Huruf Kanji Jepang Lestari HIngga Kini, AH Thony: Perlu Ditiru

oleh -429 Dilihat

KILASJATIM.COM, Surabaya: DPRD Surabaya berharap keberadaan aksara asli Indonesia terus dilesatarikan, terutama aksara Jawa. Untuk itu, di Momen Hari Aksara Internasional yang jatuh tepat hari ini, Jumat (8/9), DPRD Kota Surabaya ingin menularkan kecintaan salah satu budaya tanah air, khususnya aksara Jawa, pada masyarakat.

AH Thony, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya mengaku prihatin melihat fenomena yang terjadi saat ini, aksara Jawa makin terasing dibanding bahasa asing. Anak-anak muda kini tak lagi familiar dengan hanacaraka yang merupakan aksara asli Jawa. Kondisi ini jauh berbeda dengan huruf Jepang (Kanji) atau Hiragana yang keberadaannya masih lestari hingga kini.

Oleh karena itu, dalam pertemuannya bersama Konjen Jepang Surabaya dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur serta komunitas Begandring yang dilakukan Rabu (6/9) kemarin, Thony menyampaikan keinginannya untuk mengadopsi strategi kebudayaan Jepang dalam melestarikan aksara.

Dalam Pertemuan tersebut, AH Thony mengatakan komitmennya untuk terus bergerak melestarikan aksara Jawa, belajar dari pihak-pihak lain yang sukses melestarikan budayanya, terutama aksara. Selain itu, Menurutnya, di Indonesia ada sekitar 12 aksara, yang kesemuanya itu fenomenanya sama, telah tenggelam.

“Hari ini saya bertemu dengan Konjen Jepang untuk mengomparasikan. Kita lihat huruf kanji, katakana, dan hiragana masih begitu lestari. Sementara aksara Jawa makin terasing. Kami mencoba mengadopsi strategi kebudayaan dari Jepang untuk pelestarian aksara,”kata Thony.

Ishii Yutaka menjelaskan, sejauh ini Jepang memang sangat konsisten mempertahankan kelestarian aksara Jepang seperti huruf Kanji,

“Di Jepang, anak-anak sejak TK sudah diwajibkan belajar Kanji, Hiragana, dan Katakana. Jadi itu masuk dalam system Pendidikan formal. Bahkan, mereka juga belajar mengenal arti atau makna pada huruf kanji. Bahkan harus dihafal yang jumlahnya ratusan hurus,” ujarnya.

Baca Juga :  Bupati Situbondo: Dua Pasien Positif Covid-19 Telah Lewati Masa Inkubasi

Kami, lanjut Yutaka, juga belajar bahasa inggris namun bukan menjadi bahasa utama. Sebisa mungkin, kami maksimalkan bahasa dan huruf negara kami sendiri untuk dipelajari anak-anak

Amin Mulyanto menjelaskan, Balai Bahasa bergerak di bidang literasi, pelestarian kebahasaan dan kesastraan, serta penginternasionalan bahasa Indonesia. Terkait aksara Jawa, hal itu masuk ke tugas pelestarian. Pihaknya sudah melakukan beberapa langkah, salah satunya menerbitkan majalah Ajisaka dengan aksara Jawa.

“Untuk di tingkat sekolah, ada muatan lokal yang diberikan dengan porsi pembelajaran tertentu. Kami menganggap pelestarian aksara ini memang penting. Generasi muda diharapkan mau dan mampu belajar bahasa serta aksara Jawa,” ungkap Amin yang merupakan Koordinator Literasi Balai Bahasa Provinsi Jatim.

Melalui aksara Jawa, anak-anak tak hanya belajar huruf saja. Namun juga filosofi dan sejarah nilai ketimuran. Untuk itu, pihaknya mendukung gerakan pelestarian yang diinisiasi oleh Thony dan Komunitas Begandring tersebut.(den/ADV)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.