KILASJATIM.COM, Surabaya – Salah satu upaya memberikan dukungan penyelenggaraan piala dunia U-17, dilakukan Pop Stasiun Kota dengan menghias dinding hotel dengan karya seni bernuansa dunia sepak bola. Ekspresi karya seni ini berhasil menarik setiap tamu hotel di kawasan Surabaya Utara tersebut.
Bacuya ikon FIFA U-17 World Cup Indonesia 2023 berupa badak bercula satu warna cokelat dibalut kostum merah putih didampingi Sulo Bolo, ikon khas Surabaya dengan latar stadion sepak bola ini dibuat selama empat hari tiga malam.
Reno Fadhil Alkamal, FO Leader Pop Stasiun Kota dan Komang Bayu Tri Junias Sales Executive Pop Stasiun Kota bekerja sama menghias dinding di area drop off hotel yang bernaung di bawah bendera The Ascott Limited tersebut.
“Kesulitan paling besar adalah saya belum pernah bikin gambar karakter,” ujar Reno.
Reno mengaku selama ini dia lebih fokus pada seni graffiti dan mural. Saya gak ada basic gambar karakter. Selama ini seringnya menggambar dengan ide-ide liar memakai font besar karena menggambarnya juga di tembok besar,” papar pria yang menempelkan label ‘Beno’ di setiap karyanya.
Reno mengatakan, menggambar karakter tidak semudah menggambar graffiti dan mural. “Karena gambar karakter sudah ada pakemnya yang tak bisa dikreasi. Tak boleh menyimpang. Harus sesuai template-nya,” urainya.
Begitu pula dengan maskot Surabaya. “Sama-sama gak boleh diotak-atik. Padahal, selama ini saya pakai imajinasi liar setiap berkarya. Sedang (gambar karakter) ini harus teliti pemakaian font seperti juga konsep warna seperti apa. Tak boleh keliru,” tuturnya.
Bagi Reno, menggambar karakter ini merupakan tantangan pertama yang dia lakukan. “Dan menggambarnya di dinding hotel pula. Selama ini rata-rata artis graffiti besar yang bisa gambar di hotel,” cetusnya.
Karena itu, Reno mengaku mendapat kehormatan ketika diberi kesempatan menggambar di dinding hotel tempatnya bekerja itu. “Kesempatan besar yang berakhir rasa puas pada diri kami,” jelasnya.
Langkah pertama yang dilakukan Reno dan Komang adalah membuat sketsa stadion, Sabtu (4/11/2023) malam. “Kami pakai tangga dan lampu sorot dari projektor. Sketsanya ‘ditembak’ pakai projektor ke dinding. Kami selesaikan sketsa ini selama 2,5 jam,” imbuh Reno.
Esoknya, di hari Minggu pukul 10.00 mereka mulai menggarap gambar stadion dan lapangan hijaunya. “Pukul 20.00 kami berhenti. Itu baru selesai 60 persen. Proses menggambar ini semua selesai hari Selasa,” paparnya..
Keribetan lain yang dihadapi Reno dan Komang adalah merapikan garis di sisi-sisi gambar sehingga terkesan jadi tiga dimensi. “Menentukan warna juga jadi tantangan tidak mudah bagi kami,” cetus Reno.
Tak hanya soal menggambar karakter dan menentukan warna. Faktor cuaca yang terik saat mereka menyelesaikan tugas menggambar tersebut juga jadi tantangan yang dapat mengganggu konsentrasi.
“Karena itu, kami tidak forsir energi agar mood tetap terjaga dan hasil gambar maksimal,” tandas Komang.
Untuk menentukan font Sulo Bolo ini mereka bahkan sampai sempat adu argumentasi dan menghabiskan satu kaleng cat semprot hanya untuk menghapus font sebelumnya. “Menentukan font ini sampai berubah 2-3 kali agar komposisinya pas. Akhirnya kami sepakat pakai font yang ternyata justru sangat simple. Sebelumnya malah lebih rumit,” ucap Komang.
Total mereka habiskan lima kaleng cat tembok dan 18 kaleng cat semprot untuk menyelesaikan karya seni menarik di dinding Pop Stasiun Kota tersebut. “Ini wujud partisipasi kami untuk turut menyemarakkan gelaran Piala Dunia U-17,” ujar Odex Damanik, HM Pop Stasiun Kota Surabaya.
Apalagi, kata wanita asal Batak ini, prosesi pembukaan FIFA U-17 World Cup Indonesia 2023 dilakukan di Kota Surabaya. “Kita nggak tahu kapan lagi Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia. Jadi kita harus bangga dengan kesempatan ini. Dan (karya seni) inilah yang bisa kami ekspresikan sebagai bentuk rasa bangga itu,” celetuk Odex yang menjagokan tim Eropa, Jerman jadi jawara Piala Dunia U-17 2023. (nov)