Kasud Covid-19 di Indonesia Alami Lonjakan Tiga Kali, Libur Nataru jadi Tantangan Pemerintah

oleh -434 Dilihat

KILASJATIM.COM, Jakarta – Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Dr Erlina Burhan mengungkapkan, kasus Covid-19 di Indonesia mengalami lonjakan tiga kali lipat pada November 2023 dibandingkan bulan sebelumnya. Melonjaknya kasus Covid-19 ini juga terjadi di negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.

“Kasus Covid-19 di Indonesia sampai dengan November mengalami peningkatan menjadi 151 kasus, tiga kali lebih besar peningkatannya dari bulan Oktober,” ungkap Dr Erlina dalam konferensi pers PB IDI, Rabu (6/12/2023).

Berdasarkan data PB IDI tercatat, peningkatan kasus signifikan mulai terjadi sejak pekan pertama November 2023. Pekan pertama, tercatat ada 90 kasus. Pekan kedua, 96 kasus. Pekan ketiga, 141 kasus. Pekan keempat, tembus 151 kasus. 

Padahal, pada Oktober 2023 kasus Covid-19 di Indonesia tercatat hanya pada kisaran 51 hingga 67 kasus saja per pekannya. “Di bulan Oktober enggak ada kasus meninggal di November ada 1 kasus meninggal,” katanya.

Erlina menyampaikan, pada pekan terakhir November, ada satu orang meninggal akibat terinfeksi kasus Covid-19. Kemudian, selama periode Oktober-November 2023, ada dua pasien rawat inap di Surabaya, Jawa Timur.

“Memang kasus tidak tinggi, tetapi terjadi lonjakan kasus. Ini yang terkonfirmasi, tapi kita juga tahu banyak orang yang bergejala Covid-19 tetapi mereka enggak periksa. Pertama karena tidak lagi gratis, kedua masih menganggap hanya batuk pilek sepele,” jelasnya.

Erlina menyampaikan kondisi ini menjadi tantangan bagi Indonesia, apalagi dalam waktu dekat akan ada momentum libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru).

“Kita juga tahu mobilitas lintas negara saat ini sangat tinggi jelang liburan. Kita belum bisa mengontrolnya, belum ada travel ban dari pemerintah. Kita juga tahu akhir tahun akan ada turis-turis masuk Indonesia dari Singapura, Malaysia, Tiongkok. Begitu pun penduduk Indonesia yang berlibur ke luar negeri khusunya Singapura,” paparnya.

Baca Juga :  RS PHC Surabaya Gandeng ASHA IVF Indonesia Buka Layanan Program Bayi Tabung

Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah. Pasalnya, angka vaksinasi booster saat ini masih rendah di Indonesia dan penegakkan protokol kesehatan yang sudah mulai longgar.

“Pencapaian vaksinasi dosis pertama masih tinggi 86%, vaksinasi dosis kedua 74%. Nah, booster pertama hanya 38%, lalu booster kedua lebih rendah lagi hanya 2%,” ungkap dia.

Erlina menyarankan bagi masyarakat yang sudah booster untuk kembali booster. Pasalnya, seiring waktu daya tahan tubuh (antibodi) melawan Covid-19 yang dihasilkan oleh vaksinasi akan berkurang setelah 6-12 tahun.

“Vaksinasi booster juga harus diprioritaskan bagi kelompok rentan seperti manula dengan daya tahan tubuh rendah, untuk mengurangi risiko infeksi dan beratnya penyakit,” tegas dia. (bbs/sat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.