KILASJATIM.COM, SURABAYA – Memadukan industri kreatif dan pariwisata, Tim Universitas Ciputra (UC) menghadirkan peluang besar menciptakan identitas budaya yang unik yang beresonansi dengan komunitas lokal dan wisatawan global, mengangjat budaya khas Desa Lumban Suhi-suhi Danau Toba.
Tim Universitas Ciputra yaitu Dr. Astrid Kusumowidagdo (Astrid), Enrico Ho dan Melania menginisiasi pegembangan desa disisi industri kreatif dan pariwisata dengan mengangkat kekuatan lokal. Enrico Ho, sebagai fashion designer, merancang produk-produk fesyen, sedangkan Astrid dan Melania merancang produk interior, display dan pelengkap lifestyle.
”Perancangan ini mencakup eksplorasi desain arsitektur, interior, serta produk fashion dan lifestyle yang merupakan bagian dari industri kreatif dapat berperan penting dalam membentuk dan meningkatkan sense of place pada destinasi pariwisata,” papar Astrid, Ketua Penelitian dan Dean School of Creative industry UC, Senin (26/8/2024).
Dengan berfokus pada integrasi ekspresi budaya lokal ke dalam penawaran pariwisata, langkah ini bertujuan untuk mengembangkan model strategis yang tidak hanya melestarikan warisan dan identitas budaya, tetapi juga mempromosikan praktik pariwisata yang berkelanjutan. “Melalui inspirasi pada lokasi desa Lumban Suhi-Suhi Danau Toba akan menghasilkan berupa produk-produk lifestyle kreatif baik dari ragam hias dan motif ulos membantu produk souvenir kampung ulos yang lebih luas,” tambah Astrid.
Tim Universitas Ciputra melakukan Explorasi on-site dalam 5 hari tekait budaya di desa tersebut. Selama proses eksplorasi, tim juga melakukan pendekatan dengan masyakarat dan pengerajin setempat supaya openmind dan bisa menerima inovasi-inovasi produk kreatif baru namun tetap menjaga warisan budaya. Proses ini berjalan baik sehingga melalui kepala desa kain-kain tenun khas desa lumban suhi-suhi diberikan ke UC untuk bisa di olah menjadi produk kreatif.
Raja Simarmata Kepala Desa Lumban Suhi-Suhi Danau Toba menyebutkan bahwa desanya adalah penghasil kerajinan tenun yang besar, namun belum bisa berkembang dan berdampak bagi perekonomian Masyarakat.
Raja Simarmata berharap dengan adanya Universitas Ciputra desa penghasil tenun, ini bisa bertumbuh, dan diharapkan produksi tenun ini bisa berkembang untuk mendongkrak kesejahteraan desa.
Enrico Ho pada penampilannya di Surabaya Fashion Parade 2024 mengambil tema “Toba: Aesthetic Legacy” yang merupakan implementasi nilai-nikai lokal seperti keindahan Danau Toba, rumah Adat Bolon, yang ada di Samosir merupakan salah satu cerminan visual tradisi.
Ini menjadi inspirasi Enrico Ho merancang koleksi ready to Wear Deluxe kontemporer, memadukan motif ukiran (Gorga), ada juga Gorga Boraspati yang digambarkan seperti Cecak atau Kadal dengan ekor bercabang yang dimaknai sebagai pelindung manusia dari bahaya, juga menjaga harta.
Motif-motif khas Batak ini nantinya ditampilkan Enrico Ho pada performance yang juga penuh warna warni khas Batak dalam lebih kurang 10 karya untuk Surabaya Fashion Parade 2024 dan 10 karya lagi utk festival Hitado Hutaraja di 2 November 2024 nanti.
Sedangkan Astrid dan Melani mendesain barang-barang yang menggambarkan kearifan lokal menjadi produk apik seperti sepatu, handbag, asesoris, baju. “Saya dan Melani mendesain aneka ragam barang yang bisa dijadikan souvenir dengan motif yang mengambil dari budaya desa suhi-suhi seperti Sepatu, Handbag, asesoris, baju dan sarung bantal,” terang Astrid.
“Kami juga sedang mulai membangkitkan kios-kios di sana sebagai pusat oleh-oleh yang berisi barang-barang inovatif karya pengrajin local,” tambahnya. Astrid berharap dengan meningkatnya industri kreatif dapat meningkatkan pariwisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga desa, seperti juga diharapkan Raja Simarmata.(tok)