Merawat Tradisi Menanam Mangrove di Acara Internasional

oleh -442 Dilihat

Foto: Ist/Humas Pemerintah

KILASJATIM.COM, Bali – Belum lekang dalam ingatan kita saat Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak para kepala negara dan pemimpin pemerintahan anggota forum kerja sama pembangunan G-20 yang mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi di Nusa Dua, Bali  mengunjungi Taman Hutan Raya (Tahura) I Gusti Ngurah Rai, Denpasar pada 16 November 2022 lalu. Kompak memakai baju kaus lengan panjang warna putih, Jokowi dan para kepala negara itu menanam mangrove di salah satu sudut Tahura Ngurah Rai yang berbentuk seperti plaza terbuka.

Presiden Jokowi bersama pemimpin negara-negara G-20 termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dan PM India Narendra Modi menggali tanah menggunakan cangkul yang telah disiapkan panitia. Masing-masing kepala negara lalu menggali tanah untuk menanam bibit mangrove.

Kegiatan tersebut sempat menyita atensi dunia sebab dianggap menarik dan tidak pernah dilakukan dalam penyelenggaraan KTT G-20 sebelumnya. Aksi penanaman mangrove juga diulangi lagi saat digelarnya KTT Forum Negara-negara Pulau dan Kepulauan (AIS Forum) di Nusa Dua, 10–11 Oktober 2023. 

Bedanya, jika pada KTT G-20 dilakukan oleh para kepala pemerintahan, maka pada KTT AIS Forum pertama ini, penanaman mangrove dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat Bali. Mereka bergabung bersama Kelompok Usaha Bersama (KUB) Batu Lumbang menanam mangrove di Daerah Aliran Muara (DAM) Suwung, Desa Pamogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar pada Rabu (11/10/2023).

Ada sebanyak 500 batang mangrove disiapkan untuk ditanam masyarakat di sepanjang kawasan pesisir DAM Suwung. Mereka juga melanjutkannya dengan aksi bersih-bersih kawasan hutan mangrove yang berada di sekitar DAM Suwung. 

Baca Juga :  AIS Youth Conference Langkah Meningkatkan Kesadaran Generasi Muda tentang Isu Kelautan dan Iklim

Mangrove turut menjadi concern di dalam KTT AIS Forum. Selain Indonesia selaku pemilik hutan mangrove terluas di dunia, ada pula negara-negara anggota AIS Forum seperti Papua Nugini, dan Filipina yang menjadi pemilik hutan mangrove terluas di dunia.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Abubakar saat mendampingi Presiden Jokowi dalam jumpa pers usai membuka KTT AIS Forum 2023 di Bali Nusa Dua Convention Center, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (11/10/2023). “Ini bisa menjadi diskusi awal yang akan kita bawa nanti ke COP 28,” ujar Siti.

COP atau Conference of Parties adalah pengambil keputusan tertinggi dari Konvensi Kerangka Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCCC) yang merupakan bagian dari deklarasi KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brasil pada 1 Juni 1992 silam. Saat ini penyelenggaraan COP atau dikenal pula sebagai Konferensi Perubahan Iklim telah memasuki tahun ke-28 dan akan dilaksanakan di Dubai Uni Emirat Arab pada 30 November sampai 12 Desember 2023.

Menteri LHK dalam kesempatan itu juga melaporkan kepada Presiden Jokowi bahwa delegasi dari beberapa negara AIS Forum ada yang mengunjungi Hutan Raya Bali yang merupakan kawasan ekosistem mangrove seluas sekitar 1.373, 5 hektare.  

“Dalam kesempatan ini saya izin melaporkan kepada Presiden bahwa ada delegasi dari beberapa negara AIS Forum seperti menteri dari Seychelles serta Sao Tome and Principe yang menengok kawasan persemaian mangrove yang ditanam oleh para pemimpin G-20,” terang Menteri Siti Nurbaya.

Mereka pada dasarnya ingin belajar bagaimana cara Indonesia mengembangkan dan melestarikan mangrove. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Indonesia adalah pemilik hutan mangrove terluas di dunia, mencapai 3.364.080 hektare atau sekitar 22,6 persen dari total luas mangrove dunia.

Baca Juga :  Gubernur Khofifah Fasilitasi Ribuan Masyarakat Mudik Gratis ke Pulau Raas

Pemerintah Indonesia melaksanakan perluasan kawasan mangrove hingga bisa mencapai 600 ribu hektare pada 2024 mendatang. Ini dilakukan lantaran besarnya manfaat mangrove untuk kawasan pesisir sekaligus sebagai pengendali perubahan iklim. Mangrove menjadi penyerap karbon yang sangat besar dan bisa mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang saat ini tengah diturunkan oleh pemerintah. 

Dengan kemampuan menyerap karbon 77 persen lebih banyak dari vegetasi di darat seperti hutan, karena disimpan di bawah air laut (karbon biru), mangrove menyimpan potensi yang besar. Terlebih, potensi karbon biru di Indonesia mencapai 3,4 giga ton atau sekitar 17 persen dari karbon biru di dunia. (nic)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.