Agustia, S.E., M.Si. Ak menyebutkan bahwa Gubernur Khofifah merupakan sosok yang mampu menjawab tantangan ketidakpastian ekonomi global.

Ia memaparkan, ada tiga kunci menjawab tantangan ini, yaitu memahami implikasi kesejahteraan ekonomi global, memahami tantangan bagi pemerintah, partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan.

“Bu Gubernur telah menunjukkan resiliensinya lewat solusi-solusi yang mendongkrak perekonomian. Bu Gubernur sangat commit dalam mencari solusi bersama lewat pertimbangan ide dan pengetahuan seputar permasalahan ekonomi,” pungkasnya. (rie)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.