Masyarakat Ingin Program Pembangunan Presiden Jokowi Diteruskan Ganjar Erick

oleh -409 Dilihat

KILASJATIM.COM, Jakarta – Survei yang dibuat periode 1-6 Desember, Indikator Politik Indonesia membuat simulasi pasangan capres dan cawapres. Dari 4 simulasi yang dibuat Indikator Politik Indonesia, pasangan Ganjar Pranowo dan Erick Thohir masih menjadi yang sangat diminati oleh sebagian besar responden. Bahkan ketika dikompetisikan dengan Anies AHY, pasangan Ganjar Erick masih leibh unggul dengan 38,6%.

Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr.rer.pol. Mada Sukmajati, S.I.P., M.P.P. menduga tingginya elektabilitas pasangan Ganjar Erick lantaran publik masih menginginkan sosok kepemimpinan bangsa seperti Presiden Joko Widodo. Lanjut Sukmajati, fenomena calon pemilih saat ini sangat berbeda dari pemilu 2014. Saat itu pemilih menginginkan perubahan gaya kepemimpinan Nasional. Seperti dekat dengan masyarakat, sederhana, ramah dan kerja nyata.

“Saat ini publik menginginkan sosok pemimpin Nasional yang menawarkan program untuk meneruskan program presiden sebelumnya. Mungkin publik tak akan suka dengan gaya kepemimpinan Nasional yang menawarkan kebijakan yang berbeda atau mendekonstruksi dari kebijakan Presiden Jokowi selama ini. Gaya kepemimpinan yang menawarkan untuk meneruskan program Presiden Jokowi ini ada di pasangan Ganjar Erick. Sosok Ganjar Erick diharapkan dapat mewujudkan politics programmatic. Apa lagi hingga 2 tahun mendatang Indonesia masih dibayang-bayangi krisis ekonomi global,”ucap Sukmajati.

Menurut Sukmajati, Survei Indikator Politik Indonesia juga menunjukan saat ini pemilih tak menginginkan calon pemimpin Nasional yang sekadar menjual kepopuleran, tidak punya visi misi yang jelas untuk memajuan bangsa, kerap bermain isu dan hanya menggunakan politik identitas. Memang Sukmajati mengakui, saat ini politics programmatic belum terlalu kuat. Saat ini politik di Indonesia masih didominasi politik identitas dan politik uang.

Baca Juga :  Ratusan Mahasiswa di Jakarta Serukan 4 Tuntutan dan Pemakzulan Presiden Jokowi

“Kalau Indonesia ingin mewujudkan politic programmatic harus didukung seluruh pihak seperti parpol, capres cawapres dan calon pemilihnya. Harapannya di pilpres 2024 tak sekadar menjual nama saja. Namun adu program, visi dan gagasan. Saat ini masyarakat Indonesia sudah lebih rasional terhadap politik identitas. Sehingga politic programmatic bisa dijadikan momentum bangsa Indonesia untuk memilih calon pemimpin yang sanggup memimpin 5 tahun kedepan,”jelasnya.

Jika tak ada aral melintang, hasil survei yang Indikator Politik Indonesia tak akan jauh berbeda dengan hasil akhir pilpres dan pileg 2024 mendatang. Kunci untuk mempertahankan elektabilitas capres cawapres ditentukan oleh masing-masing kandidat. Jika capres cawapres tidak melakukan aksi yang menimbulkan reaksi negatif, Sukmajati menilai hasil survei Indikator Politik Indonesia tak akan jauh berbeda dengan hasil akhir pilpres atau pileg 2024.

“Naik atau turunnya elektabilitas capres cawapres ditentukan mereka sendiri. Kita bisa belajar dari pengalaman pilkada DKI yang lalu ketika Ahok kepeleset dengan membawa sentimen agama. Sehingga capres cawapres harus pintar-pintar mengelola isu yang tengah berkembang. Oleh sebab itu dukungan partai dan publik dalam pilpres dan pileg mendatang cukup dominan,”ungkap Sukmajati si pakar Pemilu.

Agar parpol dapat memenangkan kontestasi pileg 2024, menurut Sukmajati mereka harus dapat memilih calon yang ‘laku’ dijual’. Dari pengalaman pemilu 2019 yang lalu, efek ekor jas sangat mendominasi untuk meningkatkan kemenangan parpol. Jika parpol gegabah memilih calonnya, maka efek ekor jas yang diharapkan untuk memenangkan pemilu 2024 tak akan terjadi.

“Harusnya dengan calon yang bagus dan didukung parpol yang solid, efek ekor jas di pemilu 2024 dapat terjadi. Ganjar sebagai kader PDIP seharusnya dapat memberikan efek ekor jas. Sehingga kerjasama antara parpol dan capers cawapres untuk memikat pemilih sangat vital,”pungkas Sukmajati. (nov)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.