Jadi Trending! Tom Lembong Ragukan Ucapan Luhut Binsar Soal Harga Nikel

oleh -231 Dilihat

KILASJATIM.COM, Jakarta – Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN atau Anies-Muhaimin), Tom Lembong, meragukan keyakinan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengenai harga nikel. Tom mengingatkan tren harga nikel di pasar global menurun dan berpotensi mempengaruhi bisnis tambang tersebut di Indonesia.

Dia menegaskan pada prinsipnya adalah penurunan harga nikel masih belum selesai, bahkan penurunan harga komoditas ini masih akan berlanjut. “Hati-hati berbicara terlalu dini ya,” kata Tom Lembong saat ditemui usai mengisi sebuah diskusi di kawasan Senayan, Jakarta pada Jumat malam, 9 Februari 2024.

Mantan Kepala BKPM ini memperkirakan, penurunan harga nikel terjadi sampai tahun depan dan bisa untuk dua tahun berikutnya. Kondisi ini akan mempengaruhi masa depan industri smelter maupun tambang nikel di Indonesia.

“Ini kisahnya belum selesai, masih ada beberapa tahun lagi di mana harga nikal akan turun terus melemah,” kata Tom Lembong melanjutkan.

Tren penurunan harga nikel juga tercermin di London Metal Exchange (LME) yang menurun 0,58 persen dan menetap di USD15.927 per ton pada penutupan perdagangan, dikutip dari The Business Times, Selasa (6/2/2024).

“Pasar nikel berada dalam kekacauan setelah membanjirnya pasokan dari Indonesia, akibat dari terobosan teknologi dan investasi besar-besaran oleh China,” paparnya.

Bahkan turunnya harga nikel mengancam sejumlah perusahaan pertambangan kelas dunia terancam gulung tikar, bahkan beberapa di antaranya mencari dana talangan dari pemerintah atau akan bangkrut. Adapun harga nikel yang digunakan untuk membuat baja tahan karat dan baterai untuk kendaraan listrik telah menurun dalam setahun terakhir.

Namun Menko Marves Luhut membantah jika Indonesia menyebabkan harga nikel anjlok. Dia meyakini harga komoditas seperti nikel, batu bara dan lain-lain harus dilihat secara kumulatif. Tidak bisa dilihat hanya dari satu atau dua tahun saja.

Baca Juga :  Survei PolMark: Ganjar Kuasai Elektabilitas Capres, Diikuti Prabowo dan Anies

“Itu kan at the end cari equilibrium (keseimbangan)-nya. Apa saja komoditi itu kamu lihatnya enggak boleh dari setahun dua tahun, harus lima hingga 10 tahun. Harus dilihat kumulatif harganya. Kemudian, melihat harga rata-ratanya,” katanya, Rabu (7/2/2024) lalu.

Namun tren tersebut juga tercermin dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat nilai ekspor komoditas nikel Indonesia mengalami penurunan sebesar 4,09 persen secara bulanan (mtm) di Desember 2023 menjadi USD521,8 juta.

“Nilai ekspor nikel di Desember 2023 adalah USD521,8 juta mengalami penurunan 4,09 persen secara bulanan atau month to month (mtm),” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini dalam Rilis BPS, Senin (15/1/2024) lalu.

Lebih lanjut, Pudji mengatakan, untuk total volume ekspor nikel tercatat sebanyak 126 juta ton, atau turun sebesar 14,06 persen mtm. “Jadi penurunan volume ini lebih dalam dibanding nilainya,” katanya.

Sedangkan nilai ekspor RI pada Desember 2023 sebesar USD22,41 miliar atau naik 1,89 persen secara bulanan (mtm), dibandingkan bulan sebelumnya pada November 2023 yang sebesar USD22 miliar. (bbs/nic)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.