KILASJATIM.COM, Surabaya – Curah hujan yang tinggi sepanjang musim penghujan telah menyebabkan ribuan hektare lahan pertanian di berbagai wilayah Jawa Timur terendam banjir.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur, selama Januari 2025, total luas lahan pertanian yang terdampak banjir mencapai 1.771,93 hektare. Selain itu, banjir juga mengakibatkan gagal panen atau puso pada tanaman padi seluas 104,60 hektare, sementara lahan padi yang terendam banjir seluas 1.753,63 hektare.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur, Heru Suseno, menyampaikan bahwa beberapa daerah mengalami dampak banjir yang cukup tinggi. Kabupaten Jombang menjadi wilayah dengan lahan terdampak terbesar, yaitu 542 hektare, dengan puso seluas 15,5 hektare. Selanjutnya, Ponorogo mencatatkan lahan terdampak seluas 342 hektare, disusul Bangkalan dengan 243 hektare. “Namun, di dua daerah terakhir ini tidak ditemukan lahan puso,” ujar Heru Suseno di Surabaya, Kamis (30/1/2025).
Selain tanaman padi, banjir juga berdampak pada tanaman jagung dengan total lahan terdampak mencapai 14,20 hektare. Kabupaten Banyuwangi mencatatkan dampak terbesar dengan luas lahan 12 hektare, sementara Bojonegoro dan Madiun masing-masing terdampak 1 hektare. “Sedangkan untuk tanaman cabai, terdapat 4 hektare lahan yang terendam banjir,” jelasnya.
Menanggapi kondisi ini, Heru menegaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan anggaran untuk membantu petani yang mengalami gagal panen akibat cuaca ekstrem. Bantuan ganti rugi yang diberikan sebesar Rp6 juta per hektare untuk lahan yang mengalami kerusakan lebih dari 70% akibat banjir. “Ganti rugi ini diberikan kepada petani yang lahannya benar-benar rusak sehingga tidak bisa panen,” katanya.
Lebih lanjut, Heru menambahkan bahwa petani yang ingin mendapatkan ganti rugi harus terdaftar dalam program Asuransi Usaha Tani Pangan (AUTP). “Jika petani telah mengikuti AUTP dan mengalami gagal panen, maka mereka bisa langsung mengajukan klaim untuk mendapatkan ganti rugi,” pungkasnya. (den)