Sepekan Menjelang Penutupan Gunung Ijen

oleh -1337 Dilihat

Foto: Tqi

KILASJATIM.COM, Malang – Panas dan aroma belerang menusuk hidung. Masker respirator sewaan tak mampu membuat kami bertahan, muka seperti terbakar, ketika menyaksikan blue fire menyala. Beberapa menit berikutnya angin dan asap belerang memenuhi kawah. Jalur pendakian full. Sebelum ditutup seperti sekarang.

Sepekan lalu, kami melakukan pendakian pada gunung berketinggian 2.386 meter diatas permukaan laut (mdpl). Bersama kakak-adik, anak dan ketiga keponakan saya.

Perjalanan kami lakukan sekitar pukul 02.30 dari Pos Paltuding yang berada di wilayah Bondowoso-Banyuwangi. Dibawah suhu 16 derajat, cukup dingin.

Bagi saya perjalanan sejauh 3,4 Km, memakan waktu sekitar dua jam kurang, dengan jalan menanjak. Sejak di Pos 3 sampai Pos 5. Sampai pos terakhir jalan melandai, kembali terjal di turunan menuju kawah. Untungnya saya menyewa tongkat Rp. 20 ribu pada pemilik warung yang juga basecamp rombongan kami.

Lelah pasti, beberapa kali saya berhenti, bersandar pada bongkah batu dan pohon. Agar lebih mudah melanjutkan perjalanan, dibanding duduk selonjoran. Sambil mengatur nafas sebelum kembali melangkah.

“Semangat bu, kita ketemu di puncak ya,” berulangkali para Gen Z menyemangati sambil mengepalkan tangan.

Sekalipun dulu saya gemar mendaki gunung. Kini saya sudah tidak muda lagi, menjadi gendut dan lebih ngos-ngosan setiap kali melintas tanjakan. Ternyata, saya sampai puncak duluan dari Gen Z yang menyapa di perjalanan.

“Ampun, capek sekali. Kaki saya mau putus rasanya,” kata Ayu kawan seperjuangan asal Bandung. Yang mengaku kemana-mana naik motor, jarang jalan kaki.

Perjalanan yang tidak mengkhianati hasil. Kawah Ijen memang keren. Dengan api biru yang ada dua di dunia, Kawah Ijen dan Islandia. Tak heran banyak wisatawan mancanegara turut berjubel dengan saya. Sebab Juli-September saat yang tepat menyaksikan keajaiban alam.

Baca Juga :  Agar Berstatus Bebas PMK, Kota Malang Gencar Vaksinasi Hewan Ternak

Kini, ketika Gunung Ijen naik level dari normal menjadi waspada. Jalur pendakian ditutup merujuk pada surat bernomor SE.1289/K2/BIDTEK.1/KSA/7/2024 yang ditandatangani oleh Kepala Balai BKSDA, Nur Patria Kurniawan, pada Jumat 12 Juli 2024. Sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Saya bersyukur, masih diberi kenikmatan menyaksikan kebesaran Tuhan. Sambil membuka arsip foto yang tak banyak. Sebab keponakan saya ingin pup. Tepat ketika rona jingga menyembur, memisahkan gelap dan terang. (tqi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.