Dinkes Jawa Timur Temukan 9.208 Pasien HIV/AIDS di Tahun 2022

oleh -382 Dilihat

KILASJATIM.COM, Surabaya – 2023 sudah berjalan 4 bulan 16 hari atau 4,5 bulan. Setelah tahun ini hampir berjalan 5 bulan, Dinas Kesehatan Jawa Timur sepanjang 2022 menemukan 9.208 pasien HIV/AIDS.

Temuan hampir puluhan ribu pasien di Jatim ini berdasarkan laporan Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA) kasus AIDS selama 12 bulan pada 2022. Ribuan pasien ini didominasi oleh dua jenis pekerjaan.

Antara lain, wiraswasta mencapai 154 orang dan ibu rumah tangga (IRT) 131 orang. Kemudian, 111 karyawan, 33 buruh, 20 petani/peternak/nelayan, 19 pelajar, serta 12 sopir.

Selanjutnya, 9 pekerja seks, 5 TNI/Polri, 4 pegawai negeri sipil, 7 tenaga medis, 2 seniman, dan seorang pelaut. Selebihnya, lain-lain 143 orang. Berdasarkan persentase faktor risiko, yang tertinggi ada pada kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL) 39,5 persen.

Diikuti Wanita Pekerja Seks 13,6 persen. Kemudian, pasangan resiko tinggi 13,6 persen, pelanggan Pekerja Seks 8 persen, waria/transgender 2 persen dan lain-lain 22,7 persen.

Tapi, Kepala Dinkes Jatim Erwin Astha Triyono menyatakan, mayoritas 70,9 persen telah mendapat pengobatan. Atau setara 6.523 orang dari total kasus yang ditemukan di Jatim.“Kasus HIV kumulatif sampai tahun 2022 sebanyak 90.212 kasus,” terang Erwin.

“Dari kumulatif kasus yang ditemukan tersebut, sebanyak 24.374 pasien yang saat ini mendapatkan terapi Antiretroviral (ARV),” lanjut Dr dr Erwin Astha Triyono SpPD KPTI.

Sampai kini, Dinkes Jatim berupaya meningkatkan akses terapi ARV pada ODHIV (Orang dengan HIV). Pemprov Jatim telah menyediakan unit layanan tes HIV sebanyak 1.178 layanan terdiri dari puskesmas, rumah sakit pemerintah dan swasta.

Serta layanan Perawatan Dukungan Pengobatan (PDP) sebanyak 529, terdiri dari layanan PDP Puskesmas sebanyak 430 puskesmas dan layanan PDP di Rumah Sakit sebanyak 99 Rumah Sakit (Pemerintah dan Swasta) di seluruh Jatim.

Baca Juga :  Korban Pengeroyokan, Remaja Lamongan Ditemukan Tewas di Pasar Gadung Driyorejo

“Masih terdapat kesenjangan antara jumlah kasus yang ditemukan dengan jumlah kasus yang diterapi ARV. Hal ini karena banyak pasien yang telah meninggal maupun putus berobat,” tandas Erwin.

Selain itu juga melakukan pemeriksaan Early Infant Diagnosis (EID) pada bayi yang lahir dari ibu HIV. Kemudian melakukan pemeriksaan Viral Load pada ODHA yang telah melakukan pengobatan (On ART) selama 6 bulan, 12 bulan.

“Dan setiap 12 bulan dilakukan evaluasi keberhasilan pengobatan pada ODHA dan melakukan pemenuhan logistik yang berkaitan dengan HIV,” tutur Erwin.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Dr dr Erwin Astha Triyono SpPD KPTI.

Pihak Pemprov Jatim telah memasang target untuk mengakhiri HIV pada tahun 2030 termasuk pemerintah pusat. Oleh sebab itu perlu adanya kolaborasi dari semua pihak termasuk akademisi, pemerintah, media, hingga komunitas.

Erwin juga mengimbau kepada masyarakat Jatim supaya melakukan edukasi program HIV AIDS kepada keluarga, saudara, tetangga dan masyarakat lainnya. Serta memberi dukungan fisik, psikis dan sosial kepada keluarga yang menderita HIV.

Agar mereka patuh minum obat ARV serta tidak melakukan stigma dan diskriminasi. “Cara mencegah agar tidak terkena HIV dengan setia dengan pasangan, hindari seks bebas/berisiko serta hindari memakai narkoba suntik,” pungkas Erwin. (bbs/bkj)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.