Sidak ke TPS Petemon, DPRD minta Pemkot lebih serius tangani persoalan sampah

oleh -357 Dilihat

KILASJATIM.COM, Surabaya: Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti melakukan inspeksi mendadak (Sidak) di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Bukit Barisan Petemon Surabaya, Selasa (16/5/2023) yang lalu. Dalam kunjungannya, Reni ingin memastikan kelancaran proses pengangkutan sampah yang ada sisi jalan raya tersebut. Ia berkeliling di area TPS dengan dipandu oleh petugas penjaga, Wahyu Amiruddin.

Reni menegaskan, sejak 7 tahun yang lalu, Surabaya menjadi kota yang selalu mendapatkan penghargaan Adipura Kencana. Terakhir, Kota Pahlawan mendapatkan penghargaan Adipura Kencana pada tahun 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI yang diberikan pada Februari lalu.

Prestasi tersebut, dikatakan Reni, harus menjadi perhatian sekaligus tanggung jawab untuk terus menjaga kebersihan kota. Inovasi dalam pengolahan sampah juga harus dilakukan agar kebersihan terus dapat dijaga. Karena salah satu yang paling krusial perihal kebersihan kota adalah pengelolaan sampah.

“Untuk itu, saya datang ke TPS Bukit Barisan yang merupakan salah satu TPS besar. Saya ingin mengetahui kondisi pengolahan sampah yang menjadi salah satu indikator kebersihan kota,” terang politikus partai PKS tersebut.

Kondisi tersebut masih ditambah dengan banyaknya sampah yang ada di TPS hingga siang hari. Apalagi banyak TPS yang berada di sisi jalan raya. Sampah-sampah tersebut membuat pengendara tak nyaman. “Harus ada target pagi sudah zero sampah. Misalnya, jam 06.30 WIB semua sampah harus sudah terangkut,” ujar Reni.

Menurut data yang ada, Kota Surabaya rata-rata memproduksi sampah hingga 2.000 ton /hari. Sementara yang bisa masuk ke TPA Benowo hanya 1.600 ton. Dimana yang 1.000 ton masuk ke pembangkit tenaga sampah (PLTSa) Benowo. Sedangkan yang 600 ton ditimbun dengan diberikan treatment. Untuk yang 400 ton, tereduksi dengan adanya pemulung, pengolahan sampah di RT/RW dijadikan pupuk dan sebagainya, termasuk bank sampah.

Agar sampah tidak semakin menggunung dan tidak teratasi, maka perlu inovasi dan program yang mampu menggerakkan seluruh masyarakat kota. Karena persoalan sampah adalah persoalan bersama yang harus diatasi bersama. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengolahan sampah harus terus ditingkatkan.

Baca Juga :  Wagub Emil Usulkan Empat Strategi Kendalikan Inflasi Di Jatim, Ajak TPID Jaga Lonjakan

“Jika tidak ada program tertentu terhadap cara pengolahan kepada masyarakat, bukan tidak mungkin jumlah tersebut bakal bertambah. Sementara kemampuan pengolahan sampah terbatas. Penumpukan dengan volume lebih besar bakal terjadi,” ungkap Reni.

Di seluruh Surabaya, terdapat 190 TPS dan untuk mewujudkan zero sampah saat pagi hari, ketersediaan dan manajemen waktu alat pengangkut sampah harus benar-benar dihitung agar proses pengangkutan dari rumah warga ke TPS menuju TPA bisa makin cepat.

“Jadwal pengangkutan juga diperlukan agar saat pagi bisa zero sampah di TPS. Misalnya, pengangkutan dari RT atau RW ke TPS harus selesai di jam tertentu. Sehingga sampah di TPS bisa segera diangkut ke TPA,” ucapnya.

Sementara itu, menurut salah satu petugas di TPS Bukit Barisan, Petemon, Wahyu Amirudin membludaknya sampah di TPS setiap hari tergantung jumlah armada yang mengangkut sampah dari TPS. “Kalau sampai pagi ini masih 3 rit. Biasanya setiap hari ada 5-6 rit. Membludaknya sampah pagi ini, karena truk pengangkut terlambat,”kata Wahyu.

TPS Bukti Barisan, Petemon melingkupi empat kelurahan yakni Kelurahan Tembok Duku, Petemon, Kupang Krajan, dan Sawahan. TPS tersebut disebut sebagai TPS yang sampahnya terbanyak selain TPS Rangkah dan Srikana.

Banyaknya sampah di TPS Bukti Barisan menurut Wahyu tergantung juga dengan tukang sampah yang mengambil sampah di rumah-rumah warga. “Kadang ada RT yang minta seminggu diambil tiga kali ya, kadang ya seminggu sekali,”ujarnya.  Ia pun mengakui sampah rumah tangga semakin hari meningkat, dalam sehari kadang ia mendapatkan 10 ton. Sehingga harus kerja cepat untuk menghilangkan bau busuk yang merebak di sekitar pemukiman.

Perlu support dan inovasi masyarakat

Problematika sampah yang senantiasa menjadi persoalan di kota-kota besar harus disikapi dengan bijak. Harus ada solusi dan berbagai strategi jitu yang senantiasa digencarkan, termasuk dengan melibatkan masyarakat kota. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pengolahan sampah rumah tangga secara mandiri harus terus ditingkatkan

Reni mengatakan, dirinya melihat semangat masyarakat untuk membantu mengolah dan mengurangi sampah cukup tinggi. Termasuk melalui bank sampah, pemulung, hingga gerakan-gerakan lingkungan lewat program tertentu, seperti pengolahan eco enzim. Hal itu harus terus mendapat dukungan Pemkot.

Baca Juga :  Lewat Paripurna, DPD RI Siap Kawal Agar UUD 1945 Kembali ke Naskah Asli

Pemkot Surabaya juga memiliki program pemberdayaan melalui kampung zero waste. Kampung yang diproyeksikan menjadi zero waste telah diberikan ilmu pengelolaan sampah mulai dari pengelolaan eco enzim dengan mendaur sampah rumah tangga untuk berbagai manfaat seperti diolah untuk pupuk. “Kalau bisa memberikan pengurangan terhadap sampah harus bisa dioptimalkan. Selama ini belum ada kepastian target berapa ton pencapaiannya,”tambahnya.

Dengan pengolahan yang efektif dan tingginya kesadaran masyarakat untuk ikut membantu penanganan sampah, Reni optimistis problematika sampah di Surabaya bisa segera diatasi. “Harus ada langkah konkrit, baik dari pemeritah kota maupun masyarakatnya,” tandas Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti.

Insentif  kader lingkungan

Startegi pengurangan dan pengelolaan sampah juga harus melibatkan seluruh elemen. Pemkot Surabaya memiliki Perda Sampah Nomor 1 Tahun  2019. Di dalam perda itu ada kewajiban pemkot dan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan sampah melalui bank sampah.

Reni Astuti mendorong Pemkot Surabaya untuk lebih memperhatikan kader lingkungan yang mengelola bank Sampah dengan memeberikan insentif. Saat ini, ada 600-an bank sampah di Surabaya yang bisa mengurangi 4 ton dari total 2.000 ton sampah per hari.

“Di perda pengelolaan sampah, Pemkot boleh memberikan support ke bank sampah. Mulai dengan support sarana prasarana hingga pemberian insentif ke kader lingkungan. Sarana prasarana yang memadai bakal menambah volume pengelolaan di bank sampah,” ujar Reni.

Pemberian insentif pada kader lingkungan yang mengurus bank sampah ini diyakini akan memotivasi dan memacu kader lingkungan untuk lebih giat dan gencar dalam menjaga kebersihan. Menurut Reni, kader lingkungan atau kader sampah harus diberikan perlakukan yang sama layaknya Kader Surabaya Hebat (KSH).

“Berilah kader lingkungan insentif tiap bulan. Misalnya, sebanyak Rp 500 ribu per bulan sudah sangat layak. Atau, kader lingkungan di tingkat RT atau RW bisa dinaikkan menjadi KSH yang bertugas menjaga kebersihan lingkungan,” ungkapnya. (nia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.