Lawan Stigma Perempuan Tak Perlu Pendidikan Tinggi, Mahasiswi Ini Lulus Lebih Awal

oleh -158 Dilihat

KILASJATIM.COM, SURABAYA – Melawan stigma perempuan tidak perlu pendidikan tinggi, Oki Savitri widudawan program studi S1 Manajemen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) ini berhasil lulus dalam waktu 3,5 tahun dari waktu normal 4 tahun. Ditambah raihan IPK 3,97 adalah IPK tertinggi untuk wisudawan jenjang S1 tahun 2024. Prestasi luar biasa, mengingat berbagai aktivitas di kampus, yang cukup banyak diikuti dan menyita banyak waktunya.

Putri dari pasangan Suwito dan Ngatini, petani asal Bojonegoro, ini lulus dengan beasiswa penuh, tapi perjuangannya diakui tidaklah mudah, butuh kerja keras. Perjuangan Okis untuk berkuliah tidaklah mudah. Ia kerap menerima cibiran dari warga lingkungan tempat tinggalnya yang masih kental dengan stigma bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi, sebab ujungnya akan di dapur pula.

“Sebenarnya keputusan saya untuk kuliah ini termasuk melawan tradisi. Di dusun tempat saya tinggal cuma tiga orang yang mau melanjutkan kuliah termasuk saya dan kakak saya, di sana banyak sekali fenomena pernikahan dini,” terang Okis. Okis percaya, pendidikan adalah kunci kesuksesan bagi siapapun, tanpa memandang jenis kelamin.

Ia bersyukur memiliki keluarga yang mendukung penuh dirinya untuk meraih cita-cita. Ketika sudah mengantongi izin untuk berkuliah, Okis akhirnya mencari tahu mengenai beasiswa kuliah karena ia tidak ingin membebani orang tuanya. “Awal mulanya saya sempat sudah mendaftar di salah satu perguruan tinggi di Surabaya dan sudah membayar uang studi, tetapi suatu saat saya melihat iklan di media sosial tentang Unusa dan disitu saya bisa kuliah dengan beasiswa KIPK. Sempat bimbang karena orang tua saya sudah mendaftarkan di tempat lain, tapi ternyata jalan Allah saya keterima di Unusa dan dengan beasiswa penuh,” ungkap Okis.

Baca Juga :  Dinas Pendidikan Jatim Minta Gedung SD Disiagakan Untuk Isolasi Pemudik

Selain berkuliah, Oki juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan kampus, dirinya juga dinobatkan sebagai Duta Fakultas Ekonomi Bisnis dan Teknologi Digital Tahun 2023. Tak hanya itu, untuk menambah penghasilan selama kuliah, Oki juga bekerja sebagai Master of Ceremony (MC) secara freelance. “Sebagai anak seorang petani, panen juga tidak menentu, disitu saya mencoba pekerjaan freelance sebagai MC untuk menambah uang saku,” cerita perempuan kelahiran Bojonegoro, 22 September 2001.

Disinggung mengenai bagaimana dirinya mengatur waktu antara kuliah dan kegiatan di luar, dia mengungkapkan, dirinya akan memprioritaskan kuliah terlebih dahulu. Jika ada kegiatan yang bertabrakan, dia meminta izin dan menyusul untuk bergabung. “Prioritas saya pokoknya kuliah, jika ada kegiatan lain, saya izin dulu dan nanti menyusul. Perjalanan kuliah saya memang penuh liku-liku, tetapi berkat dukungan dari keluarga, teman-teman, dan juga beasiswa yang saya terima, saya berhasil menyelesaikan studi dengan hasil yang memuaskan,” ujar Okis lagi. Saat ditanya bagaimana rencana ke depan, Okis menjawab “Ke depannya saya masih ingin melanjutkan untuk studi S2 sambil menggali info untuk beasiswa.”

Keberhasilan Oki dalam menyelesaikan studinya menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang juga berjuang menghadapi berbagai hambatan dalam mengejar cita-cita mereka. Semoga cerita perjuangan Oki Savitri dapat menjadi motivasi bagi generasi muda untuk terus berusaha dan tidak menyerah dalam menggapai impian mereka.(tok)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News