Sekalipun Hilang, Runtuh dan Terbakar, Mandala 21 Tetap Hidup dalam Ingatan

oleh -1042 Dilihat

KILASJATIM.COM, MALANG – Mandala 21 bioskop legend bagi warga Malang Raya. Pada masanya gedung pertunjukan itu pernah berjaya. Maka tak heran bila peristiwa kebakaran Selasa (2/5/2023) menjadi gunjingan, sekalipun tak ikut memiliki kios atau usaha di mal Malang Plaza.

Suwarti, karyawan swasta di bidang transportasi turut merasa kehilangan. Meski diakui saat ini jarang nonton bioskop, namun masa remajanya dulu kerap nonton di sana, baik dengan kawan sekolah mau pun dengan mantan.

“Dulu, kalau nggak nonton di Mandala rasanya kurang sah. Meski ada gedung bioskop lain di sana, ” katanya di sela kesibukannya mengurus administrasi, Jumat (5/5/2023).

Ia juga mengisahkan, dulu ketika belum berumah tangga, kalau janjian nonton di Mandala. Bahkan ia pernah mengantar teman yang janjian dengan pacarnya nonton di sana. Pulangnya di traktir makan di KFC yang lokasinya berada di depan studio. Sekarang menjadi stan berjualan barang elektronik dan hape.

Pada masa itu makan di KFC, sungguh membanggakan. Apalagi ditraktir pacarnya teman.

“Sesuatu banget makan di sana. Senang pastinya. Waktu itu tidak seperti sekarang, keadaan ekonomi masih sulit, ” kenangnya.

Sebab itu, peristiwa si jago merah melahap bangunan tiga lantai membuatnya sedih. Selain kasihan pada pemilik stand, habisnya gedung bioskop turut menghilangkan bukti sejarah masa mudanya.

Kebakaran mal yang diresmikan era Gubernur Wahono, pada 11 Mei 1985 ini meninggalkan kesan tersendiri bagi Akbar, pegawai ASN. Mandala 21 memiliki kenangan dengan mamanya. Saat itu masih di bangku TK, mama mengajaknya nonton film Eragon. Film naga terbang yang diangkat dari novel Christopher Paolini.

Baca Juga :  PLN Wujudkan Good Corporate Governance Dengan Implementasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan

“Pertama masuk gedung bioskop takut gelap. Sudah dibelikan dua tiket duduk sendiri, tapi minta pangku,” ceritanya sambil tertawa.

Sejak nonton film itu, setiap hari libur ia selalu mengajak mamanya nonton film di Mandala 21. Kenangan lain saat duduk di bangku SMA, ia bertemu Gunawan Maryanto, pemeran Wiji Thukul dalam film Istirahatlah Kata-Kata. Pertemuan terjadi, saat ia menunggu jam film tersebut di putar. Tiba-tiba dibalik salah satu pintu studio bintang film itu muncul, menyapa pengunjung. Kesempatan itu dimanfaatkan foto bareng. Sayangnya hapenya rusak dan hilanglah potret itu.

“Kami juga pernah nonton film horor, judulnya Sunyi. Bersembilan, duduknya ditengah pas setannya muncul. Kagetnya, sampai ada yang teriak,” kenangnya.

Serta masih banyak kenangan lain saat nonton film di Mandala. Sementara bagi Fitriani yang pernah bekerja di Variety, stand pakaian menyayangkan terjadinya kebakaran yang dikabarkan menyebabkan kerugian Rp 56 miliar.

“Dulu lulus SMEA langsung kerja di sana. Kenal bapaknya anak-anak juga di sana. Lantas berhenti waktu menikah. Dua puluh tahun lalu. Waktu itu variety ramai-ramainya, kan tidak banyak mal di Malang,” ungkap ibu dua anak ini saat dijumpai menjemput putrinya pulang sekolah di Jl. Tugu.

Ia berharap agar ada perbaikan di Malang Plaza, dengan dibangun kembali misalnya. Serta ada kebijakan ganti rugi atau semacamnya bagi pemilik kios yang menjadi korban kebakaran. Agar bisa membuka usaha kembali.

Terbakarnya pusat hiburan dan belanja di Jl. KH Agus Salim, bukan hanya menyisakan kesedihan bagi pemilik usaha. Tumpukan rongsokan dan arang. Juga menghapus bukti jejak sejarah yang pernah ada. Namun, kenangan setiap orang yang bersinggungan di pusat belanja yang memiliki konsep Art Heritage d Vintage tetap ada, dalam ingatan.

Baca Juga :  SKK Migas Dengan KKKS Bersinergi Dorong Multiplier Effect Hulu Migas Bagi Daerah

“Gedung, bangunan dan apa saja bisa runtuh, hilang. Tapi ingatan, di hati tetap ada, tak bisa dipungkiri,” begitu istilah Iman Suwongso, sastrawan yang aktif dalam Kelompok Belajar Menulis (Kobis) Merajut Sastra. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.