“Rebel Moon – Part One: Child of Fire” Sebuah Space Opera yang Epik

oleh -373 Dilihat

KILASJATIM.COM, Surabaya – Tidak butuh waktu lama bagi Rebel Moon – Part One: Child of Fire untuk meyakinkan penonton bahwa ini adalah sebuah space opera yang epik.

Dengan gambar luar angkasa dan planet fiksi yang meyakinkan, ditambah dengan narasi untuk memudahkan Zack Snyder menjelaskan tentang dunia yang ia bangun, semua yang film ini coba yakinkan adalah petualangan ini menjanjikan pengalaman menonton yang asyik.

Sayangnya ilusi itu berakhir bahkan sebelum separuh film berjalan. Tokoh utama film ini adalah Kora (Sofia Boutella) yang jelas-jelas bukan penduduk asli planet Veldt.

Orang-orangnya hidup sederhana sebagai petani dan tatanan rambut Kora yang terlalu stylish menunjukkan bahwa ia bukan bagian dari penduduk ini. Kelak, penonton akan tahu bahwa Kora adalah mantan tentara elit bernama Motherland yang luar biasa jahat.

Informasi ini penting untuk tahu apa yang akan dilakukan Kora ketika sekumpulan tentara jahat yang dipimpin oleh Atticus Noble (Ed Skrein) datang. Tentu saja tentara ini datang tidak hanya meminta hasil panen penduduk Veldt, mereka juga berniat untuk memperkosa salah satu penduduknya.

Di sinilah Kora yang tadinya sudah mau kabur memutuskan untuk bergerak. Ia bersama Gunnar (Michiel Huisman) akhirnya menjelajah angkasa untuk mencari para jagoan lain untuk melawan penguasa. Selama dua jam kita akhirnya bertemu dengan si pencuri ganteng bernama Kai (Charlie Hunnam), tukang besi ganteng yang bisa menaklukkan binatang buas bernama Tarak (Staz Nair), seorang cyborg yang jago memainkan pedang bernama Nemesis (Bae Doona), mantan jendral bernama Titus (Djimon Hounsou) dan seorang legenda bernama Darrian Bloodaxe (Ray Fisher).

Baca Juga :  Berlatar Sejarah Banyuwangi, Kupu Kupu Kertas Dibintangi Amanda Manopo Angkat Sejarah Konflik Politik Tahun 1965

Bukan rahasia kalau film ini tadinya Zack Snyder pitch ke Disney untuk menjadi salah satu bab dalam dunia Star Wars. Setelah Disney dengan halus menolak, Snyder kemudian membawanya ke Warner Bros. dan mendapatkan penolakan lagi sampai akhirnya Netflix menerimanya dengan tangan terbuka.

Perjalanan yang panjang ini ternyata tidak menghasilkan refleksi yng baik karena trio penulisnya (Kurt Johnstad, Shay Hatten dan Zack Snyder sendiri) gagal untuk membuat sebuah cerita yang koheren. Semua karakter disini tidak mempunyai kepribadian yang lebih, terlepas dari fungsi yang Snyder inginkan dari mereka.

Kora adalah seorang mantan tentara yang trauma dan ingin berjuang. Selain itu, tidak ada apa-apa lagi yang ditawarkan dari dia. Tidak hanya penulisnya tidak memberikan karakter-karakter ini kepribadian yang membuat mereka terasa seperti manusia beneran, sebagian besar dialog mereka dihabiskan untuk eksposisi.

Kalau Anda memejamkan mata, rasanya seperti mendengar video informasi. Subtlety memang bukan hal yang dimiliki oleh Zack Snyder dan itu sebabnya semua informasi harus diteriakkan dengan keras. Anda tidak perlu menebak siapa yang jahat karena mereka semua muncul dengan seragam yang mirip Nazi.

Anda tidak perlu mengira kemana karakternya akan pergi karena mereka akan menyebutkan rencana mereka berikutnya. Flashback berfungsi untuk memberikan ilusi bahwa karakter ini memiliki latar belakang (dan mungkin motivasi).

Mengambil referensi karya seni lain sebagai patokan dalam dunia film sebenarnya sah-sah saja. Guardians of the Galaxy misalnya, terasa sekali referensi Star Wars-nya. Tapi yang membedakan film Marvel dengan Rebel Moon adalah kenyataan bahwa penulisnya tahu bagaimana cara menciptakan dunia.

Dalam Guardians of the Galaxy, James Gunn memberi semua karakternya kepribadian yang spesifik dan dunia yang jelas sehingga rasanya bukan seperti karbon kopi Star Wars. Rebel Moon, sementara itu terasa seperti nyontek berbagai film tapi tidak jelas maunya apa.

Baca Juga :  KidZania Surabaya, Wahana Bermain Edukatif Ajak Anak Praktek Beragam Profesi

Seperti halnya Sucker Punch, film Zack Snyder lain yang bagus di trailer tapi hasil akhirnya mengecewakan, Rebel Moon menampilkan berbagai banyak sekali ide kreatif tapi tidak ada satu pun yang nyambung. Ada android yang memiliki kemampuan untuk menjadi pacifist, ada humanoid alien yang bentuknya laba-laba (dimainkan oleh Jena Malone, bagian terbaik dari film ini), ada hewan-hewan
eksotis yang sepertinya akan berguna di film-film berikutnya.

Semua ini menarik tapi rasanya seperti lewat begitu saja. Mungkin akan ada kegunaannya yang jelas di bagian berikutnya (Zack Snyder mengatakan bahwa film ini berpotensi untuk menjadi intelectual property yang menarik). Tapi sejauh yang saya lihat di film pertama ini, semuanya lewat begitu saja.

Tentu saja seperti film-film Zack Snyder yang lain, Rebel Moon penuh dengan ciri khasnya yang tidak bisa ia lewatkan. Color palette yang spesifik, desain produksi yang mentereng dan tentu saja penggunaan slow-motion. Bukan film Zack Snyder namanya kalau tidak menampilkan adegan tanpa speed ramp.

Adegan laganya lumayan menarik tapi tidak spesial. Apalagi kalau Anda baru saja menonton Yu Yu Hakusho yang jauh lebih inventif dalam menggambarkan adegan laga. (bbs/bkj)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News