PENS Kembangkan Kendaraan Hidrogen

oleh -212 Dilihat

KILASJATIM.COM, SURABAYA – Penggunaan bahan bakar fosil pada kendaraan dan industri energi di Indonesia ditengarai menjadi penyumbang polusi udara yang berpotensi berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Hal ini menjadi salah satu alasan yang mendorong PENS mulai mengembangkan teknologi green hydrogen car yang melalui penelitian penugasan yang dilaksanakan oleh Grup riset Bio-Electrochemistry System, Program Studi Sistem Pembangkitan Energi Departemen Teknik Mekanika Energi.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Agustus 2023 lalu misalnya, diketahui sektor transportasi sebagai pengguna bahan bakar terbesar di Jakarta, memiliki kontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar setelah industri energi 31%, manufaktur 10%, sektor perumahan 14% dan komersial 1%. Dan, sektor transportasi ini menghasilkan emisi karbon monoksida (CO) terbesar yaitu 96,36% atau 28.317 ton per-tahunnya.

Sektor ini pun menjadi penyumbang menipisnya cadangan bahan bakar fosil di Indonesia. Sehingga dibutuhkan energi alternatif, utamanya yang terbarukan (renewable energy) dan tentunya ramah lingkungan.

Riset kendaraan hydrogen ini dilakukan oleh 4 dosen Sistem Pembangkitan Energi yaitu Rif’ah Amalia, ST, MT, Fifi Hesti S, S.ST, MT, Hendrik Elvian, ST, MT, Prima Dewi P, S.ST, MT. dan dibantu oleh 4 mahasiswa yaitu Firdaus Fhudoli, Apriliyona Patrisia, M. Daffa, dan Putri Dwi. Riset ini dimulai sejak tahun 2017 dan telah mengalami pengembangan hingga saat ini menggunakan green hydrogen car.

Menurut Rif’ah Amalia, ketua peneliti, risetnya membuahkan sebuah alat berteknologi kendaraan hydrogen disebut IFARA, perangkat portable dan compatible yang dapat memonitor volume air, suhu, tegangan, arus, produksi gas hidrogen yang dihasilkan secara real time dimanapun dan kapanpun melalui handphone dan laptop.

Baca Juga :  Wisuda Semester Gasal 2023/2024 UKWMS Diwarnai Beragam Prestasi

Proses yang terjadi di dalam alat IFARA adalah proses elektrolisis yang mentransform air bebas mineral menjadi gas hydrogen dan oksigen. Proses elektrolisis ini memanfaatkan sumber renewable energy yaitu fotovoltaik.

Satu set peralatan fotovoltaik yang diinstal bersama IFARA terdiri atas panel surya cell yang disusun secara seri atau paralel pada atap mobil dan disatukan menjadi modul surya. Aplikasi fotovoltaik diwujudkan menggunakan panel surya untuk energi dengan mengubah sinar matahari menjadi listrik.

Gas yang dihasilkan dari produk ini yaitu gas hydrogen, yang dapat digunakan secara hybrid dengan bahan bakar bensin ataupun diesel pada mobil maupun motor.

Keuntungan menggunakan perangkat ini adalah emisi gas buang yang dihasilkan jauh lebih ramah lingkungan dengan konsumsi bahan bakar yang lebih hemat. Tingkat efisiensinya pun lebih tinggi dibandingkan ketika menggunakan bahan bakar fosil saja. “Penghematan bisa dilakukan hingga 40-60% dari yang seharusnya,” kata Rif’ah.

Pemakaian hydrogen sebagai bahan bakar pada kendaraan ini pun diintegrasikan dalam sebuah aplikasi, sehingga dapat dimonitor secara real time menggunakan HP dan laptop. Sehingga dapat diketahui berapa tegangannya serta berapa gas hydrogen yang keluar, dengan jarak tempuh tertentu.

Rencananya, IFARA akan diproduksi secara massal, mengingat uji coba lapangan produk telah dilakukan dan produk ini masuk dalam kategori siap komersialisasi. Risetnya sendiri telah mengantongi HKI mengenai Penghasil Gas Hidrogen pada 26 September 2023 lalu.(tok)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News