Surabaya, Otoda, dan Hal Ihwal Kerja Keras

oleh -560 Dilihat

Oleh M. Eri Irawan
Penulis dan pemerhati kebijakan publik

Kepemimpinan adalah tentang kerja keras nan strategis dan taktis serta bagaimana mengelola sederet kemungkinan menjadi kepastian yang menguntungkan orang banyak. Kepemimpinan tak pernah melalui jalan mudah, dan karenanya membutuhkan kecermatan membaca peluang untuk menemukan hal-hal baik. Dan itu yang kita temui dalam pola kepemimpinan di Surabaya, termasuk kini dalam kepemimpinan Wali Kota Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Armuji.

Sebagaimana layaknya kota-kota besar di dunia, Surabaya menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari lingkungan yang layak, level polusi udara yang tinggi, penyiapan masa depan generasi, hingga pengentasan kemiskinan. Semuanya berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaaan dan kesejahteraan warga kota. Kita bersyukur tantangan demi tantangan itu dikelola dengan baik, menghasilkan paras Surabaya dan masyarakatnya yang lebih baik dari hari ke hari.

Hari ini, Kota Surabaya dipilih oleh pemerintah pusat menjadi tuan rumah puncak acara Hari Otonomi Daerah (Otoda) XXVII (ke-28). Sebuah hari yang didedikasikan untuk merefleksikan sejauh mana otonomi daerah diabdikan oleh para pemimpin lokal untuk kebaikan bagi masyarakat.

Momen Hari Otoda ini menjadi spesial setidaknya karena dua hal. Pertama, menjadi momen evaluasi sejauh mana kinerja pemerintah daerah. Pemerintah pusat menyiapkan instrumennya, salah satunya adalah Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD). Indikatornya ratusan dan sangat rigid, membedah soal kinerja makroekonomi, beragam urusan pelayanan, indikator kinerja kunci, dan sebagainya; membujur dari urusan ekonomi, pendidikan, kesehatan, hingga pelayanan publik.

Bagaimana hasilnya? Surabaya mendapat penilaian tertinggi di antara kota-kota lainnya di Tanah Air—Eri Cahyadi menerima penghargaan tersebut, diserahkan oleh Mendagri Tito Karnavian. Sebuah prestasi yang tak hanya layak disyukuri—bahwa kita sebagai warga cukup lega karena Surabaya dijalankan dengan cara yang tepat, tentu dengan tidak memungkiri bahwa masih ada yang perlu disempurnakan, tapi juga menjadi kompas bagi warga kota dalam menemukan model kepemimpinan yang layak untuk didukung sepenuh hati.

Baca Juga :  1.280 Mahasiswa ITS Dinyatakan Lulus pada Wisuda ke-127

Hal kedua yang menjadikan Hari Otoda tahun ini spesial adalah soal tema dan pemilihan tempat. Temanya: “Otonomi Daerah Berkelanjutan Menuju Ekonomi Hijau dan Lingkungan yang Sehat”. Ini sebuah kabar baik: untuk pertama kalinya peringatan Hari Otoda memilih tema lingkungan, ihwak yang menjadi kerisauan warga dunia dalam satu dekade terakhir.

Dunia kini risau soal asa pembangunan berkelanjutan, yang bila tak diseriusi akan berdampak luar biasa terhadap percepatan pemanasan global dan perubahan iklim. Kota/kabupaten yang boros energi, sungai kebak sampah dan limbah tanpa diolah, transportasi dan industri penuh pencemaran udara, hingga penyusutan ruang terbuka hijau menjadi pekerjaan rumah bersama.

Pada konteks itulah, tepat memilih Surabaya sebagai tuan rumah Hari Otoda dengan tema yang krusial tersebut. Sejak era kepemimpinan Wali Kota Bambang DH, Tri Rismaharini, Whisnu Sakti Buana, hingga kini Eri Cahyadi-Armuji; kota ini memberi pelajaran berharga kepada kita semua bahwa sebuah kota seharusnya tak hanya dikotori asap dan polusi. Kota membutuhkan paru-paru raksasa untuk membuat warganya tetap bisa bernapas lega, bahkan pada saat hari-hari yang padat dan sibuk. Hidup hari ini harus diabdikan untuk hidup yang berkelanjutan.

Pola kepemimpinan di Surabaya secara konsisten menjalankan kebijakan yang memihak pada keberlanjutan lingkungan. Tumbuh suburnya ruang terbuka hijau, yang telah melampaui standar ketentuan pemerintah, menjadi salah satu indikatornya. Yang belum terlalu lama, Surabaya telah mengembangkan tiga hutan mangrove dengan luas keseluruhan 27 hektare yang telah diresmikan menjadi Kebun Raya Mangrove pertama di Indonesia oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 Republik Indonesia yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI), pada Juli 2023.

Baca Juga :  Hadir Kembali di Surabaya, Steak Hotel by HOLYCOW! Di Mal Trans Icon Dengan Konsep Meat Shop dan Fasilitas Lebih Lengkap

Pada 2023, Surabaya menduduki urutan pertama daerah yang memiliki kualitas udara paling baik di Indonesia berdasarkan Indeks Kualitas Udara (IKU) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menunjukkan bagaimana sebuah kepemimpinan yang baik bisa berdampak besar terhadap lingkungan. Surabaya juga berhasil meraih penghargaan ASEAN Environtmentally Sustainable City (ESC) kategori Udara Terbersih Kota Besar.

Kepemimpinan di Kota Surabaya memahami bahwa kesejahteraan masyarakat tidak tergantung hanya pada pertumbuhan dan pergerakan ekonomi yang tinggi dan dinamis. Pergerakan ekonomi memang berujung pada perbaikan daya beli. Namun kebahagiaan warga kota tak hanya bisa dipandang dari aspek ekonomi. Di sinilah faktor lingkungan, terutama lingkungan hidup sangat berpengaruh.

Kinerja Wali Kota Eri Cahyadi dalam momen Hari Otoda ini juga diapresiasi lewat penyematan tanda kehormatan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha. Penghargaan tertinggi yang diberikan oleh Presiden Republik Indonesia ini disematkan oleh Mendagri Tito Karnavian. Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha dianugerahkan kepada penyelenggara pemerintahan daerah atas jasa besar atau prestasi kinerjanya, dan hanya diberikan sekali seumur hidup.

Namun tentu saja, kita percaya bahwa para pemimpin di Surabaya tidak berhenti pada pemberian penghargaan semata. Satu hal yang harus digarisbawahi adalah penghargaan bukan tujuan, melainkan tolok ukur evaluasi. Seorang pemimpin yang baik tidak hanya mengharapkan penghargaan, karena capaian yang dibuatnya bukanlah ajang pencitraan, melainkan untuk memenuhi amanah yang diberikan kepadanya. Kita tahu di sinilah nilai-nilai kepemimpinan ditemukan dan ditentukan. Selamat, Mas Eri Cahyadi! []

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.