Mengintip Sejarah Kue Kering yang Selalu Ada Saat Lebaran

oleh -346 Dilihat

KILASJATIM.COM, Surabaya – Setiap Hari Raya Idul Fitri dan hari besar keagamaan lainnya selalu ditemukan berbagai jenis kue kering. Tapi tahukah kamu, mengapa kue kering selalu hadir saat Lebaran? Artikel ini akan membahasnya!

Kue kering Lebaran biasanya berukuran kecil dan tipis, sehingga mudah disusun dan dimasukkan ke dalam toples bening. Kata “cookies” berasal dari bahasa Belanda “koekje” yang berarti “kue kecil”. Di Jerman, cookies disebut dengan “keks” atau “plätzchen”. Sementara di Italia, kue kering disebut dengan nama “amaretti” atau “biscotti”.

Awal Kisah Kue Kering Selalu Hadir Saat Lebaran Berawal dari Era Kolonial Belanda

Menurut sejarawan kuliner Fadly Rahman, tradisi menyajikan kue kering saat Lebaran ditengarai muncul pada masa kolonial Belanda. Interaksi antara orang Belanda dan masyarakat Indonesia pada abad ke-19 hingga ke-20 melahirkan penyerapan budaya Eropa ke dalam budaya Indonesia, termasuk dalam hal kuliner.

“Prosesnya tidak bisa dilepaskan dari interaksi sosial budaya antara masyarakat Bumiputera, masyarakat Islam Indonesia, dengan orang-orang Eropa,” katanya.

Sejak saat itu, sebagian masyarakat Indonesia mulai terpengaruh oleh budaya kuliner Belanda dan mengalami perubahan selera. Menurut Fadly, menyajikan kue-kue kering saat Lebaran juga dapat menunjukkan status sosial seseorang. Saat itu, masyarakat Indonesia menengah ke atas sudah tidak lagi menyajikan makanan tradisional yang terbuat dari sagu, tepung beras, tepung ketan, dan lain-lain.

Dipengaruhi Perubahan Pilihan Menu yang Disajikan

Karena sebagian masyarakat mulai mengubah sajian yang berbahan tradisional, maka terjadilah pergeseran menu kudapan yang disajikan.

“Masyarakat Indonesia mulai merasa bahwa kue tradisional memiliki tekstur yang lengket dan tidak awet. Namun jika kue-kue kering disajikan selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, mereka akan tetap awet untuk disajikan saat Lebaran,” tambah Fadly.

Baca Juga :  Jelang Ramadhan dan Idul Fitri 2024 TPID Jawa Timur  2024 Perkuat Sinergi Stabilitas Harga dan Ketersediaan Pasokan Pangan 

Ia juga menambahkan bahwa kue dari Belanda itu di tempat asalnya disajikan saat hari besar keagamaan pula seperti Natal. Kemudian ketika Belanda masuk ke Indonesia, budaya saling menghantarkan kudapan dilakukan oleh keluarga dari Eropa ke keluarga dari kalangan priyayi yang merayakan Idul Fitri.

Modifikasi dari Menu Asli

Selama masa kolonial Belanda, interaksi antara orang Belanda dan masyarakat Indonesia menyebabkan penyerapan budaya Eropa ke dalam budaya Indonesia, termasuk tradisi kuliner.

Tradisi menyajikan kue kering saat Lebaran pertama kali muncul pada saat itu. Contoh kue kering yang berasal dari Belanda adalah Nastar. Nama Nastar berasal dari kata-kata Belanda “ananas” yang berarti nanas dan “taart” yang berarti pai atau tart.

Awalnya, isian untuk kue ini bukanlah nanas tetapi blueberry. Namun, blueberry sulit ditemukan di Indonesia sehingga isian diganti dengan nanas. Sampai jadilah kue favorit setiap Lebaran yang kita kenal sekarang ini.

Kue Kering Selalu Hadir Saat Lebaran Ternyata Ditemukan Tidak Sengaja

Apabila menilik lebih jauh lagi sejarah mengenai kue kering, ternyata dapat ditarik sampai pada abad ke-7.

Kue kering pertama kali ditemukan di Persia (sekarang dikenal sebagai Iran) pada abad ke-7. Ternyata ada kisah unik di balik penemuan kue kering. Jadi ternyata diciptakan secara tidak sengaja.

Saat itu, seorang tukang roti sedang membuat roti biasa. Akan tetapi pada saat itu proses memanggang kue cukup sulit, terutama dalam menentukan suhu oven yang tepat. Untuk mengetahui suhu yang tepat, ia menjatuhkan sedikit adonan ke dalam oven. Adonan itulah yang kemudian menjadi cikal bakal asal mula dari terciptanya kue kering.

Pada awalnya, kue kering hanya disajikan untuk kaum bangsawan saja. Namun seiring waktu, kue kering mulai disebarkan di berbagai tempat oleh pedagang Muslim, terutama di wilayah Eropa. Kue ini pertama kali dikenal di Spanyol karena pada saat itu Spanyol berhasil ditaklukkan oleh penguasa Muslim.

Baca Juga :  Jelang Lebaran, Masyarakat Kota Malang Diimbau Waspada Peredaran Uang Palsu

Pada abad ke-14, kue kering baru dapat dinikmati oleh semua kalangan di Eropa, mulai dari anggota kerajaan hingga rakyat biasa. Pada abad ke-19, Eropa mengalami kemajuan teknologi di bidang pembuatan kue yang menyebabkan kue kering diproduksi secara besar-besaran.

Karena Eropa banyak melakukan ekspansi ke berbagai negara termasuk ke wilayah Nusantara, dampaknya berbagai kudapan itu lambat laun menjadi bagian dari budaya Lebaran di Indonesia. (bbs/yun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.