VEL Edukasi Masyarakat Kelola Sampah dengan 3R Secara Digital

oleh -154 Dilihat

KILASJATIM.COM, Surabaya: Sampah telah menjadi permasalahan serius di mana saja. Termasuk juga di Surabaya. Bahkan ribuan ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh masyarakat Surabaya. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran masyarakat juga minimnya edukasi tentang pengelolaan sampah.

Hal itu membuat Yayasan Veritas Edukasi Lingkungan (VEL) hadir untuk meningkatkan kesadaran terhadap pencemaran lingkungan dan mendidik masyarakat Indonesia tentang pengelolaan sampah.

Berbagai program-program foundation bersifat inklusif dan disederhanakan telah diupayakan, dan semua itu gratis, serta tersedia secara online.

Project Manager VEL, Clara Ocktarida mengatakan, VEL memberikan edukasi tentang perubahan iklim dan solusi Reduce, Reuse dan Recycle (3R) sampah organik dan non-organik. VEL sebagai lembaga peduli lingkungan telah menyediakan edukasi secara digital bagi semua orang.

“Oleh karena itu, VEL berkomitmen secara rutin menjalankan beberapa program pendidikan dan amal. Yayasan ini kini sedang mencari pendanaan dan mitra strategis untuk meningkatkan dan memetakan program-program tersebut,” katanya pada peluncuran VEL di Surabaya, Jumat, 3/11/2023.

Benedict Wermter, Direktur VEL, bersama Clara menyebut VEL bersama dengan perusahaan pengelolaan sampah Indonesia Recovered Indonesia (Reco) mengusung misi “Membuat Indonesia Bersih Kembali”.

Pria asal Jerman ini merupakan pembawa acara platform pelaporan iklim @bulesampah di media sosial. Reco mendaur ulang plastik yang sulit didaur ulang dengan fokus pada wilayah pesisir dan daratan terpencil dimana pengelolaan limbah hampir tidak ada.

Selain berhasil menjadi host @bulesampah dengan rata-rata jangkauan mencapai sekitar satu juta akun per bulan, program VEL mencakup memberikan e-learning untuk masyarakat tentang konsumsi dan pembuangan plastik yang saat ini dikembangkan oleh tim VEL. “Platform e-learning ini bertujuan untuk menjangkau 100.000 pengguna pada akhir tahun depan. Selain itu, VEL sedang menyiapkan program pendidikan masyarakat pesisir di sekolah-sekolah di Moluccas serta program donasi surplus pangan,” tambah Benedict.

Baca Juga :  Masuk Zona Merah Covid-19, Situbondo Terapkan Physical Distancing

“Saya percaya pada Indonesia yang bersih dan sejahtera. Saya pikir masyarakat Indonesia sekarang sudah bangun dan menyadari bahwa negara kita sudah penuh sampah. Kami menunjukkan kepada mereka siapa yang bertanggung jawab atas hal ini dan kami menunjukkan kepada mereka jalan keluar dari polusi ini,” imbuh pemilik akun Instagram @bule_sampah ini.

Benedict juga menjelaskan alasannya melakukan launching yayasannya di Surabaya, menurutnya Surabaya merupakan kota yang memiliki penanganan sampah yang baik.

“Kita adalah pilot project, sebenarnya kota-kota Indonesia kita fokus pertama di Surabaya, bukan berarti Surabaya saja. Tujuan kita adalah membuat Indonesia lebih bersih,” jelas pria yang juga seorang jurnalis ini.

Sementara itu Ketua VEL dan CEO Reco, Alex Chandra menuturkan, membuat Indonesia bersih kembali membutuhkan waktu satu generasi lagi untuk menyelesaikannya. “Selain butuh infrastruktur yang baik, juga harus memastikan bahwa generasi ini tidak akan mewarisi kebiasaan konsumsi dan pembuangan yang buruk dari generasi sebelumnya. Selain itu, generasi ini perlu berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah sedini mungkin. VEL berupaya memberikan edukasi mengenai perubahan perilaku konsumsi dan pembuangan,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro berharap dengan adanya platform ini dapat langsung menyentuh masyarakat. Mengenai edukasi di masyarakat Surabaya sudah melakukan dari jauh-jauh hari.

“Dari kita jalani ini sudah optimal apa belum, kemudian sampai berapa yang berkurang belum ada evaluasi yang baik,” jelasnya.

Menurutnya, dari 600 bank sampah itu hanya paling tidak ada 2 sampai 3 ton setiap hari. Dari masalah inilah nanti akan dikolaborasikan antara Pemkot Surabaya dan VEL.

“Varietas Edukasi Lingkungan ini untuk mem-blow up kemudian meningkatkan pengurangan sampah di level masyarakat. Karena 60 persen sampah Kota Surabaya itu berasal dari rumah tangga,” ungkap Hebi.

Baca Juga :  TEDxJakarta Countdown 2023: Berbagi Solusi Atasi Dampak Perubahan Iklim

Tak hanya itu, keterbatasan pengalokasian APBD untuk lingkungan terbatas, maka dari itu perlu adanya sinergitas dengan VEL. “Mungkin bisa menggaet dana dengan pihak lain dan sebagainya sehingga tidak memerlukan APBD,” ujarnya. (wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News