Foto: tqi
KILASJATIM.COM, Malang – Sobekan kertas bioskop itu melayang dari meja. Warnanya menguning, sebagian hurufnya memudar, tetapi masih terbaca Studio 2, Movimax Dinoyo, 23 Januari awal tahun ini.
Mengingatkan kita bertiga, waktu itu sepekan sebelum akhir Januari. Senin, waktu cuti bersama menyambut Imlek 2574 Kongzili, kami nonton film Balada Si Roy, yang dibintangi Mohammad Abidzar Al-Ghifari putra dari Buchori ustadz Jefri Al Buchori almarhum.
Film yang diangkat dari novel berjudul sama, karya Gol A Gong, dan disutradarai Fajar Nugros menarik ingatan saya akan masa itu, era 1990 an, ketika masih duduk di bangku kelas dua SMP.
Saya mengenal Si Roy dari Nawi, tetangga saya yang menyukai gunung, sepeda balap, majalah Hai dan novel tersebut. Ia pinjamkan buku atau majalah Hai miliknya. Masa itu berlangganan majalah dan punya buku, sesuatu banget.
Sampai ia lulus SMA dan bekerja entah dimana. Kami jarang ketemu, setiap akhir pekan saya ke toko buku Gramedia, Jl. Basuki Rahmad. Saya baca di sana, sampai kaki pegal. Jika sebuah buku belum tuntas dibaca. Saya tinggalkan beberapa helai rambut, saya selipkan pada halaman terakhir dibuka, begitu seterusnya sampai berjudul-judul. Sambil berdoa “Semoga tidak terjual”.
Balada Si Roy, cinta pertama saya pada buku. Ia membawa saya naik gunung dan travelling, juga pada dunia jurnalistik, sebab Gol A Gong selain penulis fiksi juga jurnalis. Sampai saya memilih kuliah di Jurusan Komunikasi.
Ketika kalian membaca tulisan ini, mungkin terasa aneh, jika sebuah buku berikut penulisnya mempengaruhi pilihan saya waktu itu.
Saat itu saya berpikir, menjadi jurnalis jalan termudah melihat dunia. Setidaknya keliling Indonesia, ke Gunung Gede Pangrango atau Pulau Banda Neira tempat yang ingin saya kunjungi, dan belum terlaksana, sampai menjadi ibu yang sibuk dengan urusan domestik.
Sobekan kertas itu, mengungkit ingatan dan keinginan masa itu. Maka, nikmatilah waktu yang tersisa, sebelum kalian lupa. (tqi)