Area pertambangan emas di kawasan Tumpang Pitu, Pesanggrahan, Banyuwangi, saat ini sedang persiapan untuk mengembangkan tambang dalam tanah sambil menunggu izin yang belum turun. (Kilasjatim.com/Nova)
KILASJATIM.COM, Banyuwangi – PT Bumi Suksesindo, perusahaan tambang yang sedang melakukan penambangan di kawasan Tumpang Pitu, Banyuwangi, saat ini tengah menghadapi transisi seiring dengan menipisnya tambah emas dengan menyiapkan perubahan sistem pertambangan dari open pit alias pertambangan terbuka menjadi pertambangan bawah tanah.
Heap Leach Operation Head PT Bumi Suksesindo, Hariadhi Anjar Kusuma, mengatakan, kandungan emas di Tambang Emas Tujuh Bukit Banyuwangi mulai mengalami penurunan dari awal menambang emas di 2017 mampu menghasilkan 3 – 4 gram emas per 1 ton ore (batuan/bijih yang ditambang), kini hanya sekitar 0,8 gram emas per 1 ton ore.
“Tahun lalu, kami mencatatkan poduksi 129 ribu ounce emas, sedangkan capaian 2022 sebanyak 125 ribu, dalam arti produksi tambang emas masih mencatatkan pertumbuhan. Namun dengan melandasinya produksi emas, tahun 2014 ini kami hanya mentargetkan menjadi 121 ribu ounce. Karena tambang dengan sistem open pit memang bakal makin susah semakin dalam lapisan tanah yang kami gali,” jelasnya kepada media, di acara Mine Tour Tujuh Bukit di Banyuwangi Kamis (29/2/2024)
Dengan mengalihkan penambangan menjadi tambah bawah tanah karena semakin dalam lapisan tanah yang digali tepatnya untuk menggali potensi batuan yang mengandung tembaga atau Tambang Tembaga Bawah Tanah. Penambang menggali tanah untuk mencari batu ore atau batu mineral .
”Untuk solusi sementara, mungkin kami bisa menambah pad heap leach ke empat. Tapi, hakikatnya emasnya pasti makin jarang semakin dalam lapisannya. Prediksi kami 2027 akan susah untuk menerapkan sistem open pit,” ungkapnya.
Hariadhi menyebutkan, sistem pertambangan open pit memang cukup sederhana. Penambang bisa menggali tanah untuk mencari ore, lalu dipindah ke heap leach untuk dialiri air agar mineral mulia terpisah dengan tanah dan batuan lainnya. Setelah itu, emas dan perak akan diserap oleh karbon aktif agar nantinya dijadikan satu batangan yang disebut dore bullion. Bahan tersebut lah yang akhirnya di murnikan di Antam.
Karena itu, dia mengatakan masa transisi penting untung memperpanjang operasional tambang dengan 1.474 pekerja itu.Dalam rencana masa depannya, pihaknya harus mengubah sistem pertambangan menjadi bawah tanah.
”Untuk solusi sementara, mungkin kami bisa menambah pad heap leach ke empat. Tapi, hakikatnya emasnya pasti makin jarang semakin dalam lapisannya. Prediksi kami 2027 akan susah untuk menerapkan sistem open pit,” tukasnya.
Terpisah General Manager BSI, Roelly Franza menjelaskan, saat ini pihaknya sedang menyiapkan uji kelayakan dalam peralihan dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah.
“Ada 4 uji kelayakan yang sedang kami lakukan. Pertama layak secara teknologi, layak secara ekonomi, layak secara masyarkat dan ke-empat layak secara lingkungan. Keempat poin itu harus terpenuhi semuanya, kalau ada satu poin saja yang tidak terpenuhi maka uji kelayakan tidak akan diterima,” jelasnya.
Dengan perubahan sistem tersebut, otomatis perusahaan akan fokus untuk menambang tembaga. Sedangkan emas dan perak hanya akan menjadi produk sampingan. Harapannya, tambang bawah tanah bisa berproduksi pada 2027.
Untuk diketahui, produksi tambang tembaga bawah tanah yang berada di bawah tambang emas Tujuh Bukit – Banyuwangi diproyeksikan bisa menambah produksi tembaga di Indonesia sebesar 10% – 15%.
Proyek yang masih dalam tahap studi dan tahap pembukaan jalur terowongan sepanjang 1,8 km itu juga diperkirakan bisa beroperasi selama 20 – 30 tahun, serta akan menjadi tambang tembaga terbesar ketiga setelah Freeport dan Batu Hijau di Sumbawa NTB.
“Tambang tembaga ini mengandung sumber daya mineral sebanyak 1,71 miliar ton dengan kadar tembaga 0,47%, dan emas 0,50 g/t, yang mengandung sekitar 8,1 juta ton tembaga, dan 27,4 juta ounces emas (termasuk 443 juta ton sumber daya terindikasi dengan kadar tembaga 0,60% dan emas 0,66 g/t,” pungkasnya. (nov)