Inovasi Mengajar Guru di Abad 21

oleh -875 Dilihat

Foto: kilasjatim/tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Saat ini diperlukan perubahan modul perkuliahan bagi calon guru PGSD/PGMI/PIAUD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar/Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah/Pendidikan Islam Anak Usia Dini) terintegrasi dalam Kurikulum PGSD/PGMI/PIAUD. Guna memperkaya keterampilan siswa di Indonesia, di bidang literasi, numerasi, dan penguatan karakter.

Sejak 2018 program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) bekerja sama dengan CSO (organisasi masyarakat sipil) dan perguruan tinggi di Jawa Timur, dalam penguatan literasi, numerasi, penguatan karakter unggul, gender, inklusi, implementasi sekolah rangkap. Dengan menggandeng Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama Provinsi Jawa Timur, Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Provinsi Jatim, Universitas Airlangga, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Universitas Islam Malang.

Kegiatan tersebut di implementasi kan pada level sekolah/madrasah dan perguruan tinggi. Selain itu INOVASI juga bermitra dengan pemerintah kabupaten dari Kabupaten Sumenep, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, dan Kota Batu. INOVASI menggandeng Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI) dalam penguatan literasi dasar di Kabupaten Madiun, Tulungagung, dan Pacitan.

“Literasi dan numerasi tidak berarti tanpa ada penguatan karakter unggul, yaitu karakter yang kuat, berintegritas, serta memiliki tanggung jawab sosial,” kata Drs Budi Santosa, Kepala Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan III dalam acara “Kemitraan Pendidikan untuk Keberlanjutan di Jawa Timur” di Hotel Aria, Malang pada Rabu-Kamis, 23-24 Agustus 2023.

Seperti yang dilakukan di Universitas Islam Malang (Unisma) yang membekali pendidikan Penguatan Karakter Unggul (PKU) dengan mengadaptasi Modul Pendidikan Karakter Profil Pelajar Pancasila Berbasis Nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) pada mahasiswa calon guru madrasah di PGMI dan PIAUD.

Selain itu, Unisma juga mendukung terbentuknya Satuan Tugas (Satgas) anti kekerasan di Fakultas Agama Islam (FAI). Guna mendukung terciptanya ekosistem positif. Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Fakultas, sosialisasi Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI), pembekalan mahasiswa yang akan melaksanakan Pengenalan Lapangan Persekolahan, serta pembelajaran yang terintegrasi karakter unggul yaitu komunikasi, berpikir kritis, dan tasamuh atau toleransi.

Baca Juga :  Unitomo Berikan Beasiswa S2 Kepada 6 Atlet Peraih Medali Sea Games 2023

“Banyak kasus perundungan terjadi saat ini, tak terkecuali di lingkungan kampus. Maka, kami berusaha menciptakan ekosistem positif,” ujar Drs Anwar Sa’dullah MPdI, Dekan Fakultas Agama Islam Unisma.

Untuk mengetahui hasil program tersebut, pihaknya melakukan asesmen pada 553 mahasiswa dari lima prodi di FAI Unisma. Hasilnya diketahui kasus kekerasan di bawah 10%. Baik kekerasan cyber, fisik, pelecehan seksual, dan pelecehan seksual di dunia maya.

Setelah program ekosistem positif diterapkan, kasus kekerasan fisik dan pelecehan seksual menurun masing-masing 1%. Namun, kekerasan cyber justru meningkat 1%. Mahasiswa sebagai pelaku kekerasan juga menurun, hanya mengejek yang bertambah 1%.

“Seringkali orang tidak paham bahwa kata-kata yang ditujukan untuk bercanda itu sebenarnya salah satu bentuk perundungan,” terang Dr Mutiara Sari Dewi MPd, Kepala Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PIAUD) FAI Unisma.

Sementara, dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM) pengintegrasian literasi pembelajaran literasi dinilai masih lemah.

“Sebab, belum ada materi khusus dan lengkap tentang pembelajaran literasi di PGSD,” kata Dr Sugarti MSi, Wakil Dekan I FKIP UMM.

Menurutnya, program pengintegrasian literasi ke dalam kurikulum PGSD berguna untuk penguatan mutu pembelajaran di program studi, khususnya bidang literasi lintas mata kuliah.

Sebelum ada program INOVASI, diadakan survei hasilnya 82% dosen belum paham cara mengajarkan literasi yang efektif dan 41% calon guru SD belum pernah mengembangkan media literasi berbasis teknologi.

“Kebanyakan orang hanya membaca saja tapi belumlah sepenuhnya paham konten. Peran orang tua untuk ciptakan literasi di rumah juga penting demi mendorong kemampuan literasi siswa sekolah,” papar Sugarti.

Saat ini, program literasi menjadi program utama di tingkat fakultas yang dikembangkan di masing-masing prodi. Dengan membentuk komunitas mahasiswa penggerak literasi.

Baca Juga :  PKH Diharapkan Tumbuh sebagai Embrio Pengembangan Sistem Perlindungan dan Pemberdayaan Sosial Masyarakat  

Terkait kompetensi dasar literasi dan numerasi siswa di jenjang pendidikan dasar dan menengah belum mencapai standar minimal. Seperti hasil asesmen nasional pertama tahun 2021. PGSD Umsida pun membekali mahasiswa calon guru dengan keterampilan literasi dan numerasi.

Selama ini, kondisi perkuliahan untuk kelas PGSD di universitas-universitas belum mempertimbangkan prinsip-prinsip responsive gender dalam proses pembelajaran. Perkuliahan masih dilakukan hanya mempertimbangkan kebutuhan mahasiswa calon guru SD pada sisi materi tanpa memperhatikan unsur-unsur kesetaraan antara anak laki-laki dan perempuan.

“Permasalahannya visual gambar pada materi ajar di buku tematik sekolah dasar belum memperhatikan pemilihan gambar, warna, dan contoh peran sosial yang peka gender di dalamnya,” jelas Kemil Wachida MPd, Kaprodi PGSD Umsida, Kamis (24/8/2023).

Sementara kerja sama Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair dan INOVASI Jatim, dimulai sejak 2021-2022 terfokus pada program penguatan karakter dan ketrampilan, penerapan profil pelajar Pancasila di tujuh MI di Kabupaten Lamongan dan 6 MI di Kabupaten Sidoarjo. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.