Uniting Colors in Creativity and Heritage, Warnai Kota Lama Surabaya

oleh -277 Dilihat

KILASJATIM.COM, SURABAYA – Uniting Colors in Creativity and Heritage, merupakan program kolaborasi antara Universitas Ciputra (UC) bersama Universiti Teknologi Malaysia (UTM), yang kali ini memberikan dukungan pada Pemerintah Kota Surabaya dalam upaya merevitalisasi kawasan Kota Lama.

Program ini salah satu kegiatannya adalah pembuatan mural yang bertemakan sejarah masyarakat Surabaya tempo dulu. Gelar Nanggala Wahyu Sagara Putra, S.Hum., M.Han., Vice Head, International Relation Universitas Ciputra, menjelaskan bahwa tidak kurang 20 mahasiswa UTM dari berbagai jurusan yang didampingi 4 dosen mengikuti kegiatan ini. “Kami menggandeng Program Studi Visual Communication Visual (VCD) UC yaitu Dosen, tenaga kependidikan dan juga mahasiswa terlibat aktif dalam kegiatan pembuatan mural ini,” terang Gelar.

Tema mural: Sejarah Masyarakat Surabaya Tempo Dulu. “Pemilihan tema adalah hasil koordinasi antara UC, Disbudporapar Kota Surabaya, dan pihak terkait lainnya untuk mendukung program revitalisasi kawasan Kota Lama Surabaya. Lokasi mural dipilih di Jalan Mliwis, yang berada dalam jarak berjalan kaki dari kawasan Kota Lama dan memiliki tingkat kunjungan yang tinggi, Dengan mural ini, diharapkan tercipta daya tarik wisata baru yang dapat dinikmati oleh masyarakat Surabaya maupun wisatawan,” papar Gelar.

“Program ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama internasional khususnya dalam bidang non-akademik yang menonjolkan kreativitas, pertukaran budaya, dan keterlibatan mahasiswa lintas negara. Selain itu, program ini juga merupakan bentuk dukungan UC terhadap upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam merevitalisasi kawasan Kota Lama sebagai destinasi wisata baru. Sebagai bagian dari agenda, mahasiswa UTM juga akan diajak mengunjungi Deskranasda Tunjungan guna mempromosikan produk-produk UMKM lokal,” lanjut Gelar.

Pandu Rukmi Utomo, S.Ds., M.Ds., Dosen VCD yang juga konseptor mural menjelaskan bahwa pengerjaan mural dengan objek seperti dokar, penjual semanggi, penjual lontong balap, cangkrukan, icon semanggi ini memakan waktu sekitar tiga hari, dengan durasi kerja enam jam per hari. “Mural dibuat pada permukaan seluas 7,5 x 3 meter, melibatkan kolaborasi kreatif antara mahasiswa UC dan UTM. Selain itu, para peserta juga akan diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi Kota Surabaya dalam sesi jalan-jalan sebagai bagian dari pengalaman budaya. Kita ajak teman-teman UTM untuk menikmati kuliner Surabaya seperti lontong balap, semanggi dan juga Sinom,” ujar  Pandu.

Baca Juga :  Kembangkan SDM ASN, Unitomo dan Kabupaten Kotabaru Jalin Kerjasama

Shym Pei Xun mahasiswa UTM Jurusan Mechanical Engineering menyampaikan, “Luar biasa rasanya, karena tidak pernah sama sekali sebelumnya buat mural atau Lukis. Saya senang diajari oleh teman-teman dan pembina dari VCD. Saya bangga bisa membuat karya di ikon kota surabaya. Kesulitannya adalah terhalang orang berlalu-lalang karena memang jalan umum, namun tak begitu menjadi masalah.” Sedangksn Thayabharam mahasiswa UTM jurusan petrolium engineering menyatakan bahagia kenal dengan teman-teman dari Indonesia dan bisa mengerjakan mural bersama, menimati kuliner unik yang tidak ada dimalaysia seperti makan bakso, minum jamu beras kencur, es jeruk, serta jajanan khas indonesia lainnya.

Cleo, salah satu mahasiswa Universitas Ciputra mengaku senang ikut program ini. “Momen pengerjaan mural ini sangat berkesan dan tidak terlupakan. Saya merasa senang ketika melihat antusiasme dari teman dari UTM meskipun cuaca terik. Saya bersyukur bisa mengikuti program ini karena saya dapat memperkaya wawasan saya terkait perbedaan budaya dan mempererat pertemanan saya dengan teman-teman yang lain, baik dari UC maupun UTM,” kata Cleo.

“Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi media diplomasi budaya yang mempererat hubungan baik antara UC dan UTM, serta Indonesia dan Malaysia sebagai negara tetangga yang bersahabat. Selain itu, kami juga berharap masyarakat Surabaya dapat menjaga dan melestarikan mural ini agar dapat dinikmati dalam jangka waktu Panjang,” harap Gelar. Pandu juga berharap kegiatan ini dapat membuka wawasan dan bisa berdampak untuk pengembangan karakter mahasiswa. “Kami ingin ikut serta mengembangkan calon designer dimasa depan dengan tidak meninggalkan nilai dan identitas budaya,” pungkas Pandu.(tok)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News