KILASJATIM.COM, SURABAYA – Meskipun tahun baru 2025 masih sekitar empat bulan mendatang, pemerhati perilaku konsumen memberikan prediksi bahwa bakal terjadi perubahan besar pada perilaku konsumen, sebagai akibat kemajuan teknologi. Tidak itu saja, meningkatnya kesadaran lingkungan, dan perubahan sosial ekonomi dinilai juga jadi penyebab perubahan perilaku konsumen di 2025.
Puspandam Katias, CPLM. CPM(Asia) Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis & Teknologi Digital, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menyebut beberapa tren utama yang diperkirakan akan membentuk preferensi dan perilaku konsumen yang berubah tersebut.
Konsumsi yang berkelanjutan. Dijelaskan Pandam sapaan Puspandam Katias, bahwa kesadaran akan pentingnya lingkungan terus meningkat, terutama di kalangan generasi muda. Konsumen semakin mengutamakan produk-produk yang ramah lingkungan, baik dalam proses produksi maupun dalam hal keberlanjutan penggunaan.
“Tren ini termasuk peningkatan permintaan untuk barang daur ulang, produk yang bebas dari emisi karbon, dan kemasan yang dapat terurai secara alami. Pada 2025, merek yang menunjukkan komitmen nyata terhadap lingkungan akan memiliki daya tarik lebih besar di pasar,” kata Pandam.
Pengalaman konsumen yang Lebih dipersonalisasi, dengan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan big data memungkinkan perusahaan memberikan pengalaman yang lebih personal kepada konsumen. Data konsumen digunakan untuk mengidentifikasi preferensi individu dan merancang produk serta kampanye pemasaran yang spesifik. Konsumen mengharapkan interaksi yang lebih intuitif dengan merek, di mana kebutuhan mereka dapat dipenuhi tanpa harus mengungkapkan terlalu banyak informasi secara manual. Chatbot berbasis AI, rekomendasi produk personal, dan iklan yang sangat tertarget adalah bagian dari perkembangan ini.
Peningkatan konsumsi digital dan E-Commerce sebagai bagian dari tren belanja online yang semakin meningkat sejak pandemi Covid-19 akan terus berkembang hingga 2025. E-commerce akan tetap menjadi preferensi utama, namun dengan inovasi dalam teknologi belanja seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR).
“Teknologi ini memungkinkan konsumen untuk “mencoba” produk secara virtual, seperti mencoba pakaian atau melihat tampilan produk di rumah sebelum membelinya. Pengalaman belanja online yang lebih kaya dan interaktif akan menjadi daya tarik besar bagi konsumen,” ujarnya.
Kesehatan dan kebugaran sebagai prioritas, di tahun mendatang menjadi semakin penting bagi konsumen, terutama setelah pandemi. Konsumen cenderung lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan secara holistik, baik fisik maupun mental. Tren ini tercermin dalam meningkatnya permintaan untuk produk makanan sehat, suplemen, aplikasi kebugaran, dan layanan kesehatan mental. Di masa depan, perusahaan yang berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan akan melihat lonjakan permintaan, baik dalam bentuk produk maupun layanan digital.
Penguatan Nilai Sosial dan Etika dalam Berbelanja. Generasi milenial dan Gen Z lebih cenderung mendukung merek yang selaras dengan nilai-nilai sosial dan etika mereka. Konsumen akan lebih memilih produk yang diproduksi secara etis, tanpa adanya pelanggaran hak asasi manusia atau eksploitasi tenaga kerja. Merek yang mendukung isu-isu sosial seperti inklusivitas, kesetaraan gender, dan hak-hak pekerja akan mendapatkan loyalitas yang lebih tinggi dari kelompok konsumen ini.
Munculnya Metaverse dan Ekonomi Virtual, yang dimaknai ruang digital yang menggabungkan elemen AR dan VR untuk menciptakan dunia virtual imersif, diperkirakan akan menjadi bagian besar dari kehidupan konsumen pada 2025. Di dalam metaverse, konsumen dapat berinteraksi dengan merek, membeli barang virtual, dan berpartisipasi dalam pengalaman sosial. “Ekonomi virtual, termasuk pembelian barang-barang digital seperti NFT (non-fungible tokens), juga akan memainkan peran penting dalam perilaku konsumen masa depan,” urai Pandam.
Teknologi blockchain dan mata uang kripto, lanjut Pandam akan terus memengaruhi cara konsumen bertransaksi dan berinvestasi. Mata uang digital, yang menawarkan transparansi dan efisiensi lebih tinggi, akan semakin diterima luas sebagai metode pembayaran. Selain itu, blockchain dapat digunakan untuk memastikan transparansi dalam rantai pasokan, yang menjadi nilai tambah bagi konsumen yang peduli terhadap asal-usul produk yang mereka beli.
Pergeseran ke model langganan, pada tahun 2025 konsumen akan semakin menyukai model berlangganan daripada pembelian satu kali, terutama untuk layanan digital seperti streaming, perangkat lunak, dan bahkan produk fisik seperti pakaian dan kebutuhan rumah tangga. Model ini menawarkan fleksibilitas dan kenyamanan yang lebih tinggi, serta memungkinkan merek untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan mereka.
Kecepatan dan kenyamanan semakin jadi tuntutan konsumen. Dari pengiriman produk yang lebih cepat hingga layanan pelanggan yang responsif, merek yang mampu menawarkan solusi cepat dan efektif akan lebih disukai. “Teknologi otomatisasi, seperti drone untuk pengiriman barang dan layanan pelanggan berbasis AI, akan memainkan peran penting dalam memenuhi ekspektasi ini,” lanjut penyuka kopi ini.
Inovasi dalam transportasi dan mobilitas, dengan kemajuan dalam teknologi kendaraan listrik (EV) dan transportasi otonom, mobilitas akan mengalami perubahan signifikan. Konsumen pada 2025 akan lebih memilih opsi transportasi ramah lingkungan dan terotomatisasi. Penggunaan kendaraan listrik pribadi akan meningkat, dan layanan mobilitas bersama (ride-sharing) yang menggunakan teknologi otonom juga akan berkembang pesat.
Oleh karena itu, perilaku konsumen pada 2025 akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kemajuan teknologi, keberlanjutan, dan nilai-nilai sosial. “Merek yang ingin sukses di masa depan harus mampu beradaptasi dengan perubahan ini, memberikan pengalaman yang personal, inovatif, dan sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang kuat. Kesadaran konsumen akan lingkungan, kesehatan, dan teknologi akan mendorong transformasi besar di berbagai sektor industri,” pungkas Pandam.(tok)