GPEI Jatim Genjot Ekspor Para  Pelaku  Usaha Kecil Menengah Cari Pasar Non Tradisional, Optimis 2024 Akan Tumbuh 

oleh -627 Dilihat

Dari kiri-kanan, Ketua GPEI Jatim Isdarmawan Asrikan, Wakil Ketua Bidang Perdagangan Luar Negeri GPEI Jatim Sri Rahayu, Transaction Service Department Head BSI Tjahjono Soebroto dan Ketua INSA Surabaya Stenven Lesawengen dalam Gathering GPEI di Surabaya, (kilasjatim.com/Nova)

KILASJATIM.COM, Surabaya – Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur masih optimis kinerja ekspor Jatim tahun 2024 akan tumbuh positif.

Meskipun kinerja ekspor pada 2023 tampak minus,  tahun ini bisa tumbuh lebih Baik. Apalagi kinerja ekspor Jatim di 3 bulan pertama tahun ini juga tampak lebih baik pertumbuhannya.

Ketua GPEI Jatim, Isdarmawan Asrikan mengatakan,  sektor usaha berorientasi ekspor saat ini masih memang masih menghadapi banyak tantangan baik internal maupun eksternal seperti isu geopolitik yakni perang Rusia – Ukraina, Israel – Palestina hingga Krisis Laut Merah yang membuat biaya transhipment barang ekspor menjadi lebih mahal.

“Krisis Laut Merah terus terang  berdampak pada terganggunya pelayaran yang terpaksa harus berputar ke laut Afrika .  cost pun menjadi mahal. Namun kita berupaya untuk meningkatkan ekspor  terutama dari pelaku usaha kecil menengah untuk mencari pasar non tradisional,” ujar Isdarmawan kepada media usai Gathering GPEI Jatim di Surabaya, Selasa (28/5/2024).

Isdarmawan menambahkan, GPEI akan terus berupaya meningkatkan kinerja ekspor, Salah satunya dengan melanjutkan program pembinaan dengan target 100 UMKM tembus ekspor.

” Setiap tahun rerata ada sekitar 10 – 15% UMKM yang berhasil menembus pasar ekspor misalnya untuk produk makanan olahan dan handycraft. Pasar ekspor masih menjanjikan karena negara-negara Asia yang ongkos kirimnya tidak terlalu mahal, di sana juga banyak diaspora dan tenaga kerja kita di luar negeri yang terbiasa pakai produk-produk Indonesia,” imbuhnya.

Baca Juga :  Ubur- Ubur Serang Paiton, PJB UP 1-2 Siap Amankan dan Jaga PenyediaanTenaga Listrik

Berdasarkan data Badan Pusat Startistik (BPS) Jatim, kinerja ekspor non migas Jatim selama kuartal I/2024 (Januari – Maret) mencapai US$6,07 miliar. Pangsa pasar ekspor non migas Jatim selama kuarta I itu disumbang oleh Amerika Serikat (AS) sebesar US$0,79 miliar, Jepang US$0,77 miliar, Tiongkok US$0,69 miliar, dan Swiss US$0,56 miliar.

Sedangkan di pasar Asean menyumbang US$1,12 miliar (18,43%) dan Uni Eropa US$0,38 miliar (6,32%). Selama 3 bulan pertama itu, terjadi tren kenaikan ekspor. Tercatat pada Januari ekspor Jatim baik migas dan non migas sebesar US$1,99 miliar, lalu Feberuari US$1,81 miliar dan pada Maret US$2,51 miliar atau naik 39,10% (mtm) atau naik 34,57% (yoy).

Komoditas utama penyumbang ekspor non migas Jatim pada Maret yakni perhiasan/permata berkontribusi 34,79% atau naik 227,09% dengan negara tujuan utama Swiss 41,63% dan Jepang 18,07%. Disusul tembaga menyumbang 7,54% atau tumbuh 6,61% dengan negara tujuan utama Malaysia 45,87% dan Tiongkok 19,28%.

Pada kategori lemak dan minyak hewani/nabati menyumbang 5,89% dan tumbuh 16,05% dengan negara tujuan utama Tiongkok 47,59% dan Malaysia 11,04%.

Pada kesempatan yang sama, Transaction Service Department Head, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Tjahjono Soebroto mengatakan,  masih besarnya peluang pasar ekspor ini akan dioptimalkan oleh BSI untuk memberikan dukungan berupaya layanan perbankan maupun permodalan bagi pelaku usaha yang berorientasi ekspor.

“Sektor usaha ekspor ini cukup berkontribusi terhadap kinerja penyaluran modal kerja BSI dengan pertumbuhan yang pesat 20% dibandingkan tahun sebelumnya. Potensi ini akan kaami kembangkan terus dengan target pertumbuhan 25% dari tahun lalu,” ujarnya.

Ketua Indonesian National Shipowner Association (INSA) Surabaya,Stenven Lesawengen yang juga perwakilan dari Kadin Jatim mengatakan, Krisis Laut Merah bagi pelayaran itu sebenarnya bisnis yang memanfaatkan peluang. Ketika ada krisis ini, transhipment time ke Eropa yang biasanya 1 minggu bisa bertambah menjadi 2 minggu.

Baca Juga :  Program Green Lifestyle PLN Layanan REC dan Tambah Daya Diperpanjang 31 Juli 2021

“Kalau kapal kapasitas 10.000 TEUs saja konsumsi bahan bakarnya 30 – 40 ton/hari, kalau ditambah 2 minggu berarti ada penambahan cost 40 ton x 14 hari. Disitulah mereka memanfaatkan fright cost,” pungkasnya. (nov)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News