KILASJATIM.COM, Jakarta – Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Sri Mulyani Indrawati, menilai bahwa kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat berpotensi memengaruhi dinamika inflasi global.
“Dampak kebijakan tarif yang dilakukan di Amerika Serikat diperkirakan akan memberikan pengaruh pada proses penurunan inflasi menjadi tertahan. Dengan demikian, inflasinya masih pada level yang kuat,” ujar Sri Mulyani, Selasa (28/1/2025).
Kebijakan tarif tersebut diyakini dapat memperlambat penurunan inflasi, yang saat ini masih berada pada level yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak pada ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed Fund Rate), di mana ruang untuk penurunan suku bunga menjadi lebih terbatas karena inflasi yang tetap tinggi akibat kebijakan tarif tersebut.
“Ini tentu mempengaruhi posisi dari Fed Fund Rate. Ekspektasi penurunan suku bunga menjadi lebih terbatas akibat inflasi yang masih tertahan oleh kebijakan tarif yang diterapkan,” jelasnya.
Secara fiskal, Amerika Serikat diperkirakan akan melanjutkan kebijakan yang lebih ekspansif, yang berdampak pada tetap tingginya yield dari US Treasury. Fenomena ini terjadi baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang, yang mencerminkan optimisme terhadap stabilitas ekonomi AS meskipun ketegangan global meningkat.
Sementara itu, ketegangan politik global yang semakin memanas, ditambah dengan meningkatnya preferensi investor terhadap aset-aset keuangan AS, turut mendorong indeks mata uang Dolar Amerika Serikat (DXY) ke dalam tren kenaikan. Hal ini memberikan tekanan tambahan terhadap mata uang negara lain, termasuk Indonesia, serta menciptakan ketidakpastian di pasar global.
“Ketegangan politik global yang meningkat dan preferensi investor yang makin besar terhadap aset-aset keuangan Amerika Serikat akan menyebabkan indeks DXY berada dalam tren meningkat. Ini akan memberikan tambahan tekanan pada mata uang lainnya,” ungkap Sri Mulyani.
Di tengah tantangan tersebut, proyeksi ekonomi global juga menunjukkan gambaran yang kurang optimis. Berdasarkan laporan terbaru dari IMF untuk Januari 2025, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan stagnan di level 3,3 persen.
Namun, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang cukup impresif. Pada triwulan III 2024, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh sebesar 4,95 persen (YoY), yang didorong oleh sektor investasi, konsumsi rumah tangga, dan ekspor.
Pemerintah juga optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap terjaga pada triwulan IV 2024, berkat kenaikan investasi, konsumsi rumah tangga yang stabil, serta peningkatan belanja pemerintah menjelang akhir tahun.
“Di triwulan IV, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap terjaga, ditopang oleh kenaikan investasi, stabilnya konsumsi rumah tangga, dan belanja pemerintah pada akhir tahun,” tambahnya.
Selain itu, pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 25 November 2024 serta musim liburan akhir tahun (Natal dan Tahun Baru) diperkirakan akan memberikan dorongan positif bagi perekonomian Indonesia. (den)