Berguru dari Sekolah di Kaki Gunung Bromo

oleh -771 Dilihat

Foto-foto: Ist/INOVASI

Pembelajaran Kelas Rangkap Berhasil Atasi Kekurangan Guru di Probolinggo

KILASJATIM.COM, Probolinggo – Luasnya wilayah Indonesia menjadi tantangan tersendiri dalam sistem pendidikan di negara ini.

Kondisi geografis dan ekonomi kerap menjadi pemicu penyebaran dan distribusi guru yang tidak merata.

Bersama Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), Model Pembelajaran Kelas Rangkap dijalankan sebagai solusi untuk mengatasi rasio guru terhadap siswa yang tidak imbang tersebut. Dalam model ini, seorang guru mengajar dua kelas sekaligus dalam ruangan dan waktu yang sama.

Langkah ini dapat menghemat anggaran dan meningkatkan efisiensi tenaga pengajar yang seharusnya membutuhkan tiga atau empat guru, menjadi satu guru saja. Namun, guru perlu terlebih dulu memiliki pengalaman melakukan pendekatan pembelajaran aktif sebelum diperkenalkan dengan model ini.

Pembelajaran Kelas Rangkap diterapkan pula di SDN Ngadisari 2, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Sekolah dasar ini terletak di puncak Gunung Bromo yang merupakan salah satu gunung berapi teraktif di dunia.

Gedung sekolahnya berdiri sekitar 500
meter dari dataran luas yang disebut Lautan Pasir, sebuah cagar alam yang dilindungi di Provinsi Jawa Timur. Sekolah kecil di area terpencil ini merupakan satu dari delapan sekolah percontohan kelas rangkap di Sukapura.

Sekolah-sekolah lainnya adalah SDN Sapikerep III, SDN Wonokerto II, SDN
Sukapura IV, SDN Sukapura III, SDN Ngadisari I, SDN Sariwani II, dan SDI Nurul Hikmah As-Sholeh. Program ini merupakan kerja sama antara INOVASI dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo untuk mengatasi kekurangan guru.

Menurut Kepala Sekolah SDN Ngadisari 2, Marsini Astuti, sekolah yang dipimpinnya saat ini terdiri dari empat staf pengajar khusus (3 laki-laki, 1 perempuan), dan 53 siswa (26 laki-laki, 27 perempuan).

Baca Juga :  Langkah Disdikbud Cegah Perundungan di Sekolah

Semua guru dan kepala sekolah mendapatkan pelatihan tentang pembelajaran kelas rangkap dan cara mengajar lebih dari satu kelas. Setelah program rintisan 2018-2019 berhasil
diselesaikan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Probolinggo memperluas program menjadi 136 sekolah.

Tujuan program ini adalah untuk memperbaharui materi pelatihan kelas rangkap, dengan berbekal pengalaman dari program sebelumnya; untuk meningkatkan kinerja KKG dalam
memberikan pelatihan dan dukungan; untuk meningkatkan peran pengawas, guru dan kepala sekolah dalam mendukung kegiatan kelas rangkap; untuk mempromosikan pembelajaran yang mengadopsi pendekatan kesetaraan gender dan pendidikan inklusif; serta untuk memulai pelaksanaan kelas rangkap di sekolah-sekolah mitra.

“Tantangan bagi guru memang menjadi lebih besar, tetapi sisi positifnya kami menjadi lebih kreatif dalam menyiapkan materi pelajaran di kelas,” ucap Marsini.

Misalnya, waktu menyampaikan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas IV, maka kelas III mempelajari Bahasa Indonesia. Ketika kelas IV membahas tentang sifat-sifat air, siswa kelas III ditugasi membuat kalimat dengan kata yang termasuk dalam sifat-sifat air tersebut.

“Akhirnya, siswa kelas rendah seringkali lebih luas wawasannya karena menangkap materi pelajaran lebih awal dari murid sekolah lain,” imbuh Marsini.

Melalui pengajaran kelas rangkap, para pendidik telah melakukan asesmen dan pembelajaran berdiferensiasi, komponen utama dari Kurikulum Mandiri yang akan diterapkan secara nasional pada 2024.

Dukungan dari Pemerintah Australia dan Indonesia melalui program INOVASI telah memberikan dampak positif bagi sekolah-sekolah. Para guru mengembangkan pembelajaran yang sejalan dengan keterampilan abad ke-21 dan meningkatkan kemampuan membaca siswa.

Selain itu, untuk mendukung kelancaran Pembelajaran Kelas Rangkap, program pengasuhan anak juga dilaksanakan. Anak-anak di masyarakat terpencil menghadapi banyak hambatan untuk mengakses pendidikan dan siswa sering bolos sekolah karena bekerja di bercocok tanam dengan orangtuanya. Pada 2019, program ini melatih orang tua tentang pentingnya pendidikan.

Baca Juga :  Inovasi Santri Lamongan Ditampilkan di Bazar Hari Santri

Terkait dengan kurikulum, sejumlah 14 personel termasuk pengawas, guru, kepala sekolah, danBperwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Probolinggo bersama dengan bantuan teknis dari INOVASI mengembangkan lokakarya teknis. Lokakarya ini melatih 112 peserta Kelompok Kerja Guru (KKG) tentang bagaimana implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah kelas
rangkap.

Sejak 2019, staf sekolah menerima pelatihan diseminasi literasi dan numerasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten. Setelah pelatihan, program keaksaraan dibentuk dan sudut baca khusus didirikan di ruang kelas.

“Keberhasilan program yang pertama kali diterapkan di Kabupaten Probolinggo pada 2018 ini menginspirasi daerah dan provinsi lain, yang menghadapi kekurangan guru atau distribusi guru yang tidak merata, untuk mengadopsi pembelajaran kelas rangkap,” ujar Lauren Bain, First Assistant Secretary Southeast Asia Maritime Division (FAS SMD) dari Australia.

Untuk melihat hasil program-program tersebut, delegasi Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia yang menaungi INOVASI berkunjung ke SDN Ngadisari 2 Sukapura, Kabupaten Probolinggo pada Rabu, 14 Juni 2023. Hadir dalam acara ini:

1. Lauren Bain (First Assistant Secretary Southeast Asia Maritime Division (FAS SMD) dari Australia);

2. Madeleine Moss (Minister Counsellor Governance and Human Development dari Australia);

3. Ugas Irwanto S.Sos. M.Si (Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo)

4. Supoyo SH. MM (DPRD Probolinggo);

5. Dr. Fathur Rozi (Kepala Dinas Pendidikan Probolinggo);

6. Mark Heyward (Direktur Program INOVASI);

7. Marsini Astuti S.Pd MM (Kepala SDN Ngadisari 2 Sukapura);

Serta para pengawas sekolah di Probolinggo, guru SDN Ngadisari 2, dan para orangtua murid. (rie)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.