Angkat Ekonomi Gakin, DPRD Imbau Pemkot Dampingi Pabrik Paving

oleh -462 Dilihat

KILASJATIM.COM, Surabaya: Pemerintah Kota Surabaya terus melakukan optimalisasi aset Pemkot Surabaya dan direspon positif oleh masyarakat. Salah satunya Keberadaan pabrik paving di Siwalankerto misalnya. Pabrik ini telah berhasil membawa kemakmuran bagi masyarakat sekitar, khususnya dari keluarga miskin (Gakin).

Pabrik paving itu merupakan hasil program padat karya dari Pemkot Surabaya yang dibuka sejak sebulan lalu. Dulunya, lokasi tersebut adalah lahan kosong milik Pemkot Surabaya yang kemudian dimanfaat menjadi pabrik paving yang dikelola warga untuk menunjang ekonomi mereka.

Atas inisiatif tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya memberikan apresiasi dan memberikan dukung penuh kepada Pemkot Surabaya atas upaya yang telah dilakukan. Untuk itu, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya AH. Thony melakukan kunjungan di pabrik paving yang berada di area RW 6 Kelurahan Siwalankerto tersebut.

AH Thony menegaskan, upaya tersebut sejalan dengan komitmen DPRD Kota Surabaya untuk terus memperhatikan ekonomi masyarakat Surabaya, termasuk dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Karena langkah tersebut dipastikan akan berdampak positif terhadap kemakmuran dan kesejahteraan mereka.

Terlebih kedepan akan ada bonus demografi, tenaga kerja produktif akan membludak. Kesempatan itu harus disikapi dengan penyediaan lapangan kerja yang tak hanya banyak, namun juga tepat sasaran. Sehingga bonus demografi tak akan sia-sia.

“Kami sangat mengapresiasi atas langkah Pemkot Surabaya untuk memberdayakan masyarakat sekitar di pabrik ini. Harapan kami ini akan terus berlanjut dan ditingkatkan dengan memberikan pendampingan. Karena kami melihat, dalam proses produksi, para pekerja ini masih perlu pendampingan,” ungkap AH Thony saat melakukan kunjungan akhir pekan lalu.

Selain itu, Thony juga mendorong Pemkot untuk terus melakukan pendampingan. Sebab, ia menyebut bahwa pabrik paving itu adalah industri yang masih “bayi”. Jadi, masih perlu didampingi sebelum akhirnya dilepaskan pelan-pelan.

Baca Juga :  Momen Ramadan, Reni Astuti Dorong Pemkot Realisasikan Kemudahan Penerbitan IMB Masjid dan Mushola

“Produksi sudah berjalan dengan baik, dari aspek kegiatan juga nampak konkrit. Namun teknis penyelenggaraannya masih kurang diperhatikan,” ungkap Thony.

Misalnya, aspek keselamatan dan kesehatan kerja atau K3. Salah satu hal yang disebutkan Thony adalah pegawai yang tidak memakai sepatu dan sarung tangan (APD /  Alat Pelindung Diri). Lalu, handle press paving tidak disertai kunci pengaman, serta tidak ada pembatas orang masuk ke zona dekat alat pres yang berbahaya.

“Kita tidak menghendaki kecelakaan kerja terjadi, tapi sudah bisa kita bayangkan, andai saja kunci penahan beban lolos disaat pembersihan sisa material dilakukan, akan sangat berpotensi menjepit dan menghancurkan tangan,” tutur Thony.

Hal itu perlu diantisipasi, agar hal terburuk tidak terjadi. Perlu adanya upaya pencegahan dengan memasang sarana pengamanan.

Minta Persyaratan Lowongan Kerja Diperluas 

Saat melaklukan kunjungan, Thony mengetahui jika lapangan kerja pabrik paving diprioritaskan untuk tenaga kerja dari keluarga miskin (Gakin). Ini adalah kebijakan dari Pemkot Surabaya sebagai komitmennya terhadap peningkatan ekonomi keluarga miskin.

Tetapi banyak warga yang ingin masuk dan bekerja di sana namun terkendala persyaratan tersebut. Mereka berharap bisa diterima agar ekonomi keluarganya bisa terangkat “Banyak yang datang untuk minta dipekerjakan, ini menjadi tanda bahwa animo masyarakat untuk bekerja cukup tinggi. Semangat ini harus ditangkap dengan baik,” ujar Thony.

Sementara itu, Ketua RW 6 Kelurahan Siwalankerto Mohammad Aly bercerita jika pihaknya bersyukur Pemkot membuat pabrik paving tersebut. Hal itu membuat warga, terutama gakin, mendapat pekerjaan layak.

Aly menjelaskan, di pabrik tersebut terdapat dua mesin pembuat paving. Dalam satu hari, pihaknya bisa memproduksi hingga 26 meter paving. Untuk satu mesin, dikelola oleh 5 orang. Saat ini terdapat 10 pekerja disana.

Baca Juga :  Ketua Komisi A DPRD Surabaya Minta Satpol PP Lebih Bijak dan Kedepankan Hati Nurani Dalam Tertibkan PKL

“Sebenarnya, idealnya satu mesin dipegang 6 orang. Namun kami kekurangan pekerja, jadi sementara dipegang 5 orang. Sebenarnya, banyak warga yang menanyakan pekerjaan disini. Namun, karena syaratnya dari gakin, jadi kandidat banyak yang tidak lolos,” ungkap Aly.

Ia berharap persyaratan tentang pekerja dapat dilonggarkan, khususnya yang harus dari golongan gakin. Sebab, pihaknya kesulitan mendapatkan pekerja. Selain itu, Aly dan AH Thony juga berharap bahwa manajemen pabrik yang awalnya dipegang pemkot bisa pelan-pelan dilepaskan ke wilayah atau kelurahan. Dengan begitu, kelurahan bisa terlibat langsung dan mengembangkan pabrik.(den/ADV)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.