Pelajar SMK Kumpulkan Cuan Demi Melihat Dunia

oleh -1313 Dilihat

Foto: Tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Kita kemana, dimana, kapan? Begitu kalimat sering ia sampaikan jika berdua, saat rebahan atau main kartu.

Kami bicara apa saja, tentang gunung, pantai, sungai, hotel, bus, kereta, kulineran, cerita horor dan sebagainya. Lantas merekah rencana kunjungan.

Menghitung biaya yang dibutuhkan. Bagpaker-an atau mengikuti biro perjalanan. Mencari hari baik, akhir pekan atau libur panjang. Sambil mengumpulkan cuan.

Empat kali perjalanan, dua ke Jogja dengan rute Gunung Kidul (negeri Konoha), Jogja-Parangtritis, Bali dan Banyuwangi dengan biaya mandiri. Bersama perusahaan biro perjalanan.

Uangnya dari mana? Dari jualanlah. Sejak pertengahan 2023 ia jualan dimsum, Rp 1.500 per biji. Dititipkan ke pasar, ditawarkan pada tetangga, kerabat, guru di sekolah serta menyuplai sebuah tempat penjual makanan siap saji. Selain jual kopi.

“Alhamdulillah, sebulan dapat empat ratus ribuan kalau ramai,” kata pelajaran jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian SMKN 1 Malang, Rabu (18/07/2024).

Ilmu mengolah dimsum diperoleh dari sekolah. Begitu pula membuat tahu walik. Itulah yang diterapkan di rumah. Setiap Sabtu, sehari an memproduksi dimsum. Dikemas sesuai pesanan, sisanya di simpan dalam freezer untuk dijual harian.

Masih ditambah jual bubuk an kopi yang dilabeli. Produk ini didapat ketika ngopi di kawasan Jl. Dirgantara dan bertemu pemiliknya, Menel. Dari obrolan itu ia membeli dua bungkus kemasan 250 gram, lantas ditawarkan pada guru di sekolah. Tak lama ia dikenal sebagai penjual kopi.

Lantas apa yang didapat dari perjalanan ini. Pertama ia berulang kali bersyukur bisa melihat kekayaan negeri. Bersama dengan ketimpangan ekonomi warga setempat yang dinilai kurang baik. Belum adanya pengolahan hasil laut secara maksimal. Seperti ikan dan rumput laut.

Baca Juga :  Ragam Kegiatan dalam Konferensi Pengetahuan dari Perempuan

“Tempat wisatanya bagus, olahan laut melimpah dan murah. Harusnya bisa diolah maksimal agar tahan lama agar nilai jualnya tinggi. Kasihan warga setempat,” ucapnya sambil menikmati rumput laut goreng yang dibeli Rp 10 ribu dalam wadah kantong plastik besar. Sambil membandingkan harga rumput laut kemasan setipis tisu dengan harga lebih tinggi, saat di Pantai Ndrini, Gunung Kidul.

Begitulah kami ngobrol berbagai hal yang tak pernah ku bicarakan sama kamu. Termasuk peluang usaha, biro perjalanan wisata dan berjualan oleh-oleh on line. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.