Puluhan Karya Lukis ABK se-Jatim Dipamerkan

oleh -566 Dilihat

KILASJATIM.COM, SURABAYA: Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bisa juga jadi bintang. ABK perlu dipupuk semangat dan kepercayaan dirinya untuk bangkit setara dengan anak-anak seusinya meski dengan keterbatasan yang dimilikinya. Keterbatasan tersebut tidak harus jadi hambatan untuk berkarya dan menjadi bintang.

Itulah semangat yang digaungkan Daerah (DPD) Autism Awareness Indonesia (AAI) Jatim dengan menggelar pameran puluhan karya lukisan karya dari siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) dari Kota Surabaya dan Pasuruan di Galeri Merah Putih, Komplek Balai Pemuda, Kota Surabaya mulai , Kamis (20/10/2022) sampai 30 Oktober 2022.

Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Autism Awareness Indonesia (AAI) Jatim Vivin Komala, S. Sos, A.md. Akup mengatakan mengatakan ada 21 anak ‘istimewa’ yang memamerkan hasil karya lukisannya. Mereka berasal dari 6 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang tersebar di Jatim, mulai dari Surabaya hingga Pasuruan.

“Pameran ini diselenggarakan untuk membangun rasa percaya diri pada anak berkebutuhan khusus yang memang butuh perhatian khusus. AAI Jatim sendiri saat ini tengah berfokus untuk menggali kelebihan dalam diri setiap anak istimewa tersebut. Tujuan kegiatan ini membangun rasa percaya diri anak-anak. Kami tidak bisa memaksakan anak-anak istimewa ini, mereka harus digali kesukaannya apa,” katanya disela pembukaan pameran di Galeri Merah Putih, Komplek Balai Pemuda, Kota Surabaya Kamis (20/10/2022).

Selain itu, Vivin berharap, lewat kegiatan pameran lukisan bertajuk ‘Painting Exhibition; Bangkit Menjadi Bintang’ ini, anak-anak berkebutuhan khusus tersebut bisa mendapatkan support dari masyarakat, terutama yang berada di lingkungan sekitarnya.

“Harapannya anak-anak mandiri tidak dikasihani, tetapi disupport. Jadi, tidak dipandang remeh, didiskriminasi. Mereka punya keahlian yang orang biasa belum tentu bisa. Kami mendidik mereka agar mandiri,” jelas Vivin.

Baca Juga :  ABK dan Homeschooling Juga Diberikan Imunisasi

Sementara itu Suhartono M. Pd Kabid Pembinaan Pendidikan Khusus dinas pendidikan Provinsi Jatim yang membuka acara pameran lukisan mengatakan sangat mendukung kegiatan ini. Karena ABK perlu banyak kegiatan yang mendukung eksistensi mereka untuk percaya diri, tidak minder dan bisa bangkit sesuai tema pameran lukisan kali ini yakni “Bangkit Menjadi Bintang”.

“Kita sangat mendukung semua kegiatan positif bagi ABK. Kegiatan positif yang bisa menumbuhkan kepercayaan diri ABK dengan karya-karya terbaiknya. Tidak hanya di lukisan melainkan juga karya-karya yang lain,” jelasnya.

Hendrik Barata, pendidik lukis anak-anak berkebutuhan khusus itu menyampaikan bahwa teknis pembelajaran yang dilakukan kepada anak-anak tersebut berbeda dengan anak autis. Ia menyebut, faktor kemampuan anak memiliki jenis yang berbeda.

“Kalau mengajar down syndrome, contohnya paling bersih, tingkat kehati-hatiannya luar biasa. Mereka sangat jujur, tidak suka dicederai. Teknis pembelajarannya berbeda dengan autis, pegang kuas nggak bisa, mengaduk cat juga. Saya tidak menuntun, saya biarkan, biar motoriknya bekerja,” ujar Hendrik.

Hendrik juga mengungkapkan, ada sejumlah perbedaan sikap dari setiap anak berkebutuhan khusus tersebut. Misalnya mereka yang tuna rungu, tuna wicara, memiliki kepribadian yang mudah tersinggung.
“Misal nggak diperhatikan, dikira nggak memperhatikan ketika mengajar. Down syndrome agak cepat, durasi 15-25 menit. Dia jenuh enggak mau lama-lama. Kalau tuna rungu, wicara, diam merenung durasi 30-40 menit dan bisa lebih. Sebelum lukisan selesai tidak mau berhenti,” jelasnya.

Sedangkan Erza Maulina, Guru Kelas SLB Fajar Harapan, Karangpilang, Surabaya mengaku dirinya tak menyangka jika murid-muridnya bisa melukis dan mengekpresikan diri lewat karya seni lukis.
“Anak-anak mulai dari nol, di sekolah diberi gambar dan mewarnai kemudian datang Pak Hendrik ada tawaran mengajak melukis dan berekspresi. Awalnya ragu, akhirnya berbekal kepercayaan kami ajak melukis ternyata di luar dugaan, bisa melukis tanpa berpikir,” ungkapnya.

Baca Juga :  Pemkot Surabaya Usulkan Tambahan Tenaga Pengajar Melalui Seleksi PPPK ke Pemerintah Pusat

Erza juga mengaku sempat menemui sejumlah kendala, seperti sulitnya berkomunikasi dengan anak-anak tersebut. Namun, saat ini anak-anak tersebut sudah memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.
“Misal gambar monyet, awalnya dari mata terus dikasih mulut. Kendalanya mereka sulit berkomunikasi jadi kami mengarahkan sulit. Nilai plusnya mereka berekspresi dengan pikirannya masing-masing. Sekarang anak-anak ini tingkat kepercayaan dirinya luar biasa,” tandasnya. kj4

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.