Ada LPS! L. Hakim Lebih Percaya Simpan Uang di Bank Jangka Panjang Tanpa Was was

oleh -311 Dilihat

Ilustrasi:  aktifititas pelayanan kepada nasabah di Bankjatim Surabaya (Ist/dok)

KILASJATIM.COM, Surabaya – L. Hakim (44 th) bisa dibilang sebagai laki-laki dengan prinsip seenaknya sendiri, dalam artian tidak mau begitu saja mengikuti arus yang dia anggap tidak sesuai dengan yang dia inginkan. Termasuk dalam mengelola keuangan. L. Hakim punya pemikiran dan cara tersendiri bagaimana uang pesangon yang dia terima dari perusahaan yang selama belasan tahun ini menjadi ladang mata pencahariannya.

Pria dengan satu orang anak usia 9 tahun dan tinggal di kawasan Mulyosari Surabaya ini begitu menerima uang pesangon sebesar kurang lebih 200 juta langsung dia masukkan semuanya ke salah satu bank berplat merah dalam bentuk Deposito.

Padahal atas anjuran sahabat dekatnya sebaiknya uang pesangon tersebut diinvestasikan dalam wujud emas atau beli tanah dan lain sebagainya. Namun L. hakim kekeuh dengan pendiriannya.

“Semua uang pesangon saya depositokan dan tidak akan saya otak atik. Uang itu untuk pendidikan dan masa depan anak saya yang hanya semata wayang. Bunga dari deposito saya masukkan lagi sebagai tambahan setoran,” ujarnya tanpa beban.

Bukan tanpa alasan mengapa L. Hakim merasa lebih sreg menitipkan uangnya di bank daripada dibelikan emas atau tanah dan lain sebagainya.

“Simpan di bank lebih aman dan terjamin, uang tidak akan hilang. Apalagi bank milik pemerintah ini juga salah satu dari sekian banyak bank di Indonesia yang masuk dalam LPS ( lembaga pengawas simpanan) jadi gak perlu was was ,” imbuhnya mengisahkan alasan tersebut dalam satu perjalanan yang secara kebetulan kami (penulis) ada dalam deretan bangku di sebelahnya.

Saat ditanya alasannya kenapa sebagian uangnya di depositokan dan sebagian lagi tidak dibelikan emas atau dalam bentuk utuh/tunai saja untuk investasi yang gampang menjualnya jika sewaktu waktu membutuhkan uang secara mendadak.

“Beli emas atau logam mulia (LM) saya tidak terpikirkan itu, karena kalau beli emas dan saya simpan di rumah, kawatir ada maling masuk dan mencuri emasnya, maka habis semua simpanan saya. Atau misalnya tiba-tiba rumah kita terendam banjir atau ada musibah lain, risiko-risiko semacam itu yang kalau kita simpan uang tunai di rumah.
Utamanya karena keamanan. Karena kalau simpan di rumah kita kan nggak tahu risiko keamanannya bagaimana,” ujarnya seraya tertawa.

Bagi Hakim apapun yang disarankan teman temannya semuanya baik, namun dia lebih memikirkan jangka panjang tanpa harus was was dan terus menerus berpikiran kawatir hilang dan lain sebagainya, adalah menyimpan uang di bank.

Apa yang sudah ditempuh L. Hakim adalah salah satu dari sekian banyak masyarakat yang minded dan percaya penuh terhadap dunia perbankan yang dalam perkembangannya sudah semakin membaik dalam memberikan pelayanan, jaminan dan tehnologi terkini kepada nasabahnya.

Bagi L. Hakim banyaknya biaya yang dibebankan bank kepada nasabahnya tidak menghalangi dirinya atau masyarakat lain untuk tetap mempercayakan uangnya untuk ditabungkan di bank.

Selain itu pertimbangan lainnya bagi L. Hakim adalah faktor layanan yang dewasa ini banyak ditawarkan.

“Kalau di bank itu kan kita ada banyak fasilitas, bisa pembayaran langsung dengan kartu debet atau lainnya. Berbagai fasilitas dari Bank selain keamanan menabung, bank juga menjanjikan berbagai kemudahan.
Jadi sekarang bank itu sudah bukan bicara menabung lagi, tapi bank sudah jadi semacam dompet saja,” tukasnya.

Perkembangan tehnologi di dunia perbankan sudah semakin baik, hampir semua bank di Indonesia.menerapkan pembayaran atau transaksi secara non tunai. Seiring dengan kemajuan tersebut kepercayaan masyarakat terhadap perbankan juga menunjukkan grafik peningkatan secara signifikan. ini merupakan kabar gembira bagi perekonomian Indonesia yang diharapkan pulih kembali.

Baca Juga :  Keseruan Siswa Sekolah Live in di Desa Wisata Binaan Bakti BCA

Kepala Eksekutif LPS, Lana Soelistianingsih, dalam satu kegiatan secara virtual menyebutkan, keyakinan masyarakat terhadap perbankan saat ini semakin meningkat dan sangat tinggi.

“Kondisi ini merupakan hal yang positif untuk menjaga masyarakat kita tetap percaya pada perbankan, terlebih pemerintah melalui LPS selalu menjamin dana nasabah tetap aman,” ujarnya.

Peranan perbankan sangat penting bagi masyarakat karena bank merupakan mitra yang berhubungan langsung pada masyarakat, sehingga bank dapat dikatakan penggerak perekonomian hal ini disebabkan peran perbankan sangat besar dalam menentukan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan.

Demi mendukung kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, dan searah dengan kebijakan pemerintah untuk mendukung percepatan pemulihan perekonomian nasional, maka diperlukan sinergi kebijakan terutama antar otoritas keuangan.

Peranan perbankan sangat penting bagi masyarakat karena bank merupakan mitra yang berhubungan langsung pada masyarakat, sehingga bank dapat dikatakan penggerak perekonomian hal ini disebabkan peran perbankan sangat besar dalam menentukan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan.

Sebagaimana disampaikan, Didik Madiyono Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) level permodalan bank secara nasional sangat tebal, berada di angka 25,93% per Januari 2023. Sejalan dengan hal tersebut, fungsi intermediasi perbankan juga terus tumbuh seiring dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional.

“Penyaluran kredit pada bulan Januari 2023 tumbuh sebesar 10,53% (YoY). Sementara DPK tumbuh sekitar 8,03% (YoY) pada periode yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa dana yang ada di sistem perbankan secara gradual tersalurkan ke sektor riil,” ujarnya dalam acara LPS.

Menurutnya, kondisi sistem keuangan dan perbankan yang stabil tersebut, salah satunya tidak terlepas dari peran serta lembaga-lembaga anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang senantiasa berkoordinasi dan berkolaborasi untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.

“LPS bersama lembaga anggota KSSK bersinergi melalui kerangka Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK). Kebijakan BI sebagai otoritas moneter, Kementrian Keuangan sebagai otoritas fiskal, OJK sebagai otoritas pengaturan dan pengawasan jasa keuangan serta LPS sebagai otoritas penjaminan dan resolusi bank diarahkan untuk memelihara stabilitas sistem keuangan sembari tetap menjaga momentum pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional.” jelasnya.

Ditegaskan Didik, peran serta LPS sebagai otoritas penjamin simpanan yang senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan.

“Seluruh bank yang ada di Indonesia wajib untuk menjadi peserta penjaminan LPS, baik bank umum maupun BPR/BPRS. Per Januari 2023, bank peserta penjaminan LPS ada sebanyak 106 bank umum dan 1.607 BPR/BPRS,” tukasnya.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa. (ist/dok)

Pada kesempatan terpisah, Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan dalam upaya melindungi dana nasabah serta upaya menjaga kepercayaan nasabah deposan, LPS juga menghimbau agar bank tetap memperhatikan ketentuan Tingkat Bunga Penjaminan simpanan dimaksud dalam rangka penghimpunan dana.

“Dalam menjalankan operasional, bank juga diharapkan tetap mematuhi pengaturan dan pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan serta ketentuan pengelolaan likuiditas oleh Bank Indonesia,” kata Purbaya.

Dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada 27 Februari 2023, LPS telah melakukan evaluasi dan menetapkan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) bagi simpanan dalam Rupiah di bank umum dan BPR, serta simpanan dalam bentuk valuta asing (valas) di bank umum.

LPS menetapkan TBP simpanan Rupiah di bank umum dan BPR naik masing-masing sebesar 25 bps yakni menjadi 4,25 % pada bank umum dan 6,75% pada Bank Perekonomian Rakyat (BPR). Sedangkan untuk TBP simpanan valuta asing (valas) pada bank umum ditetapkan naik menjadi 2.25 %. Selanjutnya TBP tersebut akan berlaku untuk periode untuk periode 1 Maret 2023 sampai dengan 31 Mei 2023.

Baca Juga :  PLN NP Kuatkan Infrastruktur Penerangan Jalan Medan-Banda Aceh

Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, penetapan TBP simpanan didasarkan pada beberapa hal antara lain, Sinergi kebijakan program penjaminan simpanan dengan kebijakan moneter dan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate yang masih berlanjut.

“Serta antisipasi masih tingginya volatilitas pasar keuangan global dengan tetap menjaga stabilitas sistem perbankan domestik,” ujarnya dalam konferensi pers penetapan TBP periode Februari 2023, Selasa (28/2/2023).

Disampaikan beberapa perkembangan positif terkini yaitu, kinerja industri perbankan yang tetap stabil di awal tahun 2023, baik dari sisi permodalan, likuiditas dan intermediasi keuangan. sebagaimana ditunjukkan dengan rasio permodalan (KPMM) industri yang terjaga di level 25,93% pada periode Januari 2023. Sementara itu, tingkat likuiditas juga relatif memadai dengan rasio AL/NCD di level 129,64% dan AL/DPK sebesar 29,13%.

Kinerja intermediasi perbankan terus meningkat. Pada Januari 2023, secara yoy kredit perbankan tumbuh sebesar 10,53% diikuti dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 8,03% secara yoy. Kredit perbankan ini tumbuh secara konsisten di atas 10% sejalan dengan tren pemulihan ekonomi yang semakin kuat.

Pemulihan kinerja intermediasi saat ini juga diikuti dengan terjaganya aspek pengelolaan risiko kredit. Rasio Gross Non Performing Loan (NPL) pada periode Januari 2023 berada pada level yang terkendali sebesar 2,59%. Hal tersebut diikuti dengan rasio loan at risk yang terus menurun ke level 14,52%.

Lebih jauh Purbaya juga menekankan bahwasanya, LPS terus memantau pergerakan suku bunga simpanan perbankan nasional, baik yang berdenominasi Rupiah maupun valuta asing. Berdasarkan data pergerakan suku bunga secara nasional, perkembangan Suku Bunga Pasar simpanan (SBP) untuk simpanan rupiah terpantau naik sebesar 17 bps menjadi 3,12% pada periode 24 Januari hingga 20 Februari 2023.

“Hal ini menunjukkan bahwa perbankan secara bertahap terus merespon kenaikan suku bunga acuan bank sentral (BI7DRR). Meskipun demikian, respon antar kelompok bank cenderung bervariasi dipengaruhi faktor likuiditas dan kecepatan ekspansi kredit,” jelasnya.

Selanjutnya, SBP simpanan valas di periode observasi yang sama terpantau naik sebesar 10 bps menjadi sebesar 1,58% jika dibandingkan periode Januari 2023.

“Kenaikan SBP valas ini terus berlanjut sejalan dengan arah kebijakan suku bunga The Fed yang masih meningkat meski dengan laju kenaikan akan cenderung lebih kecil,” tambahnya.

Disampaikan Purbaya, tingginya tingkat kepercayaan masyarakat menabungkan uangnya di bank merupakan hal positif dan industri jasa keuangan menjadi salah satu penyumbang terbesar untuk meredam tekanan tersebut.

Menurutnya, Indonesia wajib optimis di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global. Sebab menurutnya, kita bisa sama-sama melihat bahwa ekonomi Indonesia tumbuh sangat baik. Dimana sepanjang tahun 2022, ekonomi nasional tumbuh 5,31%.

“Industri jasa keuangan mampu menunjukkan kinerja positif dan berkontribusi besar, dimana perbankan memiliki permodalan kuat dan likuiditas di tengah tekanan eksternal tersebut. Nilai tukar juga menunjukkan perbaikan, situasi ini membuat perbankan kita masih dalam kondisi yang sangat memadai untuk melakukan ekspansi kredit sembari serta menjaga permodalan dari ketidakpastian global,” ujarnya di Seminar Global Economy Update, dihelat di Surabaya bulan lalu.(nov)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.