KILASJATIM.COM, Trenggalek – Kekeringan yang melanda Kabupaten Trenggalek telah memberikan dampak serius terhadap sekitar 6.000 jiwa dari 2.800 kepala keluarga (KK). Warga di beberapa desa, termasuk Desa Dermosari, mengalami krisis air bersih yang berkepanjangan selama dua tahun terakhir. Kekeringan kali ini dimulai sejak akhir Juli.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek, Triadi Admono, meskipun kondisi kekeringan tahun ini tidak separah tahun sebelumnya, 19 desa di 9 kecamatan masih terdampak. “Terdapat 6.000 jiwa dari 2.800 KK yang membutuhkan air bersih,” ujar Triadi pada Selasa (3/9).
Untuk mengatasi krisis ini, BPBD Trenggalek telah mendistribusikan air bersih kepada warga terdampak selama sebulan terakhir. Pada hari ini, BPBD bersama Polres Trenggalek mengirimkan 52.800 liter air bersih ke Desa Dermosari, Kecamatan Tugu.
Triadi juga menyampaikan bahwa kondisi mata air di wilayah terdampak sudah mengering, dan beberapa sumur warga hanya memiliki cukup air untuk keperluan memasak. Meskipun demikian, jumlah desa yang mengalami kekeringan tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, dari 56 desa menjadi 19 desa. “Kecamatan Panggul menjadi wilayah dengan desa terdampak terbanyak,” tambahnya.
Yuliana, salah satu warga Desa Dermosari, mengungkapkan bahwa sumur di desanya saat ini hanya dapat digunakan untuk memasak, dan warga bergantung pada kiriman air bersih setiap tiga hari sekali. “Alhamdulillah, kami masih bisa memasak berkat kiriman air bersih,” ujar Yuliana.
Upaya distribusi air bersih ini diharapkan dapat meringankan beban warga yang terdampak kekeringan. Selain itu, pihak berwenang terus memantau kondisi mata air dan mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan kekurangan air di Kabupaten Trenggalek. (har)