BOJONEGORO, kilasjatim.com – Pilkada Kabupaten Bojonegoro berpotensi hanya terdapat satu pasangan calon, yaitu Setyo Wahono dan Nurul Azizah. Hampir semua partai telah menyatakan dukungannya ke Setyo Wahono, yang merupakan adik dari Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Pengamat politik dari UIN Sunan Ampel Andri Arianto mengatakan, potensi calon tunggal tersebut berkonsekuensi negatif pada sejumlah hal. Pertama, ketika hanya ada satu opsi calon, maka ada potensi ke depan terjadi kerja sama besar yang bisa mengurangi mekanisme kontrol ke pemerintah, meskipun memang calon tersebut belum tentu menang dalam Pilkada.
Dengan demikian, calon tunggal menimbulkan potensi penyalahgunaan kekuasaan. Paalnya, calon tunggal cenderung bisa merasa bahwa dia memiliki kekuasaan tanpa ada pengawasan berarti, sehingga kebijakannya pun berpotensi mengabaikan suara rakyat.
“Ketika tidak ada mekanisme kontrol, maka dapat mengurangi transparansi dan akuntabilitas pemerintahan,” ujar Andri, Rabu (28/8/2024).
Kedua, lanjut Andri, secara perilaku politik masyarakat, hampir bisa dipastikan mereka kurang menyetujui adanya calon tunggal. Hanya saja, masyarakat tidak memiliki kuasa lebih untuk mendorong partai agar menghadirkan calon alternatif.
“Parpol harus mendengar aspirasi masyarakat untuk menghadirkan calon-calon alternatif. Semakin banyak calon, tentu semakin baik bagi masyarakat karena beragam program kerja akan ditawarkan dan terjadi pendidikan demokrasi yang baik,” papar Andri.
Calon tunggal dalam pilkada, lanjut Andri, juga menandakan lemahnya partai politik dalam menawarkan pilihan yang beragam kepada pemilih. “Potensi calon tunggal seperti mungkin yang akan terjadi di Bojonegoro menunjukkan partai gagal menangkap aspirasi masyarakat yang tentu menginginkan keberagaman pilihan,” jelas Andri. (SAG)